Senin, 18 Mei 2015

contoh PTK IPS



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah PTK
Dalam proses pembelajaran bidang studi IPS merupakan bidang studi yang paling penting diajarkan di Sekolah  Menengah Kejuruan   dimaksudkan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari  hari.
Di samping itu melalui pengajaran ilmu pengetahuan  ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional tentang gejala-gejala serta perkembangan dimasyarakat Indonesia dan dunia, baik dimasa lampau maupun di masa kini.
Pada umumnya Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah merupakan mata pelajaran yang wajib disampaikan dan diajarkan di  SMK  sebagai salah satu sumber belajar utama dalam proses belajar mengajar ( Direktur Jendral Pendidikan  Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan  Nasional,  2005).
Dalam  Ilmu   Pengetahuan Sosial, peserta didik didorong menemukan konsep dan generalisasi tersebut ditunjang oleh berbagai ilmu dan disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, Koperasi, Sosiologi, Antropologi, Hukum, Politik dan kenegaraan (Djodjo Suradisastra, dkk,:  2006 :22).
Guru sebagai ujung tombak mencapai pelaksanaan pendidikan dilapangan sangat erat dan relevan untuk menentukan keberhasilan. Tujuan tersebut tidak mungkin didekati apalagi dicapai, seandainya guru tersebut kurang memahami, menghayati serta melaksanakan kurikulum yang berlaku sebagai alat dan pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
 Uraian pokok  pokok bahan pelajaran diusahakan untuk saling menunjang sehingga pengetahuan sosial anak dapat membantu pemahaman tentang sejarah bangsanya. Khususnya untuk pengetahuan sejarah, juga disajikan riwayat beberapa tokoh sejarah bangsa yang dapat diteladani oleh generasi muda bangsa ( M. Hasan, dkk : 2002 ).
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal, menghargai jasa para pahlawannya. Para pahlawan dan pendahulu kita telah mewariskan kemerdekaan kepada generasi sekarang sejak Proklamasi 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia telah tegak sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa lain.
Kita tidak lagi dijajah oleh bangsa manapun juga akan tetapi untuk merebut sebuah kemerdekaan bukan suatu hal yang mudah. Telah ribuan rakyat Indonesia berkorban harta, darah dan nyawa bagi menebus kemerdekaan itu. Dimana  mana kita menemukan makam para pahlawan baik mereka yang diketahui identitasnya maupun pahlawan yang tak dikenal.
 Kesuksesan pendidikan anak sekolah, merupakan harapan bagi setiap orang tua, pemerintah dan masyarakat luas pada umumnya. Keberhasilan anak sangat sekali didambakan, karena mereka sebagai sosok tulang punggung suatu bangsa yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu untuk menerushan cita-cita bangsanya yang harus diisi dengan pembangunan bangsanya yang akan datang.
Suksesnya suatu pendidikan tidak akan lepas dari jasa-jasa para pendidik ( Wumpy Ibrahim, dkk : 1992 : 5 ) yang menjadi pertanyaan adalah mengapa daya tarik siswa terhadap materi pelajaran IPS sejarah kurang menggembirakan hasil nilainya. Karena pelajaran IPS merupakan pengajaran hapalan bukan seperti pelajaran matematika yang sering dikatakan orang, bahwa pengajaran matematika disebut ilmu pasti. Karena dalam proses berpikir pekerjaan soal - soalnya memerlukan kejelian dan ketelitian. Hal inilah yang menjadi bahan kontemplasi, sehingga penulis merepleksikan hasil perenungan yaitu melalui penelitian tindakan kelas ini.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji dan mempelajari faktor terjadinya masalah tersebut. Maka dari segi metode, media, sumber atau sedaksional itu sendiri. Dalam hal ini penulis lebih konsen pada materi pelajaran IPS sejarah bagaimana agar daya tarik siswa dapat lebih mudah memahami dan menafsirkan soal IPS.
Aplikasi dari pendekatan ini masih belum optimal dilaksanakan di SMK  terbukti ketika peneliti mengadakan observasi sehingga merasakan langsung kesulitan peserta didik dalam menjawab soalsoal ilmu pengetahuan   Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah di kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013. Oleh karenanya peneliti mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian tindakan kelas.
Di sini penulis mencoba membuat cara efektifnya pengajaran serta persyaratan dasar untuk dapat memperbaiki cara-cara pendekatan dalam pembelajaran ilmu  Pengetahuan Sosial untuk berhasil.
 
B.     Rumusan Masalah  PTK
Berdasarkan deskripsi dalam pendahuluan, maka masalah penelitian pokok yang hendak diekspresikan adalah bagaimana hasil pembelajaran IPS peserta didik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran  Universal Uthopia. Secara lebih spesifik masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.       Bagaimana sikap keingintahuan  siswa   kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 pada bidang studi  IPS.
2.       Bagaimana konstribusi penerapan model pembelajaran Universal Uthopia   terhadap peningkatan hasil belajar  siswa  kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.       Bagaimana keberhasilan Guru  Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Universal Uthopia   dengan bidang studi IPS
 .
C.    Definisi Operasional 
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah terhadap istilah  istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka dalam bagian ini diterangkan secara teoritis mengenai teori yang melandasi proses penelitian.
  1. Model Universal Uthopia    
Model Universal Uthopia menurut Jerome Brunner, dkk dalam bukunya yang berjudul An uthopia Universal model ini dilandasi asumsi bahwa  kemampuan tokoh nasional untuk  menyelaraskan gagasan kesamaan dalam berbangsa bagi keutamaan manusia yang tinggal di suatu lingkungan masyarakat atau negara demi membangun rumusan konsep ideal tentang suatu negara yang kokoh.  
Model Universal Uthopia menurut Djodjo. dkk (1998  :2 ) adalah :
"Model ini memiliki struktur yang moderat, Guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas. Interaksi antar pelajar digiatkan oleh guru. Dengan model ini diharapkan akan lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersama dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar”.
Dengan Universal Uthopia   ini, diharapkan agar para warga belajar memperoleh pengalaman diplomatis yang diperankan oleh pihak lain. Dengan cara ini dapat memberikan stimulus pada warga belajar untuk memberikan pendapat, menemukan kesepakatan bersama tentang ketepatan, kekurangan dan pengembangan peran - peran yang dialaminya atau yang diamatinya.
Maka dengan ini tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar dikaitkan dengan hasil IPS diharapkan adanya perubahan tingkah laku siswa, baik mengenai pemahaman konsep dasar IPS itu sendiri, maupun terhadap penerapannya dalam kehidupan anak sehari-hari.

  1. Pembelajaran
Pembelajaran menurut dari berbagai definisi yang dikemukakan pakar-pakar pendidikan, secara umum merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.

  1. Konsep IPS
 IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sasiologi, antropologi dan tata negara Indonesia (Kurikulum  2004)
Fungsi mata pelajaran IPS di SMK  adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan dan fenomena lingkungan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-­hari.
Sedangkan fungsi pengajaran sejarah bangsa Indonesia di SMK  adalah berfungsi untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini (kurikulum  2004).

D.    Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
  1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan merefleksikan serta mencari solusi terhadap masalah rendah pemahaman peserta didik terhadap  Ilmu   Pengetahuan Sosial.
  1. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan secara khusus sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar IPS peserta didik  kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 sebelum pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Universal Uthopia.
2.      Sebagai arena latihan penelitian bagi peneliti dalam rangka peningkatan profesional kerja.
3.      Mengkaji secara kritis efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran Universal Uthopia   untuk mendapatkan ide baru.

E.     Manfaat Penelitian 
Manfaat penelitian tindakan kelas ini yaitu dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajar dan proses pembelajaran di kelas. Selain itu juga dalam rangka profesionalisme terutama bagi guru dan siapa saja yang berkepentingan dalam masalah tersebut. Dan apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS setelah menerapkan model pembelajaran konsep ini lebih meningkat daripada hasil belajar IPS sebelumnya, maka penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

1.       Bagi Siswa
-          Menumbuhkan kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran Universal Uthopia   yang dituntut dalam pembelajaran IPS.
-          Memberikan pengalaman dalam memecahkan masalah dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran
-          Melatih keberanian, keterampilan dan rasa percaya diri pada saat rnelaksanakan pembelajaran IPS.

2.         Bagi Guru
-          Memberikan pengalaman pada guru dalam merancang penggunaan model pembelajaran Universal Uthopia   dalam pembelajaran IPS di SMK .
-          Mengembangkan kemampuan guru dalam memodifikasi model pembelajaran.
-          Salah satu wahana untuk memotivikasi belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS.
-          Salah satu usaha untuk mengurangi kesulitan pemahaman pola pikir peserta didik didalam mempelajari IPS
-          Salah satu usaha untuk bahan in come information bagi penelitian selanjutnya.

3.         Bagi Lembaga Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih kepada dunia pendidikan pada umumnya dan kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 pada khususnya dalam rangka meningkatkan situasi pembelajaran  IPS yang disenangi oleh peserta didik

BAB II
LANDASAN TEORI  


A.     Konsep  Dasar Ilmu Sosial
Konsep ialah kumpulan fakta-fakta yang memiliki interaksi kuat satu sama lain sehingga membentuk suatu pengertian yang bulat. Atau dalam rumusan yang sederhana konsep ialah suatu bayangan pikiran atau tanggapan yang bulat tentang sesuatu. Bayangan pikiran atau tanggapan mana terdiri dari serentetan gejala atau fakta untaian uraian yang satu sama lain berurutan dan menciptakan suatu kebulatan pengertian. (Kosasih Djahiri 1978/1979:97)
Ilmu  Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara Indonesia ( kurikulum 2004).  Menurut Nursid (1984:9) adalah pengajaran  Ilmu    Sosial yang tidak dilaksanakan sampai saat ini baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah.
 Pengetahuan Sosial sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan manusia dengan masyarakat dan tingkah laku ( karakteristik ) masyarakat (Pretson,1986 dalam Sadeli 1999 :9)  Menurut Djahiri (1993) secara ideal mengkonsepsikan program IPS yaitu (a) secara sosial membina ketegaran akan karya diri. (b) secara moral afektual membina pembekalan tatanan nilai, keyakinan dan keadilannya maupun pengalaman dan kemampuan afektual       siswa (c) secara skill membekali kemampuan penalaran dan belajar yang luas (d) secara kognitif melatih dan membekali anak didik dengan konsep pengetahuan yang layak, kemampuan berfikir dan memecahkan masalah (problem solving) yang cukup.



Ciri utama yang menjadi jati diri pendidikan IPS adalah kerja sama disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan (Somantri, 1994 : 3)
Jadi sebenarnya  IPS ini berinduk kepada ilmu sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep dan prinsip yang ditetapkan pada IPS adalah teori konsep prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu sosial Ilmu sosial dengan bidang keilmuannya, analisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial (problem solving social) pada kajian IPS ( Nursid. 1984 )  Berdasarkan tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan didalam IPS berbeda  beda. Di tingkat sekolah  lanjutan pertama bidangnya terutama terdiri dari geografi dan sejarah ditingkat sekolah lanjutan tingkat atas terdiri dari  sejarah  ekonomi, sosiologi dan antropologi.

B.     Karakteristik Pendidikan Ilmu Sosial   
Ciri utama yang menjadi jatidiri dari pendidikan IPS adalah kerjasama disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan (Somantri, 1994 : 3).
Didalam mengembangkan kerjasama tersebut diperhatikan upaya memilih dan menyederhanakan bahan, mengorganisir dan menyajikan bahan secara ilmiah dan psykologis serta melaksanakan evaluasi hasil belajar untuk tujuan pendidikan  IPS.
Menurut ( Hasan , 1996 : 4 ) pendidikan IPS sebagai kelompok bahan belajar sangat terikat oleh nilai - nilai sosial budaya bangsa oleh karena itu pendidikan IPS tidak lepas dari tata nilai dan norma yang ada dalam suatu bangsa. Bahkan pendidikan IPS diharapkan bisa mengabdi pada tujuan pembangunan bangsa yakni pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (bermutu) sekaligus bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Somantri (1996) pendekatan pembelajaran ilmu  IPS dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1) pendidikan IPSl sebagai pendekatan konsep dan generalisasi yang ada dalam ilmu - ilmu sosial, 2) pendidikan IPS yang pendekatannya menstranfer dan mengembangkan bahan pendidikan dan kehidupan sosial kemasyarakatan. 3) Pendidikan IPS sebagai pendekatan  humaniora dan lingkungannya.
Ilmu pengetahuan sosial juga sebagai mata pelajaran disekolah merupakan perpaduan dan sejumlah disiplin ilmu-ilmu sosial yang mengajarkan nilai sikap dan skill kepada siswa untuk memahami lingkungan dan problem sosial disekitar siswa serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran pendidikan IPS di  SMK  yang memiliki sifat integrated, pengembangan materinya lebih difokuskan pada permasalahan manusia dalam hubungannya  dengan  Pancasila dan lingkungan sosial budaya Indonesia (kurikulum,  2004).

C.    Tujuan  Pengajaran Ilmu  Pengetahuan Sosial
Dalam kurikulum  pendidikan  Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah : bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dari keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari - hari, sedangkan tujuan pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air (Kurikulum Pendidikan Indonesia,  2010).
Artinya bahwa IPS sebagai mata pelajaran tidak hanya membekali ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu membekali sikap dan nilai serta skill dalam kehidupan dimasyarakat sehingga dapat memahami lingkungan, masyarakat bangsa dengan berbagai karakteristiknya.  Sebagai mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertolak dari kondisi real (nyata) dimasyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia melalui seluruh aspek kehidupan manusia agar tidak terasa asing didalam kehidupan lingkungan kemasyarakatan sendiri. termasuk lingkungan sosial dan lingkungan sekitarnya.


D.    Konsep Mengajar Model Universal Uthopia    
1.      Pengertian Metode Mengajar
Sudirman (1991) berpendapat bahwa metode mengajar merupakan upaya guru membantu memudahkan proses belajar sehingga diharapkan dalam jangka panjang para siswa dapat meninggkatkan kemampuan belajarnya secara efektif dan mudah menyerap atau memperoleh informasi, gagasan, kemampuan nilai - nilai, berfikir serta dapat mengekspresikan dirinya. Dalam pengajaran terdapat macam-macam metode. Oleh sebab itu, memiliki suatu metode mengajar yang baik harus sesuai dan relevan dengan tujuan pengajaran itu sendiri.
Secara harpiah, mengajar itu adalah suatu proses dimana pengajar (guru) dan siswa menciptakan ekologi yang baik dan kondusif agar terjadi kegiatan belajar yang berhasil guna.  Menurut Dahlan (1984:21) mengemukakan bahwa pengertian metode mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajaran dikelas dalam pengajaran".
Pembuatan metode  metode mengajar didasarkan pada asumsi bahwa ada metode belajar tertentu yang relevan ditangani dengan metode mengajar tertentu. Seandainya guru mengharapkan siswa yang produktif dan kreatif, maka guru haruslahlah membiarkan siswanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan polanya sendiri dan penerapan metode mengajarpun harus mengikuti kebutuhan siswa.
Jenis metode yang akan digunakan haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang relevan dengan situasi kelas dan pandangan hidup yang dihasilkan dari kerjasama guru dan siswa.  Menurut pendapat Ngalim Purwanto (1997: 102) bahwa : “belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan”.  Pendapat Djahiri (1993:6) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu kegiatan atau proses interaksi atau dialog yang dilakukan oleh siswa.

Sedangkan menurut para ahli psikologi umumnya mengartikan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dari diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

2.      Model Universal Uthopia    
Menurut Djodjo Suradisastra, dkk (1991/1992:2) menyatakan bahwa : "Model Universal Uthopia memiliki discovery bagi foundingfather’s bangsa. Guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas. tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas. Interaksi antar pelajar digiatkan oleh guru. Dengan model Universal Uthopia  ini diharapkan akan lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersama dengan bertambahnya pengalaman melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar'.
 Pengajaran konsep memberikan kesempatan untuk menganalisis proses berfikir siswa dan membantu siswa untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif.  Model Universal Uthopia     dari karya Jerome Brunner, dkk yang berjudul A Study of thinking dalam Mulyani Sumantri, dkk (1988/1989:46) yaitu :
"Model Universal Uthopia   ini dilandasi asumsi bahwa lingkungan itu banyak ragam dari isinya dan kita sebagai manusia mampu membeda - bedakan obyek - obyek dengan aspek – aspeknya namun tetap dalam suatu gagasan ideologis  yang satu"'.  Ada beberapa cara yang dilakukan dalam pembuatan model Universal Uthopia, yang dapat membantu siswa dapat memiliki kemampuan, diantaranya :
1.      Bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan belajar
2.      Lebih luasnya interaksi antar pelajar
3.      Mengembangkan kemampuan kegiatan dialog bebas.
4.      Menguasai materi atau bahan pelajaran
5.      Memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif (berfikir induktif ).
Menurut resnik dan klopfer (1989:157), dalam Mulyasa (1997) menjelaskan bahwa pembelajaran model  Universal Uthopia adalah mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik  


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang lebih dikenal dengan sebutan (classroom Action Research). Dalam penelitian ini menggunakan tiga siklus.
Pada tiap siklus terdiri dari 4 (empat) kegiatan yakni : 1) Perencanaan, 2). Tindakan, 3). Observasi dan 4). Refleksi. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral (Kasihani Kasbollah, 1998 / 1999 : 14 ) yang dapat dilihat pada bagan ini :





















Bagan  :
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral


 






























Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih atas pertimbangan bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang, peneliti berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian dan dalam waktu yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya.

  1. Observasi Awal
Aktivitas ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran awal tentang situasi keadaan  pembelajaran dalam proses belajar mengajar IPS dengan model Universal Uthopia  pada kelas  X AP I.
Pada pelaksanaan tahap observasi secara lebih operasional yaitu semua aktivitas untuk mengenal, merekam dan mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang dicapai oleh tindakan yang telah direncanakan itu ataupun sampingannya ( Kasihani Kasbollah; 1998 / 1999). Fungsi diadakannya observasi adalah :
1.      Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2.      Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan (Kasihani Kasbollah, 1998 / I999).

  1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah dilakukan berdasarkan pada observasi awal yang akan diajarkan pada pokok bahasan  Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia.
Untuk siklus I ( tindakan pertama ) tidak menggunakan model  Universal Uthopia, Sedangkan untuk siklus II (tindakan kedua) menggunakan model Universal Uthopia. Pada saat pelaksanaan disesuaikan dengan yang diharapkan oleh siswa dengan tingkat perkembangan kognitifnya yaitu merupakan Universal Uthopia   tingkat konkret. Sedangkan untuk siklus III ( tindakan ketiga) disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa dengan menggunakan model Universal Uthopia    tingkat konkret sesuai yang diharapkan siswa.
Dan observasi awal ini dapat diketahui bahwa siswa umumnya kurang aktif dalam pembelajaran, maka untuk meningkatkan pemahaman siswa, kegiatan dialog bebas, interaksi antar pelajar lebih digiatkan, maka digunakanlah model Universal Uthopia   .

  1. Membuat Rencana Tindakan
Dalam membuat rencana tindakan ini dibuat berdasarkan topik-topik / masalah - masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Topik-topik yang ditemukan diantaranya :
  1. Tidak adanya keterlibatan siswa dalam belajar
  2. Penilaian hasil belajar hanya ditekankan pada penilaian pengetahuan dari buku cetak dan materi dari guru.
  3. Metode pembelajaran yang digunakan terfokus / terbatas pada metode ceramah dan pemberian tugas. Sehingga siswa kurang terlibat dan hanya guru saja yang memegang peranan (teacher centered ).

  1. Penyusunan Instrumen
Sesudah membuat rencana tindakan maka disusunlah beberapa instrumen - instnmen yang digunakan, antara lain satuan pelajaran rencana pengajaran, test untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa, lembar kerja siswa (LKS) dan membuat lembar pengamatan.
Lembar pengamatan ini dimaksudkan untuk keaktifan siswa, kreativitas siswa, inisiatif siswa sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran model Universal Uthopia     semi mengobservasi / mengamati aktivitas dan keaktifan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.




  1. Pelaksanaan Pembelajaran
   Siklus I
1.      Pokok Bahasan  Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia  
2.      Tahapan Kegiatan Pembelajaran
a.       Apersepsi yaitu dengan cara tanya jawab dengan siswa dan mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa mengenai tokoh  tokoh   Soekarno yang mereka ketahui.
b.      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dari jumlah 25 orang menjadi 7 kelompok .
c.       Guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
d.      Siswa melakukan pencarian atau menunjukan tentang peran tokoh nasional dan menceritakan dalam  peranan sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia pada kelompok masing-masing
e.       Siswa menjelaskan peran tokoh nasional dalam   Perjuangan pergerakan Nasional Indonesia sebelum kemerdekaan RI seperti  peranan Budi Utomo dan Dr. Soetomo .
f.       Siswa melaporkan hasil temuannya.
g.      Untuk mengetahui pemahaman konsep serta untuk mengetahui hasil evaluasi dari proses pembelajaran tersebut maka siswa diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
h.      Observasi pada saat siswa melakukan kegiatan belajar, maka dilakukan beberapa pengamatan yang terdiri dari kerjasama, kreativitas siswa, keterampilan siswa, pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan dan inisitaif siswa terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dan hasil pengamatan ini sebagai refleksi bagi tindakan berikutnya :
i.        Mengadakan / melakukan evaluasi dari hasil belajar siswa dengan tujuan untuk mengetahui kreativitas siswa, pemahaman siswa, serta kerjasama siswa.
j.        Selama aktivitas observasi berlangsung dilakukan oleh observasi.

Siklus II
1.      Pokok bahasan Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia Sub pokok bahasan yang akan diajarkan pada siswa masih tetap rnenceritakan peran tokoh  tokoh  Pergerakan Nasional dengan menggunakan model   Universal Uthopia.   
2.      Tahapan Kegiatan Pembelajaran
a.        Guru mengkondisikan siswa untuk belajar yaitu dengan cara bertanya mengenai  bagaimana para tokoh nasional berunding dalam amanat penderitaan bangsa Indonesia ini ?
b.       Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok  .
c.        Guru menggiatkan interaksi antar siswa dan aktivitas dialog bebas antar siswa pada saat penyesuaian dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
d.       Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran model  Universal Uthopia .  
e.        Selanjutnya guru memperlihatkan gambar tokoh - tokoh nasional  seperti Soekarno, Hatta, Moh Yamin dll.
f.        Guru membuat situasi kelas menjadi hidup.
g.       Setelah siswa menunjukkan atribut objek (warna, bentuk) dengan cara memilih, melingkari atau memegang dari konsep yang dibuat contoh sendiri dan melihat gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan. Setiap kelompok memberikan penjelasan dari hasil analisis di depan kelas.
h.       Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan tentang materi yang sama yaitu menceritakan peran tokoh - tokoh nasional dalam  merumuskan  persiapan kemerdekaan RI .
i.         Ketika ada salah satu kelompok yang tampil didepan kelas, maka kelompok lain harus memperhatikan dan memberikan beberapa pertanyaan / komentar - komentar tentang kelompok yang tampil tersebut.

j.         Setelah semua kelompok usai tampil didepan kelas untuk memberikan penjelasan dari hasil analisis, siswa diberi tugas untuk mengisi lembar kerja siswa dengan tujuan untuk memandu siswa dan untuk mengetahui hasil evaluasi setiap siswa.

k.       Observasi
1.      Sasaran observasi ini adalah pada saat melakukan kegiatan belajar, pengamatan yang dilakukan, sikap (kerjasama) siswa, kreativitas dan pemahaman konsep siswa tentang materi yang diberikan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sendiri.
2.      Melakukan evaluasi hasil belajar dengan tujuan untuk mengetahui kerjasama siswa, keterampilan siswa, kreativitas, inisiatif siswa dan pemahaman siswa tentang materi.

     Siklus III
  1. Pokok bahasan di Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia Sub pokok bahasan yang akan diajarkan masih mengenai menceritakan peran tokoh-tokoh nasional dalam  merumuskan  dan mempersiapkan kemerdekaan RI dengan menggunakan model  Universal Uthopia . 
  2. Tahapan Kegiatan pembelajaran
a.       Guru mengondisikan siswa untuk belajar yaitu dengan cara bertanya mengenai kehidupan pada Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  Belanda di Indonesia. Misalnya :”Bagaimanakah sikap kalian kalau kalian hidup pada waktu  persiapan kemerdekaan RI ?
b.      Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok.
c.       Guru menggiatkan interaksi antar siswa dan aktivitas dialog bebas antar siswa pada saat penyesuaian dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
d.      Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran model Universal Uthopia.

e.       Selanjutnya guru memperlihatkan gambar tokoh - tokoh nasional pada  dalam  merumuskan dan mempersiapkan kemerdekaan RI.
f.       Guru membuat situasi kelas menjadi hidup
g.      Setelah siswa menunjukkan atribut objek (warna, bentuk) dengan cara rnemilih, melingkar dari konsep yang dibuat contoh sendiri dan melihat gambar tokoh nasional yang harus dijawab. Setiap kelompok memberikan penjelasan dari hasil analisis di depan kelas.
h.      Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan tentang materi yang sama yaitu menceritakan  peran tokoh nasional.
i.        Setelah siswa menjelaskan materinya masing - masing sambil melihat gambar tokoh - tokoh  nasional , setiap kelompok harus memberikan penjelasan dari hasil analisis didepan kelas.
j.        Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan tentang materi yang sama yaitu menceritakan peran tokoh  Bung Hatta sebagai tokoh nasional  dalam kiprahnya memperjuangkan hak kebebasan bernegara dan berbangsa.
k.      Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan tentang materi yang sama yaitu Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia dan persiapan kemerdekaan RI .
l.        Ketika ada salah satu kelompok yang tampil didepan kelas, maka kelompok lain harus memperhatikan dan memberikan beberapa pertanyaan / komentar tentang kelompok yang tampil tersebut.
m.    Setelah semua kelompok usai tampil didepan kelas untuk memberikan penjelasan dari hasil analisis, siswa diberi tugas untuk mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS ) dengan tujuan untuk memandu siswa dan untuk mengetahui hasil evaluasi setiap siswa.

  1. Sasaran observasi ini adalah pada saat melakukan kegiatan belajar, pengamatan yang dilakukan, sikap (kerja sama) siswa, kreativitas dan pemahaman konsep siswa tentang materi yang diberikan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sendiri.

  1. Melakukan evaluasi hasil belajar dengan tujuan untuk mengetahui kerja sama siswa, keterampilan siswa, kreativitas siswa, inisiatif siswa dan pemahaman siswa tentang materi.

      Refleksi
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis sintesis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh (Kasihani Kasbollah, 1998 / 1999).
Dengan demikian data yang berhasil dikumpulkan melalui alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang tidak tercatat tetapi sempat terdeteksi dan terekam oleh peneliti akan dikonfirmasikan dan dianalisis serta dievaluasi untuk diberikan makna supaya dapat diketahui pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan tersebut telah dapat tercapai atau belum agar peneliti mendapatkan kejelasan tindakan baru yang akan dilakukannya kemudian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil  Tindakan
Dalam suatu penelitian setidaknya ada hasilnya. Sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model  Universal Uthopia, peneliti melakukan penjajakan awal berupa pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap para siswa yang menjadi objek penelitian dengan cara belajar di dalam kelas yang biasa digunakan oleh para siswa dalam sehari-hari yaitu tanpa menggunakan model Universal Uthopia     dengan pokok bahasan   Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran awal tentang kondisi siswa  kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yang meliputi aspek pemahaman konsep aspek kreativitas siswa aspek kerjasama, inisiatif siswa, dan aspek hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS  pada tahap penjajakan keadaan awal dilaksanakan dengan secara klasikal, dimana metode ceramah mendominasi serta buku paket menjadi pusat sumber belajar siswa dan guru memegang peranan siswa hanya mendengarkan dan melaksanakan perintah dari guru. Dalam teknik pembelajaran dan data yang didapat dari hasil observasi pada tahap ini serta rumusan persiapan pembelajaran dan lembar observasi yang telah di buat sebelumnya.

a.       Perencanaan Tindakan (Siklus) I
1.      Menelaah jadwal pelajaran yang ada di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu pada mata pelajaran IPS untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan pembelajaran dengan mencoba menggunakan beberapa metode yang biasa dilakukan oleh guru, dan mengadakan kesepakatan dengan observer atau guru yang ditunjuk bahwa hari  Rabu diadakan penelitian selama semester Ganjil untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan topik penelitiannya
2.      Melakukan tindakan terhadap  materi ajar  IPS di   kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal pelajaran berlaku dengan semestinya yang tidak mengganggu KBM mata pelajaran lainnya.

b.      Pelaksanaan Tindakan (Siklus) I
Pelaksanaan tindakan ini relevan dengan rencana yang telah disiapkan yaitu mengenai pembelajaran IPS di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013. Dengan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut : guru memberikan pelajaran dengan cara apersepsi terlebih dahulu, yaitu guru membuat beberapa pertanyaan kepada siswa tentang Tokoh Perjuangan dan Pergerakan  di Indonesia dengan materi sub pokok bahasan menceritakan peran  tokoh nasional  dalam pergerakan nasional Indonesia.
Guru mengelompokkan siswa dari 25 menjadi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3 orang ada juga yang 4 orang. Kelas menjadi gaduh karena mereka berebut teman untuk dijadikan teman sekelompoknya, tapi ada juga siswa yang santai-santai saja dan ada juga siswa yang hanya ngobrol dengan dengan temannya. Guru menjelaskan bahwa disetiap kelompok harus ada ketuanya yaitu orang yang dipercaya oleh teman kelompoknya. Kelas menjadi gaduh kembali karena dalam pemilihan ketua beraneka ragam, ada kelompok yang semuanya ingin menjadi ketua kelompok ada juga kelompok semuanya tidak mau jadi ketua. Guru kembali menjelaskan apa tugas dari seoang ketua yaitu harus bertanggung jawab dapat dipercaya, rajin, tekun dan cakap seperti seorang pemimpin  misalnya  Budi Utomo dan Dr. Soetomo. Setelah menyimpulkan materi guru menugaskan kembali kepada siswa untuk duduk ke tempatnya masing-masing. Dengan tujuan guru akan membagikan LKS untuk mengukur tingkat pemahaman semata-mata ingin tahu hasil belajar siswa di bawah ini adalah hasil dan LKS yang dikerjakan oleh siswa.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS dan waktu belajarpun telah habis yaitu 3 x 40 menit = 120 menit. 3 jam pelajaran ini dilakukan pada hari Rabu. Karena pelajaran IPS di kelas X AP I hanya 2 jam pelajaran dan setiap 1 jam pelajarannya 45 menit. Siswapun mengumpulkan LKS nya untuk dinilai. Sebelumnya pelajaran di tutup gurupun menyimpulkan hasil jawaban dari siswa.
c.       Analisis dan Refleksi Tindakan Pertama ( Siklus I)
Setelah pembelajaran selesai, guru bersama-sama Observer menganalisis hasil kegiatan yang sudah berlangsung. Dalam pembelajaran yang tidak menggunakan model Universal Uthopia     Guru dan observer dapat menyimpulkan bahwa selama pembelajaran berlangsung, banyak sekali kekurangan-kekurangan diantaranya :
a.       Perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS terutama Sejarah “sangat kurang”, kekurangan perhatian ini diperlihatkan ketika guru menjelaskan materi dan memberikan tugas, masih ada siswa yang tidak mengerti tentang tugas yang diberikan oleh guru.
b.      Tidak adanya kerjasama dalam kelompok, hal ini terlihat ketika guru mengelompokkan siswa, kelas menjadi gaduh dan ini menandakan kelas ini tidak pernah melakukan pembelajaran dengan kelompok dengan kemungkinan mereka terbiasa mengerjakan sesuatu itu sendiri-sendiri.
c.       Tidak adanya kepercayaan pada temannya ketika guru menugaskan bahwa disetiap kelompok harus ada ketua, sepertinya mereka tidak menerima, sepertinya mereka tidak terbiasa dipimpin oleh teman sendiri.
d.      Sikap kreatifitas pun masih sangat kurang, disebabkan tidak adanya keinginan dari siswa untuk menentukan teman kelompoknya. penentuan teman kelompok itu harus dilakukan oleh guru.

Dibawah ini adalah contoh hasil salah satu pengamatan dari beberapa kali pertemuan yang dilakukan observer dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1
Pengamatan siswa kelas X AP I dalam pembelajaran IPS 
No
 Samaran Responden
Kreativitas
Pemahaman Konsep
Kerjasama
1
A
2
2
2
2
B
1
1
2
3
C
2
2
3
4
D
1
2
3
5
E
2
1
2
6
F
3
3
3
7
G
 3
-
-
8
H
3
2
2
9
I
2
2
3
10
J
3
2
3
11
K
3
3
2
12
L
2
1
3
13
M
3
3
3
14
N
2
1
3
15
O
1
2
3
16
P
3
2
2
17
Q
2
2
3
18
R
1
2
2
19
S
1
1
1
20
T
1
1
2
21
U
2
1
2
22
V
1
1
1
23
W
1
1
1
24
Y
1
1
2
25
Y
3
2
3
Keterangan :
1          = Kurang
2          = Cukup
3          = Baik
Dari hasil beberapa pertemuan yang dilakukan oleh observer yang dinilai dapat dilihat dari hasil pengamatan pada kelas X AP I pada pembelajaran IPS dilakukan tiga kali pertemuan dalam Siklus ke I (satu) hasilnya dapat dilihat dibawah ini
Tabel 4.2
Hasil penelitian Siklus I dari dua pertemuan
           
No.
Aspek Yang Dinilai
%
Siswa yang Mendapatkan Nilai
Baik
Cukup
Kurang
1.
Pemahaman Konsep Siswa
18.7 %
43.1 %
38.2 %
2.
Sikap Kerja Sama Siswa
48.2 %
32.2 %
19.6 %
3.
Kreativitas Siswa
28.4 %
45.2 %
26.4 %
4.
Hasil Belajar Siswa
9.7 %
48.3 %
42.0 %

Sebelum pelaksanaan tindakan ke dua dilakukan terlebih dahulu merevisi terhadap beberapa kekurangan-kekurangan yang muncul pada pelaksanaan pertama (Siklus I) dan mempertahankan atau meningkatkan aspek yang sudah dirasakan baik pada pelaksanaan tindakan pertama.
Dari hasil refleksi pelaksanaan tindakan pertama untuk pelaksanaan Tindakan Ke dua (Siklus II) disepakati beberapa perbaikan diantaranya :
a.       mempersiapkan pembelajaran IPS dengan menggunakan Model   Universal Uthopia.
b.      Menelaah kembali terhadap tuntutan kurikulum mata pelajaran IPS yang harus disampaikan setelah pokok bahasan yang telah disampaikan pada tindakan pertama (Siklus I), untuk dapat menentukan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan apa yang akan disampaikan pada waktu melakukan Tindakan Ke dua (Siklus II) ini peneliti masih tetap menggunakan pokoh bahasan  menceritakan peran tokoh­ Nasional dalam   usahanya memperjuangkan kemerdekaan sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia
c.    Mendiskusikan cara menentukan kelompok dalam pembelajaran IPS menggunakan Model  Universal Uthopia. Dari hasil diskusi antara peneliti dan siswa bahwa pemilihan kelompok tetap dilakukan oleh siswa dengan tujuan supaya ada kerja sama antar siswa dan siswa tidak mengandalkan guru dalam pembelajaran ini, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan teman kelompoknya.
d.   Melakukan diskusi dengan observer mengenai format penilaian yang tidak berubah, karena dalam Model  Universal Uthopia ada beberapa perubahan mengenai format penilaian, dan hasilnya disepakati bahwa format pada Siklus pertama sudah cukup dan ada penambahan format pada siklus ke dua dengan format baru sesuai dengan kesepakatan antar peneliti dan observer
e.    Merumuskan kembali persiapan pembelajaran (Satuan pelajaran) untuk ditindak lanjuti pada tindakan ke dua. Rumusan "Rencana Pembelajaran" yang dibuat oleh peneliti untuk dilaksanakan Tindakan Ke dua (Siklus II) adalah  menceritakan peran tokoh-tokoh nasional dalam  upaya memperjuangkan nasib bangsa untuk merdeka .
f.     Mendiskusikan masalah pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Universal Uthopia antara peneliti dan siswa untuk Tindakan Kedua. Dan hasil diskusi dapat disepakati bahwa dalam pembelajaran IPS dalam menggunakan Model Universal Uthopia    tingkat konkret sesuai dengan yang diharapkan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi. Dialog bebas antar siswa digiatkan untuk mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan dengan cara memilih, memegang atau melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa.

2.      Proses Belajar Siswa  setelah menggunakan Model Universal Uthopia   .
Setelah melihat hasil analisis dan refleksi pada Siklus 1, maka penulis mempersiapkan pelaksanaan pada Siklus II. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia    dibuat dua siklus yaitu siklus ke II dan siklus ke III untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan mengenai tindakan ke II.

a.       Perencanaan Tindakan ke II (Siklus II) menggunakan Model Universal Uthopia   tingkat konkret menunjukkan atribut objek Pahlawan  Nasional Soekarno dengan cara memegang gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.
Pada proses pelaksanaan Tindakan ke II (siklus II), juga membuat persiapan pelajaran atau rencana pelajaran dan persiapan hasil analisis dan refleksi seperti pada tindakan pertama yang telah di telaah oleh peneliti. Konsep yang sepakat untuk diangkat dalam pembelajaran Tindakan ke dua adalah mengenai penjajahan di Indonesia, siswa diharapkan dapat menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Nasional Dr. Soetomo dengan memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan. sambil melihat gambar tokoh nasional yang telah disediakan. Dalam penggunaan Model Universal Uthopia   pada pembelajaran IPS di kelas  ini dapat dilihat dari beberapa perencanaan di bawah ini :
1.      Membuat satuan pelajaran dengan menerapkan Model  Universal Uthopia tingkat konkret yang menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Nasional dengan cara memegang gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan.
2.      Melakukan telaahan terhadap pokok bahasan mata pelajaran IPS di  kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal pelajaran berlaku yang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran lainnya.
3.      Melakukan telaahan terhadap tuntutan kurikulum mata pelajaran IPS harus di sampaikan pada semester  dua untuk ditindak lanjuti dengan pembelajaran yang menerapkan Model Universal Uthopia    tingkat konkret yaitu menunjukan atribut objek (bentuk) pahlawan  Nasional  Budi Utomo dan Dr. Soetomo dengan cara memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan untuk meningkatkan proses belajar siswa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru.

b.      Pelaksanaan Tindakan ke II (Siklus II)
Dalam pelaksanaan Tindakan ke II (dua) ini guru mengkondisikan siswa untuk belajar, diantaranya dengan membuka pelajaran dengan cara apersepsi, yaitu mengadakan beberapa pertanyaan mengenai pelajaran yang akan dibahas.
Guru bertanya pada siswa "Apa yang akan Kalian lakukan jika kalian  seperti tokoh Soekarno ? hanya beberapa orang siswa saja yang menjawab pertanyaan dari guru diantaranya :
 "Saya akan  merumuskan  persiapan kemerdekaan RI, secara simpel Pak"
"Saya akan  mengajak  beberapa teman seperjuangan  Pak"
Sambil mendengar respon-respon dari siswa, guru mengeluarkan gambar para pahlawan tokoh-tokoh nasional ketika guru mengeluarkan gambar tersebut situasi kelas yang tadinya agak ribut dengan jawaban-jawaban siswa tentang  perjuangan menuju  Indonesia merdeka, menjadi hening, semua memperhatikan ke depan karena guru menempelkan gambar di papan tulis. siswa berkomentar “Wah bagus sekali gambarnya”.  Guru kembali menerangkan situasi kelas dan menjelaskan, "anak-anak inilah gambar para pahlawan tokoh-tokoh Nasional  yang ikut membantu dalam merumuskan gagasan dan konsep kemerdekaan RI .
Guru menyuruh siswa untuk mengelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok. Namun dalam pelaksanaan tindakan ke dua ini jumlah siswa yang tadinya 25 orang berkurang dua orang menjadi 23 karena yang dua tidak masuk sekolah sehingga setiap kelompok terdiri dari 3 orang dan ada juga yang 4 orang. Ketika guru mengelompokkan siswa, kelas sangat tenang tidak ribut dan tidak ada yang main-main mengganggu temannya, tidak seperti waktu tindakan pertama. lni menandakan mereka sudah biasa berkelompok. Guru pun mulai menugaskan kembali kepada siswa bahwa setiap kelompok harus ada ketua. Dalam menentukan ketua, setiap kelompok tidak ribut, seperti waktu tindakan pertama. Kelas tenang kembali. guru pun bertanya "apakah semua kelompok sudah ada ketuanya ? “ dengan serempak siswa menjawab "sudah pak", baiklah kalau begitu bapak akan menjelaskan tugas-tugas setiap kelompok.
Setelah semua sarana disiapkan barulah setiap kelompok untuk tampil ke depan untuk dialog bebas antar siswa mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  nasional Soekarno dengan cara memegang gambar tokoh-tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa/Ketua. Sementara Kelompok yang tidak tampil bertindak sebagai pengamat. Apabila selesai tampil setiap Kelompok, tim pengamat melaporkan hasil pengamatannya. Tim pengamat ini bertugas mengamati setiap penjelasan dari setiap kelompok, misalnya sesuaikah yang dijelaskannya itu dengan atribut objek pahlawan yang dipegangnya. Tim pengamat bergantian saling mengamati dengan rekan yang tampil dengan tujuan saling memperbaiki kekurangan-kekurangan Ketika tampil di depan kelas.
Penampilan berhenti jika semua kelompok sudah tampil didepan kelas. Apabila semua kelompok sudah tampil, maka gurupun  menugaskan siswa untuk mengubah kelas seperti semula yaitu duduknya berpasang-pasangan, guru menyimpulkan materi dan membagikan LKS, ingin mengetahui hasil belajar siswa. Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS, guru mengumpulkan LKS tersebut untuk menghitung Sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia    tingkat konkret.

Dibawah ini adalah salah satu contoh hasil LKS yang dibuat siswa :

LEMBAR KERJA SISWA
MATA PELAJARAN IPS
Nama   :
Kelas   :
JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI
1.      Pada tahun berapakah  Soekarno merumuskan  kemerdekaan RI ?
2.      Dipimpin oleh siapakah  BPUPKI ?
3.      Dimanakah  tempat terselenggaranya pertemuan BPUPKI ?

Untuk melihat hasil penelitian secara keseluruhan yang dihasilkan dari pengamatan. ternyata lebih menggembirakan karena ada beberapa aspek yang meningkat diantaranya aspek kreativitas, dan aspek kerja sama siswa lebih meningkat. Peningkatan-peningkatan ini telah dilakukan beberapa kali yaitu dalam satu siklus dilakukan tiga kali pertemuan hasil untuk siklus ke II (dua) ini dapat di lihat pada label di bawah ini.

Tabel 4.4
Hasil penelitian Siklus ke II dari tiga kali pertemuan    ­
No.
Aspek Yang Dinilai
%
Siswa yang Mendapatkan Nilai
Baik
Cukup
Kurang
1.
Pemahaman Konsep Siswa
36.3 %
39.3 %
24.4 %
2.
Sikap Kerja Sama Siswa
54.5 %
34.2 %
11.1 %
3.
Kreativitas Siswa
46.2 %
37.5 %
16.3 %
4.
Hasil Belajar Siswa
29.0 %
38.7 %
29.4 %

Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan ke tiga terlebih dahulu dilakukan beberapa revisi terhadap beberapa kekurangan-kekurangan yang muncul pada pelaksanaan tindakan kedua dan mempertahankan atau meningkatkan apa-apa yang sudah dirasakan baik pada pelaksanaan tindakan kedua itu. Dari hasil pelaksanaan tindakan kedua untuk pelaksanaan tindakan ketiga disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan diantaranya :
a)       Mempersiapkan pembejajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia    dengan memakai Universal Uthopia   tingkat konkret.
b)       Menelaah kembali terhadap tuntutan kurikulum mata pelajaran IPS yang harus disampaikan setelah pokok bahasan yang telah disampaikan pada tindakan ke dua untuk dapat menentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan disampaikan pada waktu melakukan tindakan ketiga. Dalam tindakan ke tiga ini peneliti masih tetap rnenggunakan pokok bahasan menceritakan peran tokoh-­tokoh nasional  dalam merumuskan UUD 1945.

c)       Mendiskusikan cara menentukan kelompok dalam pembelajaran IPS menggunakan Model Universal Uthopia. Dari hasil diskusi antara peneliti dan siswa bahwa pemilihan kelompok tetap dilakukan oleh siswa dengan tujuan supaya ada kerja sama antar siswa dan siswa tidak mengandalkan guru. Dalam pembelajaran ini siswa di berikan kebebasan untuk menentukan teman kelompoknya,
d)      Merumuskan kembali persiapan pengajaran (satuan pelajaran) 1 untuk di tindak lanjuti pada tindakan ke dua. Rumusan "rencana pembelajaran' yang dibuat oleh peneliti untuk dilaksanakan tindakan ketiga (Siklus III) adalah mengenai Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia dan menceritakan peran tokoh-­tokoh nasional  dalam usahanya melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
e)       Mendiskusikan pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia    tingkat konkret. Dialog bebas antar siswa digiatkan untuk mencari dan menunjukkan atribut (bentuk) pahlawan dengan cara melingkari gambar tokoh pahlawan nasional yang harus dijelaskan oleh siswa

Perencanaan Tindakan ke III (Siklus III) menggunakan Model Universal Uthopia    tingkat konkret menunjukkan atribut objek Pahlawan  Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.
Pada proses pelaksanaan tindakan ke tiga ini, juga adalah melaksanakan persiapan atau rencana persiapan hasil analisis dan refleksi pada tindakan kedua yang telah di telaah oleh peneliti. Konsep yang sepakat untuk diangkat dalam pembelajaran tindakan ke dua adalah mengenai penjajahan di Indonesia. siswa diharapkan dapat menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Moh Matta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang sudah disediakan. Dalam penggunaan model Universal Uthopia    pada pembelajaran IPS di kelas ini dapat dilihat dari beberapa perencanaan di bawah ini :
1.      Membuat satuan pelajaran dengan menerapkan Model Universal Uthopia    tingkat konkret yaitu menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Moh Hatta dari Sumatera Barat dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.
2.      Melakukan telaahan terhadap pokok bahasan mata pelajaran IPS di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal pelajaran berlaku yang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran lainnya.
3.      Melakukan telaahan terhadap tuntutan Kurikulum mata pelajaran IPS yang harus di sampaikan pada semeser  ganjil untuk ditindak lanjuti dengan pembelajaran yang menerapkan Model Universal Uthopia  tingkat konkret yaitu menunjukan atribut objek (bentuk) pahlawan Nasional Moh. Hatta Sumatera Barat dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan untuk meningkatkan proses belajar siswa kegiatan belajar rnengajar yang dilakukan guru.

b.      Pelaksanaan tindakan ke III  
Dalam pelaksanaan tindakan ke III (tiga) ini guru mengkondisikan siswa untuk belajar, diantaranya dengan membuka pelajaran dengan cara apersepsi, yaitu mengadakan beberapa pertanyaan mengenai pelajaran yang akan dibahas.  Guru bertanya pada siswa  “ Apakah pemikran Moh. Hatta tentang permusan UUD 1945?" Siswa dengan serempak menjawab "Banyak Pak". "Coba sebutkan yang kalian ketahui ? 
Setelah melakukan beberapa pertanyaan kepada siswa ternyata Kelas lebih tenang, tidak seperti pada Tindakan kesatu ataupun Tindakan kedua. guru menjelaskan pelajaran yang akan disampaikan yaitu tetap saja mengenai Tokoh Pejuangan dan Pergerakan  di Indonesia, namun kali ini yang akan disampaikan yaitu siswa dapat diharapkan dapat menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  Nasional Moh. Hatta dari ­Sumatera Barat dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa sambil melihat gambar tokoh nasional yang sudah disediakan.  Guru menyuruh siswa untuk mengelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok. Namun dalam pelaksanaan tindakan ke tiga ini jumlah siswa terdiri dari 23 orang . Karena yang satu keluar/pindah mengikuti kedua orang tuanya.  Ketika guru mengelompokkan siswa, kelas sangat tenang mungkin siswa sudah terbiasa belajar bekerja sama.  Guru pun menjelaskan bahwa setiap ada yang tampil ke depan, kelompok lain yang tidak tampil diharuskan mengamati kelompok yang tampil tersebut dengan tujuan apabila ada kekurangan akan diperbaiki pada pertemuan yang akan datang.
Setiap kelompok pun dimulai untuk maju ke depan kelas, untuk dialog bebas antar siswa mencari dan menunjukan atribut objek (bentuk) pahlawan  Hatta Sumatera Barat dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.  Kelompok ke satu yang pertama tampil ke depan kelas, maka kelompok dua, tiga, empat, lima, enam dan tujuh mengamati kelompok ke satu dengan cara mencatat kekurangan atau kelebihan dalam menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan nasional dengan cara melingkari gambar tokoh nasional, siswa berdialog bebas antar siswa untuk menjelaskannya. Apabila kelompok satu telah selesai tampil, maka kelompok yang menjadi pengamat melaporkan hasil pengamatannya didepan kelas. 
Ketika hari selasa siswa sudah siap untuk tampil didepar kelas. Pelaksanaan setiap kelompok untuk tampil di depan kelas untuk menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional dan harus dijelaskan oleh siswa akan dimulai yaitu saat siswa sudah mulai masuk Kelas dan sudah berdo'a serta sesudah mendengarkan pengarahan dari guru.

c.  Analisis dan Refleksi Tindakan Ketiga (Siklus III)
Setelah pembelajaran selesai, peneliti bersama-sama Observer menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. Dalam pembelajaran dengan tidak menggunakan Model  Universal Uthopia, menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa, peneliti dan observer dapat menyimpulkan bahwa selama pembelajaran berlangsung, adanya peningkatan pada saat kegiatan belajar mengajar, yaitu diantaranya :

1.      Siswa sangat antusias dalam memperhatikan pelajaran ketika pelajaran dimulai, karena siswa sudah mulai tertarik dengan kegiatan yang diberikan. Hal yang menarik dalam siklus III ini adalah, dalam pelaksanaan berdialog bebas antar siswa sambil mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa didepan kelas.
2.      Pada saat siswa ditugaskan untuk berkelompok siswa sudah terbiasa, sehingga mereka tidak susah lagi dalam menentukan teman dalam kelompoknya.
3.      Sifat kreativitas siswa yang dapat pada siklus ke III   adalah siswa sudah bisa berdialog bebas antar siswa secara spontan dengan lawan bicaranya.
4.      Hasil belajar dalam siklus III ini pun ada peningkatan.

Setelah selesai pelaksanaan siklus III ini, penulis dapat menyimpulkan hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer yang terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek pemahaman konsep siswa, aspek hasil belajar siswa, aspek kreativitas siswa, dan aspek sikap kerja sama siswa, aspek-aspek tersebut dapat dilihat dari hasil berikut ini :
Tabel 
Hasil Penelitian Siklus ke III 
No.
Aspek Yang Dinilai
%
Siswa yang Mendapatkan Nilai
Baik
Cukup
Kurang
1.
Pemahaman Konsep Siswa
42.4 %
39.3 %
18.3 %
2.
Sikap Kerja Sama Siswa
64.5 %
35.2 %
10.3 %
3.
Kreativitas Siswa
66.6 %
21.2 %
12.2 %
4.
Hasil Belajar Siswa
45.4 %
40.3 %
14.3 %

Demikianlah gambaran tentang pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia   tingkat konkret yaitu menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Nasional Moh. Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh nasional dan dialog bebas antar siswa digiatkan.

B.     Pembahasan Hasil Penelitian
1.      Gambaran Kreativitas Siswa  Sebelum Pembelajaran Universal Uthopia    
a.      Situasi Kelas
Pengobservasian dilaksanakan pada saat pembelajaran di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 berdasarkan hasil pengobservasian / pengamatan situasi kelas pada saat pembelajaran berlangsung siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran karena guru banyak memegang peranan artinya guru terus memberikan penjelasan tanpa menghiraukan Keadaan kelas. Pada saat guru memberikan penjelasan tentang materi, hanya sebagian siswa yang memperhatikan ke depan kelas sedangkan siswa yang lain aktif dengan kegiatannya masing-masing.
Pemahaman konsep siswa pada Siklus I ini "kurang", hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu hanya 38.2 % sedangkan yang  “cukup” hanya 43,1 % dan yang "baik” hanya 18.7 %. Ruangan kelas IX  sangat kondusif untuk belajar karena ruang kelasnya sangat luas dan jumlah siswanya hanya 34 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 15 perempuan.
Dikelas ini pun tidak bisa belajar berkelompok, mereka semuanya belajar sendiri-sendiri, jadi kalau ada siswa yang tidak memiliki buku pelajaran mereka membiarkannya. Pada waktu pembentukkan kelompok kelas menjadi gaduh karena tidak biasa belajar kelompok.
Dengan melihat situasi kelas yang demikian eksistensinya. peneliti harus memperbaiki permasalahan yang ada dan harus memperbaiki situasi yang ada.



b.      Kegiatan Belajar Mengajar
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 tidaklah ada perkembangan, dari mulai guru membuka dan menutup pelajaran. situasi kelas biasa-biasa saja dan diketahui bahwa siswa melakukan aktivitas di luar aktivitas pembelajaran seperti jalan-jalan, bercakap-cakap dengan teman sebangkunya bermain­-main, menunjukkan sikap malas dan mengganggu temannya. sehingga situasi kelas menjadi gaduh. Selain dari itu, siswa kurang rnemiliki keberanian dalam mengekspresikan (mengungkapkan) ide-idenya (pendapatnya) tentang materi IPS yang akan diajarkan.
Salah satu faktor yang menimbulkan karakter siswa diatas adalah karena selama aktivitas proses belajar mengajar di dalam kelas tidak pernah dilakukan aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung dan guru tidak melibatkan siswa untuk berinteraksi dialog bebas antar siswa digiatkan selama pembelajaran berlangsung, akibatnya siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar hanya memperoleh penjelasan dan guru dan menghapal materi yang dicatat dari buku paket.

c.       Hasil Belajar Siswa dan Kireativitas Siswa
Pada hasil belajar siswa dan kreativitas siswa dalam belajar sebelum menggunakan Model Universal Uthopia   hasilnya "kurang" memuaskan, hal ini dapat dilihat ketika peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan ke I (pertama) dilaksanakan pada tanggal   12 September 2012. Pertemuan ke II (kedua) pada tanggal    19 September 2012.
Dari kedua Kali pertemuan itu, hasil belajar siswa dan kreativitas siswa hanya mendapatkan beberapa persen, yang mendapatkan "baik" pada hasil belajar siswa pada siklus I (Satu) ini hanya 17.7 % Sedangkan yang mendapatkan "cukup" 54,1 % dari yang "kurang" 28,2 %. Dan untuk kreativitas, siswa yang mendapatkan “baik” hanya 28,4 % dan yang mendapatkan "cukup" 45.2 % sedangkan yang mendapatkan “kurang­” 26,4 %.


II.                Gambaran Kreativitas Siswa Sesudah Penerapan Model Universal Uthopia    
Pada topik ini akan membahas mengenai situasi kelas, aktivitas belajar mengajar, hasil belajar dan kreativitas siswa pada Siklus II dan III setelah penerapan Model Universal Uthopia.

a.      Situasi Kelas
Dari hasil observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan Model Universal Uthopia   yaitu berdiskusi, dialog bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan  Soekarno dengan cara memegang gambar Tokoh Nasional yang harus dijelaskan dan berdiskusi dialog, bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan Nasional dengan cara melingkari gambar Tokoh Nasional yang harus dijelaskan oleh siswa, pada saat pembelajaran di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013, berdasarkan pengamatan situasi kelas pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlibat langsung dalam pembelajaran karena guru menggiatkan dialog bebas antar siswa dari mulai menentukan kelompok sampai maju kedepan kelas setiap kelompoknya. Pada saat guru menjelaskan materi, hampir semua siswa memperhatikan ke depan kelas, mungkin mereka tertarik dalam penerapan Model Universal Uthopia   .
Pemahaman konsep pada Siklus II yang “baik” 36,3 %. yang “cukup” 39,2 % dan yang "kurang" 18, 3%. Melihat dari hasil tesebut sudah tentu ada perubahan dari siklus II ke siklus III. Siswa telah mulai terbiasa belajar berkelompok, hal ini terlihat ketika guru mempersilahkan siswa untuk memilih kelompoknya masing-masing, siswa terlihat senang, dan tidak gaduh seperti pada pertemuan yang lalu. Sikap kerja sama siswa pada siklus II "sangat baik", hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus II yaitu memperoleh 54,5 % dan pada siklus III memperoleh 64.5 %.

Situasi kelas pun dirubah oleh guru, dari yang semulanya meja belajar berderet ke belakang. pada aktivitas dilaksanakan ini meja dibentuk huruf U, agar siswa bisa keluar melakukan aktifitasnya di depan kelas dan siswa yang lain dapat memperhatikan dengan jelas karena mereka yang tidak tampil di depan kelas mendapatkan tugas untuk mengamati pemaparan tentang alur cerita pahlawan yang di ekspresikannya.
Setelah siswa tampil di depan kelas, siswa yang mengamati atau sebagai pengamat dapat melaporkan pengamatannya di depan kelas. dan setiap kelompok yang menjadi pengamat dapat memberikan pertanyaan pada kelompok yang sudah melakukan pemaparannya atau penjelasan tentang Tokoh Pahlawan yang di ceritakannya di depan kelas.
b.      Kegiatan Belajar Mengajar
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 banyak sekali perubahan, dari mulai guru membuka pelajaran hingga proses belajar mengajar dan guru menutup pelajaran. Karena dalam proses belajar rmengajar pada saat ini peneliti menggunakan dua cara yaitu ; pertama menggunakan Model  Universal Uthopia, dan Konsep berdiskusi berdialog bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan  Nasiona Soekarno dengan cara memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan, dan cara kedua adalah mengunakan Model Universal Uthopiadengan cara rnelingkari gambar tokoh nasional  Moh Hatta yang harus dijelaskan oleh siswa.
Dalam pembelajaran di kelas pada waktu menggunakan Model  Universal Uthopia, siswa sangat senang sekali dikarenakan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Siswa terlibat langsung dari mulai menentukan ketua kelompok sampai untuk tampil kedepan kelas, guru hanya sebagai fasilitator.

c.       Hasil Belajar Siswa dan Kreativitas Siswa
Setelah penerapan Model Universal Uthopia   prestasi belajar siswa ada perubahan yang memuaskan, ini dapat dilihat ketika peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan. 
Hasil belajar siswa pada siklus ke II yang “baik” 38,9 %, yang “cukup" = 38.6 %, sedangkan yang "kurang" =32,5 % sedangkan pada siklus ke III yang “baik" 43,5 %, yang "cukup" =16.3 % dan yang kurang" 10,2 %.
Dari hasil Keempat pertemuan pada penerapan Model  Universal Uthopia, hasil belajar siswa ada peningkatan yang memuaskan yaitu sekitar 12 %. Dalam penerapan hasil belajar siswa ini peneliti menggunakan lembar kerja siswa yang biasa mereka gunakan yang dilakukan selama empat kali pertemuan.


 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia   peneliti akan mengemukakan mengenai kesimpulan, implikasi beserta saran-saran yang ada kaitannya dengan penelitian tindakan kelas ( PTK) yang telah dilaksanakan.

A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas tentang "Penerapan Model Universal Uthopia pada pembelajaran IPS di  kelas  X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten  Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013" penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas dan memakai tiga siklus.
Pada saat sebelum penerapan Model Universal Uthopia. proses belajar mengajar eksistensi siswa tidak begitu aktif, situasi pembelajaran hanya terfokus pada guru (teacher centered). Siswa hanya mendengarkan penjelasan materi saja. Siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya, apalagi mengekspresikan idenya. Siswa terbiasa hanya mendengarkan ceramah dan menanti tugas dari guru yang harus dijawab pada buku paket. Kreativitas siswa pada pembelajaran ini tidak begitu menonjol dikarenakan siswa tidak dilibatkan langsung pada kreativitas belajar didalam kelas. Hasil belajar siswapun tidak begitu menonjol, hal ini dapat dilihat pada hasil nilai yang sudah di  akumilasi-kan atau dirata-­ratakan yang memperoleh nilai 'baik" hanya 17,7 %, serta yang memperoleh nilai "cukup" hanya 54,2 % sedangkan yang memperoleh nilai "kurang" hanya 28,2 %.
Hal ini dilakukan untuk rnelihat sejauh mana kesungguhan siswa dalam pembelajaran ini. Pada siklus II, aspek-aspek aktivitas siswa banyak perkembangan dibandingkan dengan siklus I. Aspek -aspek itu diantaranya aspek pemahaman siswa, aspek kerjasama siswa, aspek kreativitas siswa, dan aspek hasil belajar siswa. Sedangkan pada  penerapan Model   Universal Uthopia, dialog bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukan atribut objek (bentuk) pahlawan  Nasional dengan cara melingkari gambar tokoh nasional dan dijelaskan dilakukan pada siklus ke III. Pada siklus ke III ini aspek yang dinilai tidak jauh berbeda hasilnya dengan siklus ke II. Pada pembelajaran dengan menggunakan Model  Universal Uthopia, siswa lebih percaya diri dalam berdialog antar temannya dan lebih berani dalam bertanya serta mengekspresikan idenya. 

B.      Saran
 Dengan melihat hasil temuan dan tindakan yang dilakukan oleh peneliti tersebut, maka peneliti sarankan kepada :
a.       Siswa
Dalam pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia   untuk lebih menumbuhkan lagi keberanian, keterampilan, rasa percaya diri, kreativitas pada diri siswa dan dapat memberikan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran IPS
b.      Guru
Di dalam proses belajar mengajar di kelas guru harus dapat memodifikasi model/metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa langsung dalam proses belajar mengajar, contohnya seperti Model Universal Uthopia   .
Guru janganlah terlalu memegang kendali dalam pembelajaran akan tetapi diharapkan guru hanyalah menjadi fasilitator saja. Di dalam kelas pun guru harus dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif yaitu menciptakan interaksi yang melibatkan, baik interaksi guru dengan siswa maupun interaki siswa antar siswa.
c.       Bagi Lembaga tempat penelitian
Dari hasil penelitian, baik dari hasil temuan dan tindakan yang dilakukan peneliti dalam penyediaan sarana belajar supaya diusahakan.
Contohnya meja dan kursi kurang relevan dengan jumlah siswa yang ada agar tercipta proses belajar mengajar yang kondusif untuk masa-­masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA


A. Kosasih Djahiri, ( 2001), "Membina PIPS PLS dan PPS yang menjawab tantangan Hari Esok” Jurnal Pendidikan, I/1993. Bandung : Forum komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.

Album 97 Pahlawan Nasional ( 2003). Proyek Bagian Penyediaan Buku Bacaan Anak-Anak Sekolah dasar. Jakarta : Depdikbud

Balnadi, Sutadipura (  2001), Aneka Problem Keguruan. Bandung : Angkasa.

Sonny Semiawan (  2003). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta. PT. Gramedia.

Dahlan (1984). Model-model Mengajar. Bandung CV. Diponegoro

Daldjoeni ( 1985) Menengah Pertama  -Menengah Pertama   Ilmu Pengetahuan  Kenarganegaraan. Bandung. Alumni

Darman Moenir ( 1993/1994).  Universal Uthopia  Suatu Pembelajaran. Jakarta PT. Angkasa Raya

Djodjo Suradisastra, dkk; (1991/1992), Pendidikan  Pancasila Dan Kewarganegaraan. Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

E. Mulyasa (1997), Pedoman Pemahaman dan Penerapan Kurikulum di Sekolah Menengah Pertama  . Bandung : CV. Geger Sunten

Hamid Hasan (l991/1992) Evaluasi Hasil Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Hamid Hasan (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Buku 1) Bandung Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.

Hasan (2002), Ilmu  Pancasila dan Kewarganegaraan. Departemen Pendidikan Nasional

Padri (1992) Peranan Guru Sebagai Pembimbing Dalam Mengembangkan Kreativitas Belajar Siswa. tesis Program Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Kasbulah K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud Dirjen Dikti. Pelatih Proyek PGSMK , Malang.


Kurikulum Pendidikan Menengah Pertama   Tahun 1993. Jakarta : departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Poejiono (1995) Proses Belajar Mengajar. Bandung . PT. Remaja Rosda Karya.

Mohamad Surya ( 1996) Psikologi Pembelajaran. Bandung Jurusan PPB FKIP Bandung.

Moleong.L.J (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mulyani Sumantri (1999) Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Menengah Pertama 

Ngalim Purwanto (1996/1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nursid Suma Atmadja (2002), Konsep Menengah Pertama   Ilmu Pendidikan Sosial. Penerbit : Universitas Terbuka

Oemar Hamalik (1994); Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Menengah Pertama   dan Strategi pelaksanaannya di Perguruan Tinggi.            Bandung : CV. Tri Genda Karya.

Ratna Willis Dahar (1996) Teori-teori Belajar, Jakarta : CV Erlangga.

Suyanto (1996/1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : IKIP Bandung.

Syah Muhibin (1983), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Pelatih Proyek PGSMK  (1999). Penelitian Tindakan Kelas . Departemen Pendidikan Direktur Jendral Tinggi. Pengembangan Guru Sekolah Menengah

Yusuf Syamsu, dkk ( 1992 ) Menengah Pertama  -Menengah Pertama   Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Andira

Lampiran I


Langkah-langkah 
Model  Universal Uthopia   

Langkah pertama :
Langkah kedua :
Guru memilih konsep-konsep yang akan diajarkan
Guru merencanakan strategi pengajaran untuk mengajarkan konsep-konsep yang akan diajarkan
Langkah ketiga :
Langkah keempat :
Guru harus memutuskan tingkat Universal Uthopia   mana yang dapat diharapkan oleh para peserta didik
Analisis konsep dan memilih materi pelajaran yang akan diajarkan
Langkah kelima :
Langkah keenam :
Diskusi dan evaluasi I
Siswa menunjukkan atribut objek (warna, bentuk) dengan cara memilih, melingkari atau memegang dari konsep yang dibuat sambil melihat gambar tokoh para pahlawan nasional yang harus dijelaskan.
Diskusi dan evaluasi II
Seperti pada langkah ke lima
Langkah ketujuh :
Umpan balik / tindak lanjut









Lampiran II


 Tabel : Form Observasi Penilaian Terhadap Sikap Siswa
                                  Dalam Pembelajaran Model  Universal Uthopia

No.
Aspek Yang Dinilai
%
Siswa yang Mendapatkan Nilai
Baik
Cukup
Kurang
1.
Pemahaman Konsep Siswa



2.
Sikap Kerja Sama Siswa



3.
Kreativitas Siswa



4.
Hasil Belajar Siswa





















Lampiran III

Tabel :  Hasil Pengamatan siswa  kelas X AP I
                                            Dalam pembelajaran Universal Uthopia  
No
 Samaran Responden
Kreativitas
Pemahaman Konsep
Kerjasama
1
A
2
2
2
2
B
1
1
2
3
C
2
2
3
4
D
1
2
3
5
E
2
1
2
6
F
3
3
3
7
G
 3
-
-
8
H
3
2
2
9
I
2
2
3
10
J
3
2
3
11
K
3
3
2
12
L
2
1
3
13
M
3
3
3
14
N
2
1
3
15
O
1
2
3
16
P
3
2
2
17
Q
2
2
3
18
R
1
2
2
19
S
1
1
1
20
T
1
1
2
21
U
2
1
2
22
V
1
1
1
23
W
1
1
1
24
Y
1
1
2
25
Y
3
2
3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar