Senin, 27 April 2015

rahasia sukses Korea Selatan dalam segala aspek

Rahasia Sukses Korea Selatan: Imitator Jepang yang Berhasil

www.marketing.co.id – Apa yang terbayang jika kita mendengar kata “Korea” (Korsel)? Boleh jadi kita akan menyebut Samsung, LG, Hyundai, atau barangkali K-Pop yang akhir-akhir ini sedang tren di masyarakat. Korea memang hebat, bangsa yang merdeka di tahun yang sama dengan Indonesia dan hingga kini masih terlibat dalam perang dingin dengan Korea Utara ini melesat menjadi macan Asia. Apa rahasia sukses Korea Selatan ? Mengapa Jepang sangat risau terhadap Korea? Untuk membahasnya, Majalah MARKETING mewawancarai Agus W. Soehadi, pengamat marketing dan Guru Besar Prasetiya Mulya Business School.
Mengapa produk-produk Korea bisa berhasil di berbagai negara?
Munculnya Korea tidak tiba-tiba, sejak tahun 1970-an Korea sudah mulai. Saat itu Korea menjadi OEM (original equipment manufacturing) untuk pabrikan Jepang. Misalnya, mereka memproduksi ban untuk kebutuhan mobil Toyota, atau suplai bagian-bagian mesin lainnya. Ketika perusahaan-perusahaan Korea mulai men-develop elektronik, mungkin mereka tertinggal 40 tahun dari Eropa atau Amerika. Saat itu Korea hanya memproduksi TV hitam-putih. Pada tahun 1990-an, jarak antara Amerika dan Korea hampir tidak ada. Bahkan Korea dalam beberapa hal sudah leading.
Mengapa Korea bisa maju pesat?
Ketika Korea merdeka GDP (gross domestic product) kita sama dengan Korea. Mungkin Anda sudah tahu soal ini. Yang menarik dari Korea, mereka punya banyak sekali drivers, pendorong, pendobrak. Kita relatif tidak banyak memilikinya. Kita punya resources bukan main, tapi mengolah resources menjadi sesuatu yang bernilai relatif tidak banyak yang melakukan. Korea berbeda, resources terbatas, ada ancaman dari Korea Utara, sehingga menuntut mereka untuk bangkit dan membentuk pola industri. Satu hal lagi yang menarik dari Korea, bujet pendidikannya besar sekali. Jika kita bicara pendidikan yang kuat, otomatis  mereka mengapresiasi penelitian dan pengembangan/litbang (R&D). Sehingga bujet R&D mereka juga signifikan. Nilai R&D pemerintah Korea 2,5% dari GDP, dan 8% litbang dilakukan oleh pihak swasta. Kalau kita, 8% dilakukan oleh pemerintah. Kalau swasta jelas, bagaimana litbangnya bisa menciptakan value bagi market. Ini mungkin yang membedakan mengapa mereka bisa berkembang secara signifikan. Dan mereka sangat ditakuti oleh Jepang. Kalau Cina tidak terlalu ditakutkan Jepang karena pengembangan produknya tidak sesignifikan Korea. Kalau Korea benar-benar imitasi Jepang ketika masuk ke pasar Eropa dan AS. Awalnya Jepang menawarkan harga murah untuk mengambil pasar AS dan Eropa. Strategi ini juga dilakukan Korea.
Mereka punya brand seperti Samsung yang mengglobal, yang juga milik konglomerat, kenapa konglomerat Indonesia tidak mampu menghadirkan produk yang sukses di pasar global?
Arahnya beda, kita dimanja, mereka tidak. Kita punya resources, mereka tidak punya. Ada satu hal lagi, karakter mereka kuat sekali untuk achieve something, Korea merasa harus lebih baik dibandingkan Jepang, harus kerja lebih keras dibandingkan Jepang. Kedua, masyarakatnya appreciate pada produk lokal, kita kurang. Kalau kita lihat di Korea, mereka mayoritas pakai local brand karena mereka bangga dengan local brand. Jadi, ada beberapa kondisi yang membuat perusahaan mereka bisa lebih berkembang dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia.
Bagaimana Anda melihat peran pemerintah Korea dalam membangun industri di sana?
Intinya government bagaimana memperkuat perusahaan dahulu, baru dipanen, diambil hasilnya. Kita belum apa-apa sudah dipanen. Harusnya masyarakat, government, dan perusahaan menjadi satu kesatuan, baru bisa unggul. Jadi, ada yang mengikat mereka. Jadi, bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok.
Apakah perusahaan Korea disubsidi dan diproteksi pemerintahnya?
Awalnya mungkin ya, tapi selanjutnya tidak, karena kalau disubsidi mereka tidak akan bisa berkompetisi. Dengan dibukanya persaingan, mau tidak mau mereka berpikir harus menciptakan value bagi market. Mereka juga tidak diproteksi, karena masyarakatnya sendiri sudah mencintai produk-produk dalam negeri. Ini yang membuat market mereka berkembang. Penduduk mereka sedikit, jadi mau tidak mau mereka harus mengekspor. Jadi, lokal market saja tidak cukup untuk mereka survive.
Apa yang menjadi leading sector Korea?
Mereka leading di teknologi, apakah itu otomotif, elektronik, dan telco. Ini menjadi masa depan industri Korea. Mengapa Samsung kuat, karena platform mereka di pasar LCD sangat kuat, LCD dipakai untuk TV, telco, dan komputer. Jadi, mereka benar-benar memilih platform produk yang banyak dipakai oleh industri lainnya. Ketika mereka mengembangkan baja, baja banyak digunakan oleh industri, sehingga produksinya menjadi besar, ketika produksi membesar cost per satuannya menjadi lebih kecil, sehingga mereka lebih kompetitif. Fase berikutnya men-develop brand. Sekarang kalau kita bicara Samsung dari sisi harga di beberapa kategori sudah di atas RIM dan Nokia, penyebabnya karena Samsung memiliki advantage dari sisi ongkos produksi. Di sisi lain, Samsung mulai memerhatikan sisi marketingnya sehingga brand menjadi kuat. Ketika brand kuat, harga bisa dinaikkan. Ini yang menakutkan, sehingga beberapa perusahaan elektronik Jepang harus berkolaborasi karena tidak kuat melawan Samsung.
Apakah suatu saat Korea bakal melewati Jepang?
Sekarang sudah nomor 4 di Asia, di bawah Cina, Jepang, dan India. Jadi, potensi ke arah itu ada. Jika kita bicara industri elektronik, sebagian sudah dikuasai merek Korea. Yang dikhawatirkan selanjutnya oleh Jepang adalah industri otomotif.
Dari sisi marketing, apa yang menarik dari merek-merek Korea?
Mereka awalnya menawarkan harga yang murah dengan kualitas dan spesifikasi yang berkualitas. Begitu brand-nya kuat, mereka menaikkan harga. Awalnya Samsung murah, begitu customer value meningkat, harganya ikut naik.
Produk elektronik Korea direspons dengan baik oleh konsumen Indonesia, tapi di otomotif sepertinya belum begitu berhasil?
Karena produk Korea terhitung baru. Masalah lain pilihan diler di sini. Kebetulan diler otomotif Jepang dikuasai Astra yang relatif kuat. Kita tidak tahu ke depan, jika bicara otomotif tidak bicara semata soal produk, tapi juga after sales service-nya. Jepang khawatir dengan otomotif Korea karena desain dan spesifikasi yang ditawarkan, dan harganya jauh lebih murah.
Sekarang ada fenomena budaya K-Pop yang juga digemari di Indonesia. Mengapa masyarakat Indonesia terkesan begitu mudah menerima budaya populer Korea?
Yang pasti, apa yang ditawarkan Korea berbeda dengan produk budaya lainnya. Jangan lupa, Korea sangat kuat di konten. Jika kita bicara komunikasi, salah satu negara yang kuat men-develop konten adalah Korea, sehingga dia bisa lebih mengerti market. Karena konten yang dikonsumsi oleh mayoritas konsumen juga digarap Korea, entah itu lewat media, fi lm, TV.
Beberapa perusahaan Korea cukup cerdik memanfaatkan artis-artis Korea sebagai brand ambassador mereka?
Mereka smart, link-nya dijaga betul oleh mereka. Bayangkan grup Suju sampai konser dua hari di Indonesia. Jadi, marketingnya benar-benar jalan. Di sisi lain, makin banyaknya penyanyi Indonesia yang mengikuti tren K-Pop bisa mempermudah penetrasi brand-brand Korea di Indonesia.
Ini mungkin pertanyaan klise, apa yang bisa dipetik dari keberhasilan bangsa Korea?
Intinya satu, kekuatan Korea adalah karakter, nation building-nya kuat. Kedua, militansi. Militansi menjadi keharusan bagi Korea, karena ada Korea Utara yang setiap saat bisa melakukan agresi ke Korsel. Militan yang high achievers, ini yang membuat bangsa Korsel terkenal sebagai pekerja keras. Ketiga, pendidikan dianggap penting bagi Korsel, indeks pendidikan di Korea menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Keempat, capacity. Jika capacity memadai, baru bisa bicara R&D. Mereka yang punya knowledge kuat tidak akan puas dengan satu level produk, dia akan men-develop. Empat hal ini yang membuat bangsa Korea relatif maju.
Bagaimana dengan Indonesia, apa kita tidak memiliki faktor keunggulan agar bisa seperti Korea?
Punya, bayangkan dalam jangka 17 tahun, orang East Timor bisa berbahasa Indonesia. Belanda yang menjajah Indonesia 350 tahun, hanya sedikit sekali orang Indonesia yang bisa berbahasa Belanda. Sementara di pertanian misalnya, Indonesia punya sumber genetik yang bukan main beragamnya. Ini sebenarnya keunggulan bagi bangsa Indonesia. Tapi, karena salah mengelola, ini menjadi liabilities, bukan aset. Keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, keragaman budaya maupun keragaman sumber daya alam, tinggal ada drivers-drivers yang menyulam ini semua agar Indonesia menjadi bangsa besar. Di sini pentingnya framing untuk berpikir positif, bahwa bangsa kita bangsa besar. Dan media harus membantu menciptakan framing yang baik-baik tentang Indonesia. Jangan melulu mengangkat yang negatif, sehingga terkesan Indonesia tidak punya masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar