BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah PTK
Dalam proses pembelajaran bidang studi IPS merupakan
bidang studi yang paling penting diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan dimaksudkan
agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna
bagi dirinya dalam kehidupan sehari
hari.
Di samping itu melalui pengajaran ilmu pengetahuan ini diharapkan peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional tentang gejala-gejala serta
perkembangan dimasyarakat Indonesia dan dunia, baik dimasa lampau maupun di
masa kini.
Pada umumnya Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah merupakan
mata pelajaran yang wajib disampaikan dan diajarkan di SMK sebagai
salah satu sumber belajar utama dalam proses belajar mengajar ( Direktur
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik didorong
menemukan konsep dan generalisasi tersebut ditunjang oleh berbagai ilmu dan
disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, Koperasi,
Sosiologi, Antropologi, Hukum, Politik dan kenegaraan (Djodjo Suradisastra,
dkk,: 2006 :22).
Guru sebagai ujung tombak mencapai pelaksanaan
pendidikan dilapangan sangat erat dan relevan untuk menentukan keberhasilan.
Tujuan tersebut tidak mungkin didekati apalagi dicapai, seandainya guru
tersebut kurang memahami, menghayati serta melaksanakan kurikulum yang berlaku
sebagai alat dan pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
Uraian
pokok pokok bahan pelajaran diusahakan
untuk saling menunjang sehingga pengetahuan
sosial anak dapat membantu pemahaman tentang sejarah bangsanya. Khususnya untuk
pengetahuan sejarah, juga disajikan riwayat beberapa tokoh sejarah bangsa yang
dapat diteladani oleh generasi muda bangsa ( M. Hasan, dkk : 2002 ).
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal,
menghargai jasa para pahlawannya. Para pahlawan dan pendahulu kita telah
mewariskan kemerdekaan kepada generasi sekarang sejak Proklamasi 17 Agustus
1945. Bangsa Indonesia telah tegak sama tinggi dan duduk sama rendah dengan
bangsa lain.
Kita tidak lagi dijajah oleh bangsa manapun juga akan
tetapi untuk merebut sebuah kemerdekaan bukan suatu hal yang mudah. Telah
ribuan rakyat Indonesia berkorban harta, darah dan nyawa bagi menebus
kemerdekaan itu. Dimana mana kita
menemukan makam para pahlawan baik mereka yang diketahui identitasnya maupun
pahlawan yang tak dikenal.
Kesuksesan
pendidikan anak sekolah, merupakan harapan bagi setiap orang tua, pemerintah
dan masyarakat luas pada umumnya. Keberhasilan anak sangat sekali didambakan,
karena mereka sebagai sosok tulang punggung suatu bangsa yang akan meneruskan
perjuangan para pahlawan terdahulu untuk menerushan cita-cita bangsanya yang
harus diisi dengan pembangunan bangsanya yang akan datang.
Suksesnya suatu pendidikan tidak akan lepas dari
jasa-jasa para pendidik ( Wumpy Ibrahim, dkk : 1992 : 5 ) yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa daya tarik siswa terhadap materi pelajaran IPS
sejarah kurang menggembirakan hasil nilainya. Karena pelajaran IPS merupakan
pengajaran hapalan bukan seperti pelajaran matematika yang sering dikatakan
orang, bahwa pengajaran matematika disebut ilmu pasti. Karena dalam proses
berpikir pekerjaan soal - soalnya memerlukan kejelian dan ketelitian. Hal
inilah yang menjadi bahan kontemplasi, sehingga penulis merepleksikan hasil
perenungan yaitu melalui penelitian tindakan kelas ini.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji dan
mempelajari faktor terjadinya masalah tersebut. Maka dari segi metode, media,
sumber atau sedaksional itu sendiri. Dalam hal ini penulis lebih konsen pada
materi pelajaran IPS sejarah bagaimana agar daya tarik siswa dapat lebih mudah
memahami dan menafsirkan soal IPS.
Aplikasi dari pendekatan ini masih belum optimal
dilaksanakan di SMK terbukti ketika
peneliti mengadakan observasi sehingga merasakan langsung kesulitan peserta
didik dalam menjawab soalsoal ilmu pengetahuan Ilmu Pengetahuan Sosial - Sejarah di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran
2012/2013. Oleh karenanya peneliti mengangkat permasalahan ini dalam suatu
penelitian tindakan kelas.
Di sini penulis mencoba membuat cara efektifnya
pengajaran serta persyaratan dasar untuk dapat memperbaiki cara-cara pendekatan
dalam pembelajaran ilmu Pengetahuan
Sosial untuk berhasil.
B.
Rumusan Masalah
PTK
Berdasarkan deskripsi dalam pendahuluan, maka masalah
penelitian pokok yang hendak diekspresikan adalah bagaimana hasil pembelajaran IPS
peserta didik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Universal Uthopia. Secara lebih spesifik
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana sikap keingintahuan siswa kelas X
AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten
Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 pada bidang
studi IPS.
2.
Bagaimana konstribusi penerapan model pembelajaran Universal
Uthopia terhadap peningkatan hasil
belajar siswa kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013.
3.
Bagaimana keberhasilan Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial -
Sejarah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Universal Uthopia dengan bidang studi IPS
.
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah terhadap
istilah istilah yang terdapat dalam
judul penelitian ini, maka dalam bagian ini diterangkan secara teoritis
mengenai teori yang melandasi proses penelitian.
- Model Universal Uthopia
Model Universal Uthopia menurut Jerome Brunner, dkk
dalam bukunya yang berjudul An uthopia Universal model ini dilandasi asumsi
bahwa kemampuan tokoh nasional untuk menyelaraskan gagasan kesamaan dalam
berbangsa bagi keutamaan manusia yang tinggal di suatu lingkungan masyarakat
atau negara demi membangun rumusan konsep ideal tentang suatu negara yang kokoh.
Model Universal Uthopia menurut Djodjo. dkk (1998 :2 ) adalah :
"Model ini memiliki struktur yang moderat, Guru
melakukan pengendalian terhadap aktivitas tetapi dapat dikembangkan menjadi
kegiatan dialog bebas. Interaksi antar pelajar digiatkan oleh guru. Dengan
model ini diharapkan akan lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk
melakukan proses induktif bersama dengan bertambahnya pengalaman dalam
melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar”.
Dengan Universal Uthopia ini, diharapkan agar para warga belajar
memperoleh pengalaman diplomatis yang diperankan oleh pihak lain. Dengan cara
ini dapat memberikan stimulus pada warga belajar untuk memberikan pendapat,
menemukan kesepakatan bersama tentang ketepatan, kekurangan dan pengembangan
peran - peran yang dialaminya atau yang diamatinya.
Maka dengan ini tingkah laku sendiri merupakan hasil
belajar dikaitkan dengan hasil IPS diharapkan adanya perubahan tingkah laku
siswa, baik mengenai pemahaman konsep dasar IPS itu sendiri, maupun terhadap
penerapannya dalam kehidupan anak sehari-hari.
- Pembelajaran
Pembelajaran menurut dari berbagai definisi yang
dikemukakan pakar-pakar pendidikan, secara umum merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara
dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
- Konsep IPS
IPS adalah mata
pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian
sejarah, geografi, ekonomi, sasiologi, antropologi dan tata negara Indonesia (Kurikulum
2004)
Fungsi mata pelajaran IPS di SMK adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan dan fenomena lingkungan sosial
yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan fungsi pengajaran sejarah bangsa Indonesia di
SMK adalah berfungsi untuk menumbuhkan
rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lampau hingga masa kini (kurikulum 2004).
D.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
- Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
merefleksikan serta mencari solusi terhadap masalah rendah pemahaman peserta
didik terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial.
- Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan secara khusus sesuai dengan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar IPS
peserta didik kelas X AP I SMKN I
Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi
Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 sebelum pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran Universal Uthopia.
2.
Sebagai arena latihan penelitian bagi peneliti dalam
rangka peningkatan profesional kerja.
3.
Mengkaji secara kritis efisiensi dan efektivitas dalam
pembelajaran Universal Uthopia untuk
mendapatkan ide baru.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas ini yaitu dalam
rangka meningkatkan kualitas hasil belajar dan proses pembelajaran di kelas.
Selain itu juga dalam rangka profesionalisme terutama bagi guru dan siapa saja
yang berkepentingan dalam masalah tersebut. Dan apabila hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS setelah menerapkan model pembelajaran
konsep ini lebih meningkat daripada hasil belajar IPS sebelumnya, maka
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
1.
Bagi Siswa
-
Menumbuhkan kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran
Universal Uthopia yang dituntut dalam
pembelajaran IPS.
-
Memberikan pengalaman dalam memecahkan masalah dengan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran
-
Melatih keberanian, keterampilan dan rasa percaya diri pada
saat rnelaksanakan pembelajaran IPS.
2.
Bagi Guru
-
Memberikan pengalaman pada guru dalam merancang
penggunaan model pembelajaran Universal Uthopia dalam pembelajaran IPS di SMK .
-
Mengembangkan kemampuan guru dalam memodifikasi model
pembelajaran.
-
Salah satu wahana untuk memotivikasi belajar peserta
didik dalam pembelajaran IPS.
-
Salah satu usaha untuk mengurangi kesulitan pemahaman
pola pikir peserta didik didalam mempelajari IPS
-
Salah satu usaha untuk bahan in come information bagi
penelitian selanjutnya.
3.
Bagi Lembaga Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangsih kepada dunia pendidikan pada umumnya dan kelas X AP I SMKN I
Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi
Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 pada khususnya dalam rangka meningkatkan
situasi pembelajaran IPS yang disenangi
oleh peserta didik
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Konsep Dasar Ilmu Sosial
Konsep ialah kumpulan fakta-fakta yang memiliki
interaksi kuat satu sama lain sehingga membentuk suatu pengertian yang bulat.
Atau dalam rumusan yang sederhana konsep ialah suatu bayangan pikiran atau
tanggapan yang bulat tentang sesuatu. Bayangan pikiran atau tanggapan mana
terdiri dari serentetan gejala atau fakta untaian uraian yang satu sama lain
berurutan dan menciptakan suatu kebulatan pengertian. (Kosasih Djahiri
1978/1979:97)
Ilmu Sosial adalah
mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara Indonesia (
kurikulum 2004). Menurut Nursid (1984:9)
adalah pengajaran Ilmu Sosial yang tidak dilaksanakan sampai saat ini
baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan
kepada aspek teoritis keilmuannya melainkan lebih ditekankan kepada segi
praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah.
Pengetahuan
Sosial sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial yaitu ilmu pengetahuan yang
membahas tentang hubungan manusia dengan masyarakat dan tingkah laku (
karakteristik ) masyarakat (Pretson,1986 dalam Sadeli 1999 :9) Menurut Djahiri (1993) secara ideal
mengkonsepsikan program IPS yaitu (a) secara sosial membina ketegaran akan
karya diri. (b) secara moral afektual membina pembekalan tatanan nilai,
keyakinan dan keadilannya maupun pengalaman dan kemampuan afektual siswa (c) secara skill membekali
kemampuan penalaran dan belajar yang luas (d) secara kognitif melatih dan
membekali anak didik dengan konsep pengetahuan yang layak, kemampuan berfikir
dan memecahkan masalah (problem solving) yang cukup.
Ciri utama yang menjadi jati diri pendidikan IPS adalah
kerja sama disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial untuk
tujuan pendidikan (Somantri, 1994 : 3)
Jadi sebenarnya IPS
ini berinduk kepada ilmu sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep dan
prinsip yang ditetapkan pada IPS adalah teori konsep prinsip yang ada dan
berlaku pada ilmu sosial Ilmu sosial dengan bidang keilmuannya, analisa dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial (problem solving social) pada
kajian IPS ( Nursid. 1984 ) Berdasarkan
tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan didalam IPS
berbeda beda. Di tingkat sekolah lanjutan pertama bidangnya terutama terdiri
dari geografi dan sejarah ditingkat sekolah lanjutan tingkat atas terdiri dari sejarah ekonomi, sosiologi dan antropologi.
B.
Karakteristik Pendidikan Ilmu Sosial
Ciri utama yang menjadi jatidiri dari pendidikan IPS
adalah kerjasama disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial
untuk tujuan pendidikan (Somantri, 1994 : 3).
Didalam mengembangkan kerjasama tersebut diperhatikan
upaya memilih dan menyederhanakan bahan, mengorganisir dan menyajikan bahan
secara ilmiah dan psykologis serta melaksanakan evaluasi hasil belajar untuk
tujuan pendidikan IPS.
Menurut ( Hasan , 1996 : 4 ) pendidikan IPS sebagai
kelompok bahan belajar sangat terikat oleh nilai - nilai sosial budaya bangsa
oleh karena itu pendidikan IPS tidak lepas dari tata nilai dan norma yang ada
dalam suatu bangsa. Bahkan pendidikan IPS diharapkan bisa mengabdi pada tujuan
pembangunan bangsa yakni pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
(bermutu) sekaligus bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Somantri (1996) pendekatan pembelajaran ilmu IPS dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1)
pendidikan IPSl sebagai pendekatan konsep dan generalisasi yang ada dalam ilmu
- ilmu sosial, 2) pendidikan IPS yang pendekatannya menstranfer dan
mengembangkan bahan pendidikan dan kehidupan sosial kemasyarakatan. 3)
Pendidikan IPS sebagai pendekatan humaniora dan lingkungannya.
Ilmu pengetahuan sosial juga sebagai mata pelajaran
disekolah merupakan perpaduan dan sejumlah disiplin ilmu-ilmu sosial yang
mengajarkan nilai sikap dan skill kepada siswa untuk memahami lingkungan dan
problem sosial disekitar siswa serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran pendidikan IPS di SMK yang
memiliki sifat integrated, pengembangan materinya lebih difokuskan pada
permasalahan manusia dalam hubungannya
dengan Pancasila dan lingkungan
sosial budaya Indonesia (kurikulum, 2004).
C.
Tujuan Pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam kurikulum pendidikan
Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial -
Sejarah : bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dari
keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari - hari,
sedangkan tujuan pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa
kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah
air (Kurikulum Pendidikan Indonesia, 2010).
Artinya bahwa IPS sebagai mata pelajaran tidak hanya
membekali ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu membekali sikap dan
nilai serta skill dalam kehidupan dimasyarakat sehingga dapat memahami
lingkungan, masyarakat bangsa dengan berbagai karakteristiknya. Sebagai mata pelajaran IPS di sekolah dasar
bertolak dari kondisi real (nyata) dimasyarakat dengan tujuan untuk
memanusiakan manusia melalui seluruh aspek kehidupan manusia agar tidak terasa
asing didalam kehidupan lingkungan kemasyarakatan sendiri. termasuk lingkungan
sosial dan lingkungan sekitarnya.
D.
Konsep Mengajar Model Universal Uthopia
1.
Pengertian Metode Mengajar
Sudirman (1991) berpendapat bahwa metode mengajar
merupakan upaya guru membantu memudahkan proses belajar sehingga diharapkan
dalam jangka panjang para siswa dapat meninggkatkan kemampuan belajarnya secara
efektif dan mudah menyerap atau memperoleh informasi, gagasan, kemampuan nilai
- nilai, berfikir serta dapat mengekspresikan dirinya. Dalam pengajaran
terdapat macam-macam metode. Oleh sebab itu, memiliki suatu metode mengajar
yang baik harus sesuai dan relevan dengan tujuan pengajaran itu sendiri.
Secara harpiah, mengajar itu adalah suatu proses dimana
pengajar (guru) dan siswa menciptakan ekologi yang baik dan kondusif agar
terjadi kegiatan belajar yang berhasil guna.
Menurut Dahlan (1984:21) mengemukakan bahwa pengertian metode mengajar
adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajaran dikelas dalam
pengajaran".
Pembuatan metode
metode mengajar didasarkan pada asumsi bahwa ada metode belajar tertentu
yang relevan ditangani dengan metode mengajar tertentu. Seandainya guru
mengharapkan siswa yang produktif dan kreatif, maka guru haruslahlah membiarkan
siswanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan polanya sendiri dan penerapan
metode mengajarpun harus mengikuti kebutuhan siswa.
Jenis metode yang akan digunakan haruslah mengungkapkan
berbagai realitas yang relevan dengan situasi kelas dan pandangan hidup yang
dihasilkan dari kerjasama guru dan siswa.
Menurut pendapat Ngalim Purwanto (1997: 102) bahwa : “belajar adalah
suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan atau kecakapan”. Pendapat
Djahiri (1993:6) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu kegiatan atau proses
interaksi atau dialog yang dilakukan oleh siswa.
Sedangkan menurut para ahli psikologi umumnya
mengartikan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dari diri
seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.
2.
Model Universal Uthopia
Menurut Djodjo Suradisastra, dkk (1991/1992:2) menyatakan
bahwa : "Model Universal Uthopia memiliki discovery bagi foundingfather’s
bangsa. Guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas. tetapi dapat
dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas. Interaksi antar pelajar digiatkan
oleh guru. Dengan model Universal Uthopia
ini diharapkan akan lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk
melakukan proses induktif bersama dengan bertambahnya pengalaman melibatkan
diri dalam kegiatan belajar mengajar'.
Pengajaran
konsep memberikan kesempatan untuk menganalisis
proses berfikir siswa dan membantu siswa untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang lebih efektif. Model Universal
Uthopia dari
karya Jerome Brunner, dkk yang berjudul A Study of thinking dalam Mulyani
Sumantri, dkk (1988/1989:46) yaitu :
"Model Universal Uthopia ini dilandasi asumsi bahwa lingkungan itu
banyak ragam dari isinya dan kita sebagai manusia mampu membeda - bedakan obyek
- obyek dengan aspek – aspeknya namun tetap dalam suatu gagasan ideologis yang satu"'. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam
pembuatan model Universal Uthopia, yang dapat membantu siswa dapat memiliki
kemampuan, diantaranya :
1.
Bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam
kegiatan belajar
2.
Lebih luasnya interaksi antar pelajar
3.
Mengembangkan kemampuan kegiatan dialog bebas.
4.
Menguasai materi atau bahan pelajaran
5.
Memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses
induktif (berfikir induktif ).
Menurut resnik dan klopfer (1989:157), dalam Mulyasa
(1997) menjelaskan bahwa pembelajaran model Universal Uthopia adalah mengembangkan
kemampuan berfikir peserta didik
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang lebih
dikenal dengan sebutan (classroom Action Research). Dalam penelitian ini
menggunakan tiga siklus.
Pada tiap siklus terdiri dari 4 (empat) kegiatan yakni : 1) Perencanaan,
2). Tindakan, 3). Observasi dan 4). Refleksi. Prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model spiral (Kasihani Kasbollah, 1998 / 1999 :
14 ) yang dapat dilihat pada bagan ini :
Bagan :
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral
![]() |
Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji, maka dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih atas pertimbangan
bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang, peneliti berupaya menelaah
secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian dan dalam waktu yang
bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang
ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya.
- Observasi Awal
Aktivitas ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran
awal tentang situasi keadaan pembelajaran
dalam proses belajar mengajar IPS dengan model Universal Uthopia pada kelas X AP I.
Pada pelaksanaan tahap observasi secara lebih
operasional yaitu semua aktivitas untuk mengenal, merekam dan mendokumentasikan setiap hal dari proses
dan hasil yang dicapai oleh tindakan yang telah direncanakan itu ataupun
sampingannya ( Kasihani Kasbollah; 1998 / 1999). Fungsi diadakannya observasi
adalah :
1.
Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2.
Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan (Kasihani Kasbollah, 1998 / I999).
- Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah dilakukan berdasarkan pada
observasi awal yang akan diajarkan pada pokok bahasan Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia.
Untuk siklus I ( tindakan pertama ) tidak menggunakan
model Universal Uthopia, Sedangkan untuk
siklus II (tindakan kedua) menggunakan model Universal Uthopia. Pada saat
pelaksanaan disesuaikan dengan yang diharapkan oleh siswa dengan tingkat
perkembangan kognitifnya yaitu merupakan Universal Uthopia tingkat konkret. Sedangkan untuk siklus III
( tindakan ketiga) disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa
dengan menggunakan model Universal Uthopia
tingkat konkret sesuai yang
diharapkan siswa.
Dan observasi awal ini dapat diketahui bahwa siswa
umumnya kurang aktif dalam pembelajaran, maka untuk meningkatkan pemahaman
siswa, kegiatan dialog bebas, interaksi antar pelajar lebih digiatkan, maka
digunakanlah model Universal Uthopia .
- Membuat Rencana Tindakan
Dalam membuat rencana tindakan ini dibuat berdasarkan
topik-topik / masalah - masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Topik-topik yang ditemukan diantaranya :
- Tidak adanya keterlibatan siswa dalam belajar
- Penilaian hasil belajar hanya ditekankan pada penilaian pengetahuan dari buku cetak dan materi dari guru.
- Metode pembelajaran yang digunakan terfokus / terbatas pada metode ceramah dan pemberian tugas. Sehingga siswa kurang terlibat dan hanya guru saja yang memegang peranan (teacher centered ).
- Penyusunan Instrumen
Sesudah membuat rencana tindakan maka disusunlah
beberapa instrumen - instnmen yang digunakan, antara lain satuan pelajaran
rencana pengajaran, test untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa, lembar
kerja siswa (LKS) dan membuat lembar pengamatan.
Lembar pengamatan ini dimaksudkan untuk keaktifan
siswa, kreativitas siswa, inisiatif siswa sebelum dan sesudah menggunakan
pembelajaran model Universal Uthopia semi
mengobservasi / mengamati aktivitas dan keaktifan siswa ketika proses belajar
mengajar berlangsung.
- Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
1.
Pokok Bahasan Tokoh
Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia
2.
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
a.
Apersepsi yaitu dengan cara tanya jawab dengan siswa
dan mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa mengenai tokoh tokoh Soekarno yang mereka ketahui.
b.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dari jumlah 25
orang menjadi 7 kelompok .
c.
Guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar
mengajar yang akan dilaksanakan.
d.
Siswa melakukan pencarian atau menunjukan tentang peran
tokoh nasional dan menceritakan dalam peranan
sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia pada kelompok masing-masing
e.
Siswa menjelaskan peran tokoh nasional dalam Perjuangan pergerakan Nasional Indonesia
sebelum kemerdekaan RI seperti peranan Budi
Utomo dan Dr. Soetomo .
f.
Siswa melaporkan hasil temuannya.
g.
Untuk mengetahui pemahaman konsep serta untuk
mengetahui hasil evaluasi dari proses pembelajaran tersebut maka siswa diberi
tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
h.
Observasi pada saat siswa melakukan kegiatan belajar,
maka dilakukan beberapa pengamatan yang terdiri dari kerjasama, kreativitas
siswa, keterampilan siswa, pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan dan
inisitaif siswa terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dan hasil
pengamatan ini sebagai refleksi bagi tindakan berikutnya :
i.
Mengadakan / melakukan evaluasi dari hasil belajar
siswa dengan tujuan untuk mengetahui kreativitas siswa, pemahaman siswa, serta
kerjasama siswa.
j.
Selama aktivitas observasi berlangsung dilakukan oleh
observasi.
Siklus II
1.
Pokok bahasan Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia Sub pokok bahasan yang akan
diajarkan pada siswa masih tetap rnenceritakan peran tokoh tokoh Pergerakan Nasional dengan menggunakan model Universal Uthopia.
2.
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
a.
Guru mengkondisikan siswa untuk belajar yaitu dengan
cara bertanya mengenai bagaimana para
tokoh nasional berunding dalam amanat penderitaan bangsa Indonesia ini ?
b.
Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok .
c.
Guru menggiatkan interaksi antar siswa dan aktivitas
dialog bebas antar siswa pada saat penyesuaian dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa.
d.
Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan belajar
mengajar yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran model Universal Uthopia .
e.
Selanjutnya guru memperlihatkan gambar tokoh - tokoh
nasional seperti Soekarno, Hatta, Moh
Yamin dll.
f.
Guru membuat situasi kelas menjadi hidup.
g.
Setelah siswa menunjukkan atribut objek (warna, bentuk)
dengan cara memilih, melingkari atau memegang dari konsep yang dibuat contoh
sendiri dan melihat gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan. Setiap
kelompok memberikan penjelasan dari hasil analisis di depan kelas.
h.
Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan
tentang materi yang sama yaitu menceritakan peran tokoh - tokoh nasional dalam merumuskan persiapan kemerdekaan RI .
i.
Ketika ada salah satu kelompok yang tampil didepan
kelas, maka kelompok lain harus memperhatikan dan memberikan beberapa
pertanyaan / komentar - komentar tentang kelompok yang tampil tersebut.
j.
Setelah semua kelompok usai tampil didepan kelas untuk
memberikan penjelasan dari hasil analisis, siswa diberi tugas untuk mengisi
lembar kerja siswa dengan tujuan untuk memandu siswa dan untuk mengetahui hasil
evaluasi setiap siswa.
k.
Observasi
1.
Sasaran observasi ini adalah pada saat melakukan
kegiatan belajar, pengamatan yang dilakukan, sikap (kerjasama) siswa,
kreativitas dan pemahaman konsep siswa tentang materi yang diberikan. Observasi
ini dilakukan oleh penulis sendiri.
2.
Melakukan evaluasi hasil belajar dengan tujuan untuk
mengetahui kerjasama siswa, keterampilan siswa, kreativitas, inisiatif siswa
dan pemahaman siswa tentang materi.
Siklus III
- Pokok bahasan di Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia Sub pokok bahasan yang akan diajarkan masih mengenai menceritakan peran tokoh-tokoh nasional dalam merumuskan dan mempersiapkan kemerdekaan RI dengan menggunakan model Universal Uthopia .
- Tahapan Kegiatan pembelajaran
a.
Guru mengondisikan siswa untuk belajar yaitu dengan
cara bertanya mengenai kehidupan pada Tokoh Pejuangan dan Pergerakan Belanda di Indonesia. Misalnya :”Bagaimanakah
sikap kalian kalau kalian hidup pada waktu persiapan kemerdekaan RI ?
b.
Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok.
c.
Guru menggiatkan interaksi antar siswa dan aktivitas
dialog bebas antar siswa pada saat penyesuaian dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa.
d.
Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan belajar
mengajar yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran model Universal
Uthopia.
e.
Selanjutnya guru memperlihatkan gambar tokoh - tokoh
nasional pada dalam merumuskan dan mempersiapkan kemerdekaan RI.
f.
Guru membuat situasi kelas menjadi hidup
g.
Setelah siswa menunjukkan atribut objek (warna, bentuk)
dengan cara rnemilih, melingkar dari konsep yang dibuat contoh sendiri dan
melihat gambar tokoh nasional yang harus dijawab. Setiap kelompok memberikan
penjelasan dari hasil analisis di depan kelas.
h.
Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan
tentang materi yang sama yaitu menceritakan peran tokoh nasional.
i.
Setelah siswa menjelaskan materinya masing - masing
sambil melihat gambar tokoh - tokoh nasional , setiap kelompok harus memberikan
penjelasan dari hasil analisis didepan kelas.
j.
Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan
tentang materi yang sama yaitu menceritakan peran tokoh Bung Hatta sebagai tokoh nasional dalam kiprahnya memperjuangkan hak kebebasan
bernegara dan berbangsa.
k.
Setiap kelompok tampil didepan kelas menjelaskan
tentang materi yang sama yaitu Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia dan persiapan kemerdekaan RI .
l.
Ketika ada salah satu kelompok yang tampil didepan
kelas, maka kelompok lain harus memperhatikan dan memberikan beberapa
pertanyaan / komentar tentang kelompok yang tampil tersebut.
m.
Setelah semua kelompok usai tampil didepan kelas untuk
memberikan penjelasan dari hasil analisis, siswa diberi tugas untuk mengisi
Lembar Kerja Siswa (LKS ) dengan tujuan untuk memandu siswa dan untuk
mengetahui hasil evaluasi setiap siswa.
- Sasaran observasi ini adalah pada saat melakukan kegiatan belajar, pengamatan yang dilakukan, sikap (kerja sama) siswa, kreativitas dan pemahaman konsep siswa tentang materi yang diberikan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sendiri.
- Melakukan evaluasi hasil belajar dengan tujuan untuk mengetahui kerja sama siswa, keterampilan siswa, kreativitas siswa, inisiatif siswa dan pemahaman siswa tentang materi.
Refleksi
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
melakukan analisis sintesis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap
semua informasi yang diperoleh (Kasihani Kasbollah, 1998 / 1999).
Dengan demikian data yang berhasil dikumpulkan melalui
alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang tidak tercatat tetapi
sempat terdeteksi dan terekam oleh peneliti akan dikonfirmasikan dan dianalisis
serta dievaluasi untuk diberikan makna supaya dapat diketahui pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan tersebut telah dapat tercapai atau belum agar
peneliti mendapatkan kejelasan tindakan baru yang akan dilakukannya kemudian.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Tindakan
Dalam suatu penelitian setidaknya ada hasilnya.
Sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model Universal Uthopia, peneliti melakukan
penjajakan awal berupa pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
terhadap para siswa yang menjadi objek penelitian dengan cara belajar di dalam
kelas yang biasa digunakan oleh para siswa dalam sehari-hari yaitu tanpa
menggunakan model Universal Uthopia dengan
pokok bahasan Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di Indonesia dalam hal ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran awal tentang kondisi siswa kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang meliputi aspek pemahaman konsep aspek kreativitas
siswa aspek kerjasama, inisiatif siswa, dan aspek hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS pada tahap penjajakan
keadaan awal dilaksanakan dengan secara klasikal, dimana metode ceramah
mendominasi serta buku paket menjadi pusat sumber belajar siswa dan guru
memegang peranan siswa hanya mendengarkan dan melaksanakan perintah dari guru.
Dalam teknik pembelajaran dan data yang didapat dari hasil observasi pada tahap
ini serta rumusan persiapan pembelajaran dan lembar observasi yang telah di
buat sebelumnya.
a.
Perencanaan Tindakan (Siklus) I
1.
Menelaah jadwal pelajaran yang ada di kelas X AP I SMKN
I Kadipaten Kabupaten Majalengka
Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu pada mata pelajaran IPS
untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan pembelajaran dengan mencoba
menggunakan beberapa metode yang biasa dilakukan oleh guru, dan mengadakan
kesepakatan dengan observer atau guru yang ditunjuk bahwa hari Rabu diadakan penelitian selama semester
Ganjil untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan topik penelitiannya
2.
Melakukan tindakan terhadap materi ajar
IPS di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal pelajaran berlaku
dengan semestinya yang tidak mengganggu KBM mata pelajaran lainnya.
b.
Pelaksanaan Tindakan (Siklus) I
Pelaksanaan tindakan ini relevan dengan rencana yang telah disiapkan
yaitu mengenai pembelajaran IPS di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013. Dengan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut : guru
memberikan pelajaran dengan cara apersepsi terlebih dahulu, yaitu guru membuat
beberapa pertanyaan kepada siswa tentang Tokoh Perjuangan dan Pergerakan di Indonesia dengan materi sub pokok bahasan
menceritakan peran tokoh nasional dalam pergerakan nasional Indonesia.
Guru mengelompokkan siswa dari 25 menjadi 7 kelompok setiap kelompok
terdiri dari 3 orang ada juga yang 4 orang. Kelas menjadi gaduh karena mereka
berebut teman untuk dijadikan teman sekelompoknya, tapi ada juga siswa yang
santai-santai saja dan ada juga siswa yang hanya ngobrol dengan dengan
temannya. Guru menjelaskan bahwa disetiap kelompok harus ada ketuanya yaitu
orang yang dipercaya oleh teman kelompoknya. Kelas menjadi gaduh kembali karena
dalam pemilihan ketua beraneka ragam, ada kelompok yang semuanya ingin menjadi
ketua kelompok ada juga kelompok semuanya tidak mau jadi ketua. Guru kembali
menjelaskan apa tugas dari seoang ketua yaitu harus bertanggung jawab dapat
dipercaya, rajin, tekun dan cakap seperti seorang pemimpin misalnya Budi Utomo dan Dr. Soetomo. Setelah
menyimpulkan materi guru menugaskan kembali kepada siswa untuk duduk ke
tempatnya masing-masing. Dengan tujuan guru akan membagikan LKS untuk mengukur
tingkat pemahaman semata-mata ingin tahu hasil belajar siswa di bawah ini
adalah hasil dan LKS yang dikerjakan oleh siswa.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS dan waktu belajarpun telah
habis yaitu 3 x 40 menit = 120 menit. 3 jam pelajaran ini dilakukan pada hari Rabu.
Karena pelajaran IPS di kelas X AP I hanya 2 jam pelajaran dan setiap 1 jam
pelajarannya 45 menit. Siswapun mengumpulkan LKS nya untuk dinilai. Sebelumnya
pelajaran di tutup gurupun menyimpulkan hasil jawaban dari siswa.
c.
Analisis dan Refleksi Tindakan Pertama ( Siklus I)
Setelah pembelajaran selesai, guru bersama-sama Observer menganalisis
hasil kegiatan yang sudah berlangsung. Dalam pembelajaran yang tidak
menggunakan model Universal Uthopia Guru
dan observer dapat menyimpulkan bahwa selama pembelajaran berlangsung, banyak
sekali kekurangan-kekurangan diantaranya :
a.
Perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS terutama
Sejarah “sangat kurang”, kekurangan perhatian ini diperlihatkan ketika guru menjelaskan materi dan memberikan tugas, masih
ada siswa yang tidak mengerti tentang tugas yang diberikan oleh guru.
b.
Tidak adanya kerjasama dalam kelompok, hal ini terlihat
ketika guru mengelompokkan siswa, kelas menjadi gaduh dan ini menandakan kelas
ini tidak pernah melakukan pembelajaran dengan kelompok dengan kemungkinan
mereka terbiasa mengerjakan sesuatu itu sendiri-sendiri.
c.
Tidak adanya kepercayaan pada temannya ketika guru
menugaskan bahwa disetiap kelompok harus ada ketua, sepertinya mereka tidak
menerima, sepertinya mereka tidak terbiasa dipimpin oleh teman sendiri.
d.
Sikap kreatifitas pun masih sangat kurang, disebabkan
tidak adanya keinginan dari siswa untuk menentukan teman kelompoknya. penentuan
teman kelompok itu harus dilakukan oleh guru.
Dibawah ini adalah contoh hasil salah satu pengamatan dari beberapa kali
pertemuan yang dilakukan observer dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel
4.1
Pengamatan siswa kelas X AP I dalam pembelajaran IPS
Pengamatan siswa kelas X AP I dalam pembelajaran IPS
No
|
Samaran Responden
|
Kreativitas
|
Pemahaman Konsep
|
Kerjasama
|
1
|
A
|
2
|
2
|
2
|
2
|
B
|
1
|
1
|
2
|
3
|
C
|
2
|
2
|
3
|
4
|
D
|
1
|
2
|
3
|
5
|
E
|
2
|
1
|
2
|
6
|
F
|
3
|
3
|
3
|
7
|
G
|
3
|
-
|
-
|
8
|
H
|
3
|
2
|
2
|
9
|
I
|
2
|
2
|
3
|
10
|
J
|
3
|
2
|
3
|
11
|
K
|
3
|
3
|
2
|
12
|
L
|
2
|
1
|
3
|
13
|
M
|
3
|
3
|
3
|
14
|
N
|
2
|
1
|
3
|
15
|
O
|
1
|
2
|
3
|
16
|
P
|
3
|
2
|
2
|
17
|
Q
|
2
|
2
|
3
|
18
|
R
|
1
|
2
|
2
|
19
|
S
|
1
|
1
|
1
|
20
|
T
|
1
|
1
|
2
|
21
|
U
|
2
|
1
|
2
|
22
|
V
|
1
|
1
|
1
|
23
|
W
|
1
|
1
|
1
|
24
|
Y
|
1
|
1
|
2
|
25
|
Y
|
3
|
2
|
3
|
Keterangan :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Dari hasil beberapa pertemuan yang dilakukan oleh observer yang dinilai
dapat dilihat dari hasil pengamatan pada kelas X AP I pada pembelajaran IPS
dilakukan tiga kali pertemuan dalam Siklus ke I (satu) hasilnya dapat dilihat
dibawah ini
Tabel
4.2
Hasil
penelitian Siklus I dari dua pertemuan
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
%
Siswa yang
Mendapatkan Nilai
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1.
|
Pemahaman
Konsep Siswa
|
18.7
%
|
43.1
%
|
38.2
%
|
2.
|
Sikap Kerja
Sama Siswa
|
48.2
%
|
32.2
%
|
19.6
%
|
3.
|
Kreativitas
Siswa
|
28.4
%
|
45.2
%
|
26.4
%
|
4.
|
Hasil Belajar
Siswa
|
9.7
%
|
48.3
%
|
42.0
%
|
Sebelum pelaksanaan tindakan ke dua dilakukan terlebih
dahulu merevisi terhadap beberapa kekurangan-kekurangan yang muncul pada
pelaksanaan pertama (Siklus I) dan mempertahankan atau meningkatkan aspek yang
sudah dirasakan baik pada pelaksanaan tindakan pertama.
Dari hasil refleksi pelaksanaan tindakan pertama untuk
pelaksanaan Tindakan Ke dua (Siklus II) disepakati beberapa perbaikan
diantaranya :
a.
mempersiapkan pembelajaran IPS dengan menggunakan Model
Universal Uthopia.
b.
Menelaah kembali terhadap tuntutan kurikulum mata
pelajaran IPS yang harus disampaikan setelah pokok bahasan yang telah
disampaikan pada tindakan pertama (Siklus I), untuk dapat menentukan Pokok
Bahasan dan Sub Pokok Bahasan apa yang akan disampaikan pada waktu melakukan
Tindakan Ke dua (Siklus II) ini peneliti masih tetap menggunakan pokoh bahasan menceritakan peran tokoh Nasional dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan sebagai
tokoh pergerakan nasional Indonesia
c.
Mendiskusikan cara menentukan kelompok dalam
pembelajaran IPS menggunakan Model Universal
Uthopia. Dari hasil diskusi antara peneliti dan siswa bahwa pemilihan kelompok
tetap dilakukan oleh siswa dengan tujuan supaya ada kerja sama antar siswa dan
siswa tidak mengandalkan guru dalam pembelajaran ini, siswa diberikan kebebasan
untuk menentukan teman kelompoknya.
d.
Melakukan diskusi dengan observer mengenai format
penilaian yang tidak berubah, karena dalam Model Universal Uthopia ada beberapa perubahan
mengenai format penilaian, dan hasilnya disepakati bahwa format pada Siklus
pertama sudah cukup dan ada penambahan format pada siklus ke dua dengan format
baru sesuai dengan kesepakatan antar peneliti dan observer
e.
Merumuskan kembali persiapan pembelajaran (Satuan
pelajaran) untuk ditindak lanjuti pada tindakan ke dua. Rumusan "Rencana
Pembelajaran" yang dibuat oleh peneliti untuk dilaksanakan Tindakan Ke dua
(Siklus II) adalah menceritakan peran
tokoh-tokoh nasional dalam upaya
memperjuangkan nasib bangsa untuk merdeka .
f.
Mendiskusikan masalah pembelajaran IPS dengan
menggunakan Model Universal Uthopia antara peneliti dan siswa untuk Tindakan
Kedua. Dan hasil diskusi dapat disepakati bahwa dalam pembelajaran IPS dalam
menggunakan Model Universal Uthopia tingkat konkret sesuai dengan yang diharapkan
oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi.
Dialog bebas antar siswa digiatkan untuk mencari dan menunjukkan atribut objek
(bentuk) pahlawan dengan cara memilih, memegang atau melingkari gambar tokoh
nasional yang harus dijelaskan oleh siswa.
2.
Proses Belajar Siswa setelah menggunakan Model Universal
Uthopia .
Setelah melihat hasil analisis dan refleksi pada Siklus
1, maka penulis mempersiapkan pelaksanaan pada Siklus II. Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan Model Universal Uthopia dibuat
dua siklus yaitu siklus ke II dan siklus ke III untuk lebih jelasnya dibawah
ini diuraikan mengenai tindakan ke II.
a.
Perencanaan Tindakan ke II (Siklus II) menggunakan
Model Universal Uthopia tingkat konkret
menunjukkan atribut objek Pahlawan Nasional Soekarno dengan cara memegang gambar
tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.
Pada proses pelaksanaan Tindakan ke II (siklus II), juga membuat
persiapan pelajaran atau rencana pelajaran dan persiapan hasil analisis dan
refleksi seperti pada tindakan pertama yang telah di telaah oleh peneliti.
Konsep yang sepakat untuk diangkat dalam pembelajaran Tindakan ke dua adalah
mengenai penjajahan di Indonesia, siswa diharapkan dapat menunjukkan atribut
objek (bentuk) Pahlawan Nasional Dr.
Soetomo dengan memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan. sambil
melihat gambar tokoh nasional yang telah disediakan. Dalam penggunaan Model Universal
Uthopia pada pembelajaran IPS di kelas ini dapat dilihat dari beberapa perencanaan di
bawah ini :
1.
Membuat satuan pelajaran dengan menerapkan Model Universal Uthopia tingkat konkret yang
menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan Nasional dengan cara memegang gambar tokoh
nasional yang harus di jelaskan.
2.
Melakukan telaahan terhadap pokok bahasan mata
pelajaran IPS di kelas X AP I SMKN I
Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi
Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal
pelajaran berlaku yang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar pada mata
pelajaran lainnya.
3.
Melakukan telaahan terhadap tuntutan kurikulum mata
pelajaran IPS harus di sampaikan pada semester
dua untuk ditindak lanjuti dengan pembelajaran yang menerapkan Model Universal
Uthopia tingkat konkret yaitu menunjukan atribut objek
(bentuk) pahlawan Nasional Budi Utomo dan Dr. Soetomo dengan cara
memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan untuk meningkatkan proses
belajar siswa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru.
b.
Pelaksanaan Tindakan ke II (Siklus II)
Dalam pelaksanaan Tindakan ke II (dua) ini guru
mengkondisikan siswa untuk belajar, diantaranya dengan membuka pelajaran dengan
cara apersepsi, yaitu mengadakan beberapa pertanyaan mengenai pelajaran yang
akan dibahas.
Guru bertanya pada siswa "Apa yang akan Kalian
lakukan jika kalian seperti tokoh
Soekarno ? hanya beberapa orang siswa saja yang menjawab pertanyaan dari guru
diantaranya :
"Saya akan merumuskan persiapan kemerdekaan RI, secara simpel Pak"
"Saya akan mengajak beberapa teman seperjuangan Pak"
Sambil mendengar respon-respon dari siswa, guru mengeluarkan gambar para
pahlawan tokoh-tokoh nasional ketika guru mengeluarkan gambar tersebut situasi
kelas yang tadinya agak ribut dengan jawaban-jawaban siswa tentang perjuangan menuju Indonesia merdeka, menjadi hening, semua
memperhatikan ke depan karena guru menempelkan gambar di papan tulis. siswa
berkomentar “Wah bagus sekali gambarnya”.
Guru kembali menerangkan situasi kelas dan menjelaskan, "anak-anak
inilah gambar para pahlawan tokoh-tokoh Nasional yang ikut membantu dalam merumuskan gagasan
dan konsep kemerdekaan RI .
Guru menyuruh siswa untuk mengelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok.
Namun dalam pelaksanaan tindakan ke dua ini jumlah siswa yang tadinya 25 orang
berkurang dua orang menjadi 23 karena yang dua tidak masuk sekolah sehingga setiap
kelompok terdiri dari 3 orang dan ada juga yang 4 orang. Ketika guru
mengelompokkan siswa, kelas sangat tenang tidak ribut dan tidak ada yang
main-main mengganggu temannya, tidak seperti waktu tindakan pertama. lni
menandakan mereka sudah biasa berkelompok. Guru pun mulai menugaskan kembali
kepada siswa bahwa setiap kelompok harus ada ketua. Dalam menentukan ketua,
setiap kelompok tidak ribut, seperti waktu tindakan pertama. Kelas tenang
kembali. guru pun bertanya "apakah semua kelompok sudah ada ketuanya ? “
dengan serempak siswa menjawab "sudah pak", baiklah kalau begitu
bapak akan menjelaskan tugas-tugas setiap kelompok.
Setelah semua sarana disiapkan barulah setiap kelompok untuk tampil ke
depan untuk dialog bebas antar siswa mencari dan menunjukkan atribut objek
(bentuk) pahlawan nasional Soekarno dengan
cara memegang gambar tokoh-tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh
siswa/Ketua. Sementara Kelompok yang tidak tampil bertindak sebagai pengamat.
Apabila selesai tampil setiap Kelompok, tim pengamat melaporkan hasil
pengamatannya. Tim pengamat ini bertugas mengamati setiap penjelasan dari
setiap kelompok, misalnya sesuaikah yang dijelaskannya itu dengan atribut objek
pahlawan yang dipegangnya. Tim pengamat bergantian saling mengamati dengan
rekan yang tampil dengan tujuan saling memperbaiki kekurangan-kekurangan Ketika
tampil di depan kelas.
Penampilan berhenti jika semua kelompok sudah tampil didepan kelas.
Apabila semua kelompok sudah tampil, maka gurupun menugaskan siswa untuk mengubah kelas seperti
semula yaitu duduknya berpasang-pasangan, guru menyimpulkan materi dan
membagikan LKS, ingin mengetahui hasil belajar siswa. Setelah semua siswa
selesai mengerjakan LKS, guru mengumpulkan LKS tersebut untuk menghitung Sampai
sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia tingkat konkret.
Dibawah ini adalah salah satu contoh hasil LKS yang dibuat siswa :
LEMBAR
KERJA SISWA
MATA
PELAJARAN IPS
Nama :
Kelas :
JAWABLAH
PERTANYAAN DI BAWAH INI
1.
Pada tahun berapakah Soekarno merumuskan kemerdekaan RI ?
2.
Dipimpin oleh siapakah BPUPKI ?
3.
Dimanakah tempat
terselenggaranya pertemuan BPUPKI ?
Untuk melihat hasil penelitian secara keseluruhan yang
dihasilkan dari pengamatan. ternyata lebih menggembirakan karena ada beberapa
aspek yang meningkat diantaranya aspek kreativitas, dan aspek kerja sama siswa
lebih meningkat. Peningkatan-peningkatan ini telah dilakukan beberapa kali
yaitu dalam satu siklus dilakukan tiga kali pertemuan hasil untuk siklus ke II
(dua) ini dapat di lihat pada label di bawah ini.
Tabel
4.4
Hasil
penelitian Siklus ke II dari tiga kali pertemuan
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
%
Siswa yang
Mendapatkan Nilai
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1.
|
Pemahaman
Konsep Siswa
|
36.3
%
|
39.3
%
|
24.4
%
|
2.
|
Sikap Kerja
Sama Siswa
|
54.5
%
|
34.2
%
|
11.1
%
|
3.
|
Kreativitas
Siswa
|
46.2
%
|
37.5
%
|
16.3
%
|
4.
|
Hasil Belajar
Siswa
|
29.0
%
|
38.7
%
|
29.4
%
|
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan ke tiga terlebih
dahulu dilakukan beberapa revisi terhadap beberapa kekurangan-kekurangan yang
muncul pada pelaksanaan tindakan kedua dan mempertahankan atau meningkatkan
apa-apa yang sudah dirasakan baik pada pelaksanaan tindakan kedua itu. Dari
hasil pelaksanaan tindakan kedua untuk pelaksanaan tindakan ketiga disepakati
beberapa perbaikan dan penyempurnaan diantaranya :
a)
Mempersiapkan pembejajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia dengan memakai Universal Uthopia tingkat konkret.
b)
Menelaah kembali terhadap tuntutan kurikulum mata
pelajaran IPS yang harus disampaikan setelah pokok bahasan yang telah
disampaikan pada tindakan ke dua untuk dapat menentukan pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang akan disampaikan pada waktu melakukan tindakan ketiga. Dalam
tindakan ke tiga ini peneliti masih tetap rnenggunakan pokok bahasan
menceritakan peran tokoh-tokoh nasional dalam merumuskan UUD 1945.
c)
Mendiskusikan cara menentukan kelompok dalam
pembelajaran IPS menggunakan Model Universal Uthopia. Dari hasil diskusi antara
peneliti dan siswa bahwa pemilihan kelompok tetap dilakukan oleh siswa dengan
tujuan supaya ada kerja sama antar siswa dan siswa tidak mengandalkan guru.
Dalam pembelajaran ini siswa di berikan kebebasan untuk menentukan teman
kelompoknya,
d)
Merumuskan kembali persiapan pengajaran (satuan
pelajaran) 1 untuk di tindak lanjuti pada tindakan ke dua. Rumusan
"rencana pembelajaran' yang dibuat oleh peneliti untuk dilaksanakan
tindakan ketiga (Siklus III) adalah mengenai Tokoh Pejuangan dan
Pergerakan di Indonesia dan menceritakan
peran tokoh-tokoh nasional dalam
usahanya melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
e)
Mendiskusikan pembelajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia tingkat konkret. Dialog bebas antar siswa
digiatkan untuk mencari dan menunjukkan atribut (bentuk) pahlawan dengan cara
melingkari gambar tokoh pahlawan nasional yang harus dijelaskan oleh siswa
Perencanaan Tindakan ke III (Siklus III) menggunakan
Model Universal Uthopia tingkat konkret menunjukkan atribut objek
Pahlawan Hatta dengan cara melingkari
gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa.
Pada proses pelaksanaan tindakan ke tiga ini, juga
adalah melaksanakan persiapan atau rencana persiapan hasil analisis dan
refleksi pada tindakan kedua yang telah di telaah oleh peneliti. Konsep yang
sepakat untuk diangkat dalam pembelajaran tindakan ke dua adalah mengenai
penjajahan di Indonesia. siswa diharapkan dapat menunjukkan atribut objek (bentuk)
Pahlawan Moh Matta dengan cara
melingkari gambar tokoh nasional yang sudah disediakan. Dalam penggunaan model Universal
Uthopia pada pembelajaran IPS di kelas ini dapat
dilihat dari beberapa perencanaan di bawah ini :
1.
Membuat satuan pelajaran dengan menerapkan Model Universal
Uthopia tingkat konkret yaitu menunjukkan atribut
objek (bentuk) Pahlawan Moh Hatta dari Sumatera
Barat dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh
siswa.
2.
Melakukan telaahan terhadap pokok bahasan mata
pelajaran IPS di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang akan diajarkan sesuai dengan jadwal pelajaran berlaku
yang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran lainnya.
3.
Melakukan telaahan terhadap tuntutan Kurikulum mata
pelajaran IPS yang harus di sampaikan pada semeser ganjil untuk ditindak lanjuti dengan
pembelajaran yang menerapkan Model Universal Uthopia tingkat konkret yaitu menunjukan atribut
objek (bentuk) pahlawan Nasional Moh. Hatta Sumatera Barat dengan cara
melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan untuk meningkatkan
proses belajar siswa kegiatan belajar rnengajar yang dilakukan guru.
b.
Pelaksanaan tindakan ke III
Dalam pelaksanaan tindakan ke III (tiga) ini guru
mengkondisikan siswa untuk belajar, diantaranya dengan membuka pelajaran dengan
cara apersepsi, yaitu mengadakan beberapa pertanyaan mengenai pelajaran yang
akan dibahas. Guru bertanya pada
siswa “ Apakah pemikran Moh. Hatta
tentang permusan UUD 1945?" Siswa dengan serempak menjawab "Banyak
Pak". "Coba sebutkan yang kalian ketahui ?
Setelah melakukan beberapa pertanyaan kepada siswa
ternyata Kelas lebih tenang, tidak seperti pada Tindakan kesatu ataupun Tindakan
kedua. guru menjelaskan pelajaran yang akan disampaikan yaitu tetap saja
mengenai Tokoh Pejuangan dan Pergerakan di
Indonesia, namun kali ini yang akan disampaikan yaitu siswa dapat diharapkan
dapat menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan Nasional Moh. Hatta dari Sumatera Barat
dengan cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa
sambil melihat gambar tokoh nasional yang sudah disediakan. Guru menyuruh siswa untuk mengelompokkan
menjadi 7 (tujuh) kelompok. Namun dalam pelaksanaan tindakan ke tiga ini jumlah
siswa terdiri dari 23 orang . Karena yang satu keluar/pindah mengikuti kedua
orang tuanya. Ketika guru mengelompokkan
siswa, kelas sangat tenang mungkin siswa sudah terbiasa belajar bekerja sama. Guru pun menjelaskan bahwa setiap ada yang
tampil ke depan, kelompok lain yang tidak tampil diharuskan mengamati kelompok
yang tampil tersebut dengan tujuan apabila ada kekurangan akan diperbaiki pada
pertemuan yang akan datang.
Setiap kelompok pun dimulai untuk maju ke depan kelas,
untuk dialog bebas antar siswa mencari dan menunjukan atribut objek (bentuk)
pahlawan Hatta Sumatera Barat dengan
cara melingkari gambar tokoh nasional yang harus di jelaskan oleh siswa. Kelompok ke satu yang pertama tampil ke depan
kelas, maka kelompok dua, tiga, empat, lima, enam dan tujuh mengamati kelompok
ke satu dengan cara mencatat kekurangan atau kelebihan dalam menunjukkan
atribut objek (bentuk) pahlawan nasional dengan cara melingkari gambar tokoh
nasional, siswa berdialog bebas antar siswa untuk menjelaskannya. Apabila
kelompok satu telah selesai tampil, maka kelompok yang menjadi pengamat
melaporkan hasil pengamatannya didepan kelas.
Ketika hari selasa siswa sudah siap untuk tampil
didepar kelas. Pelaksanaan setiap kelompok untuk tampil di depan kelas untuk
menunjukkan atribut objek (bentuk) pahlawan Hatta dengan cara melingkari gambar tokoh
nasional dan harus dijelaskan oleh siswa akan dimulai yaitu saat siswa sudah
mulai masuk Kelas dan sudah berdo'a serta sesudah mendengarkan pengarahan dari
guru.
c. Analisis dan Refleksi Tindakan Ketiga (Siklus
III)
Setelah pembelajaran selesai, peneliti bersama-sama
Observer menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. Dalam
pembelajaran dengan tidak menggunakan Model Universal Uthopia, menunjukkan atribut objek
(bentuk) pahlawan Hatta dengan cara
melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa, peneliti dan
observer dapat menyimpulkan bahwa selama pembelajaran berlangsung, adanya
peningkatan pada saat kegiatan belajar mengajar, yaitu diantaranya :
1.
Siswa sangat antusias dalam memperhatikan pelajaran
ketika pelajaran dimulai, karena siswa sudah mulai tertarik dengan kegiatan
yang diberikan. Hal yang menarik dalam siklus III ini adalah, dalam pelaksanaan
berdialog bebas antar siswa sambil mencari dan menunjukkan atribut objek
(bentuk) pahlawan Hatta dengan cara
melingkari gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan oleh siswa didepan
kelas.
2.
Pada saat siswa ditugaskan untuk berkelompok siswa
sudah terbiasa, sehingga mereka tidak susah lagi dalam menentukan teman dalam
kelompoknya.
3.
Sifat kreativitas siswa yang dapat pada siklus ke III adalah siswa sudah bisa berdialog bebas antar
siswa secara spontan dengan lawan bicaranya.
4.
Hasil belajar dalam siklus III ini pun ada peningkatan.
Setelah selesai pelaksanaan siklus III ini, penulis
dapat menyimpulkan hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer yang
terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek pemahaman konsep siswa, aspek hasil
belajar siswa, aspek kreativitas siswa, dan aspek sikap kerja sama siswa,
aspek-aspek tersebut dapat dilihat dari hasil berikut ini :
Tabel
Hasil
Penelitian Siklus ke III
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
%
Siswa yang
Mendapatkan Nilai
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1.
|
Pemahaman
Konsep Siswa
|
42.4
%
|
39.3
%
|
18.3
%
|
2.
|
Sikap Kerja
Sama Siswa
|
64.5
%
|
35.2
%
|
10.3
%
|
3.
|
Kreativitas
Siswa
|
66.6
%
|
21.2
%
|
12.2
%
|
4.
|
Hasil Belajar
Siswa
|
45.4
%
|
40.3
%
|
14.3
%
|
Demikianlah gambaran tentang pembelajaran dengan
menggunakan Model Universal Uthopia tingkat
konkret yaitu menunjukkan atribut objek (bentuk) Pahlawan Nasional Moh. Hatta dengan cara melingkari
gambar tokoh nasional dan dialog bebas antar siswa digiatkan.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Gambaran Kreativitas Siswa Sebelum Pembelajaran Universal Uthopia
a.
Situasi Kelas
Pengobservasian dilaksanakan pada saat pembelajaran di kelas X
AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten
Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 berdasarkan
hasil pengobservasian / pengamatan situasi kelas pada saat pembelajaran
berlangsung siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran karena guru banyak
memegang peranan artinya guru terus memberikan penjelasan tanpa menghiraukan
Keadaan kelas. Pada saat guru memberikan penjelasan tentang materi, hanya
sebagian siswa yang memperhatikan ke depan kelas sedangkan siswa yang lain
aktif dengan kegiatannya masing-masing.
Pemahaman konsep siswa pada Siklus I ini
"kurang", hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu hanya
38.2 % sedangkan yang “cukup” hanya 43,1
% dan yang "baik” hanya 18.7 %. Ruangan kelas IX sangat kondusif untuk belajar karena ruang
kelasnya sangat luas dan jumlah siswanya hanya 34 orang yang terdiri dari 19
laki-laki dan 15 perempuan.
Dikelas ini pun tidak bisa belajar berkelompok, mereka
semuanya belajar sendiri-sendiri, jadi kalau ada siswa yang tidak memiliki buku
pelajaran mereka membiarkannya. Pada waktu pembentukkan kelompok kelas menjadi
gaduh karena tidak biasa belajar kelompok.
Dengan melihat situasi kelas yang demikian
eksistensinya. peneliti harus memperbaiki permasalahan yang ada dan harus
memperbaiki situasi yang ada.
b.
Kegiatan Belajar Mengajar
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat proses
belajar mengajar di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013 tidaklah ada perkembangan, dari mulai guru membuka dan
menutup pelajaran. situasi kelas biasa-biasa saja dan diketahui bahwa siswa
melakukan aktivitas di luar aktivitas pembelajaran seperti jalan-jalan,
bercakap-cakap dengan teman sebangkunya bermain-main, menunjukkan sikap malas
dan mengganggu temannya. sehingga situasi kelas menjadi gaduh. Selain dari itu,
siswa kurang rnemiliki keberanian dalam mengekspresikan (mengungkapkan)
ide-idenya (pendapatnya) tentang materi IPS yang akan diajarkan.
Salah satu faktor yang menimbulkan karakter siswa
diatas adalah karena selama aktivitas proses belajar mengajar di dalam kelas
tidak pernah dilakukan aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung dan guru
tidak melibatkan siswa untuk berinteraksi dialog bebas antar siswa digiatkan
selama pembelajaran berlangsung, akibatnya siswa tidak mendapatkan pengalaman
langsung dalam belajar hanya memperoleh penjelasan dan guru dan menghapal
materi yang dicatat dari buku paket.
c.
Hasil Belajar Siswa dan Kireativitas Siswa
Pada hasil belajar siswa dan kreativitas siswa dalam
belajar sebelum menggunakan Model Universal Uthopia hasilnya "kurang" memuaskan, hal
ini dapat dilihat ketika peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan ke I
(pertama) dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012. Pertemuan ke II (kedua)
pada tanggal 19
September 2012.
Dari kedua Kali pertemuan itu, hasil belajar siswa
dan kreativitas siswa hanya mendapatkan beberapa persen, yang mendapatkan
"baik" pada hasil belajar siswa pada siklus I (Satu) ini hanya 17.7 %
Sedangkan yang mendapatkan "cukup" 54,1 % dari yang "kurang"
28,2 %. Dan untuk kreativitas, siswa yang mendapatkan “baik” hanya 28,4 % dan
yang mendapatkan "cukup" 45.2 % sedangkan yang mendapatkan “kurang”
26,4 %.
II.
Gambaran Kreativitas Siswa Sesudah Penerapan
Model Universal Uthopia
Pada topik ini akan membahas mengenai situasi kelas,
aktivitas belajar mengajar, hasil belajar dan kreativitas siswa pada Siklus II
dan III setelah penerapan Model Universal Uthopia.
a.
Situasi Kelas
Dari hasil observasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan Model Universal Uthopia yaitu
berdiskusi, dialog bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan atribut
objek (bentuk) pahlawan Soekarno dengan
cara memegang gambar Tokoh Nasional yang harus dijelaskan dan berdiskusi
dialog, bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan atribut objek (bentuk)
pahlawan Nasional dengan cara melingkari gambar Tokoh Nasional yang harus
dijelaskan oleh siswa, pada saat pembelajaran di kelas X AP I SMKN I Kadipaten
Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat
Tahun Pelajaran 2012/2013, berdasarkan pengamatan situasi kelas pada saat
pembelajaran berlangsung siswa terlibat langsung dalam pembelajaran karena guru
menggiatkan dialog bebas antar siswa dari mulai menentukan kelompok sampai maju
kedepan kelas setiap kelompoknya. Pada saat guru menjelaskan materi, hampir
semua siswa memperhatikan ke depan kelas, mungkin mereka tertarik dalam
penerapan Model Universal Uthopia .
Pemahaman konsep pada Siklus II yang “baik” 36,3 %.
yang “cukup” 39,2 % dan yang "kurang" 18, 3%. Melihat dari hasil
tesebut sudah tentu ada perubahan dari siklus II ke siklus III. Siswa telah
mulai terbiasa belajar berkelompok, hal ini terlihat ketika guru mempersilahkan
siswa untuk memilih kelompoknya masing-masing, siswa terlihat senang, dan tidak
gaduh seperti pada pertemuan yang lalu. Sikap kerja sama siswa pada siklus II
"sangat baik", hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada
siklus II yaitu memperoleh 54,5 % dan pada siklus III memperoleh 64.5 %.
Situasi kelas pun dirubah oleh guru, dari yang
semulanya meja belajar berderet ke belakang. pada aktivitas dilaksanakan ini
meja dibentuk huruf U, agar siswa bisa keluar melakukan aktifitasnya di depan
kelas dan siswa yang lain dapat memperhatikan dengan jelas karena mereka yang
tidak tampil di depan kelas mendapatkan tugas untuk mengamati pemaparan tentang
alur cerita pahlawan yang di ekspresikannya.
Setelah siswa tampil di depan kelas, siswa yang
mengamati atau sebagai pengamat dapat melaporkan pengamatannya di depan kelas.
dan setiap kelompok yang menjadi pengamat dapat memberikan pertanyaan pada
kelompok yang sudah melakukan pemaparannya atau penjelasan tentang Tokoh
Pahlawan yang di ceritakannya di depan kelas.
b.
Kegiatan Belajar Mengajar
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat proses
belajar mengajar di kelas X AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013 banyak sekali perubahan, dari mulai guru membuka pelajaran
hingga proses belajar mengajar dan guru menutup pelajaran. Karena dalam proses
belajar rmengajar pada saat ini peneliti menggunakan dua cara yaitu ; pertama
menggunakan Model Universal Uthopia, dan
Konsep berdiskusi berdialog bebas antar siswa untuk mencari dan menunjukkan
atribut objek (bentuk) Pahlawan Nasiona
Soekarno dengan cara memegang gambar tokoh nasional yang harus dijelaskan,
dan cara kedua adalah mengunakan Model Universal Uthopiadengan cara rnelingkari
gambar tokoh nasional Moh Hatta yang
harus dijelaskan oleh siswa.
Dalam pembelajaran di kelas pada waktu menggunakan
Model Universal Uthopia, siswa sangat
senang sekali dikarenakan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Siswa
terlibat langsung dari mulai menentukan ketua kelompok sampai untuk tampil
kedepan kelas, guru hanya sebagai fasilitator.
c.
Hasil Belajar Siswa dan Kreativitas Siswa
Setelah penerapan Model Universal Uthopia prestasi belajar siswa ada perubahan yang
memuaskan, ini dapat dilihat ketika peneliti mengadakan beberapa kali
pertemuan.
Hasil belajar siswa pada siklus ke II yang “baik” 38,9
%, yang “cukup" = 38.6 %, sedangkan yang "kurang" =32,5 %
sedangkan pada siklus ke III yang “baik" 43,5 %, yang "cukup"
=16.3 % dan yang kurang" 10,2 %.
Dari hasil Keempat pertemuan pada penerapan Model Universal Uthopia, hasil belajar siswa ada
peningkatan yang memuaskan yaitu sekitar 12 %. Dalam penerapan hasil belajar
siswa ini peneliti menggunakan lembar kerja siswa yang biasa mereka gunakan
yang dilakukan selama empat kali pertemuan.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari hasil penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia peneliti akan mengemukakan
mengenai kesimpulan, implikasi beserta saran-saran yang ada kaitannya dengan
penelitian tindakan kelas ( PTK) yang telah dilaksanakan.
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas
tentang "Penerapan Model Universal Uthopia pada pembelajaran IPS di kelas X
AP I SMKN I Kadipaten Kabupaten
Majalengka Propinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2012/2013"
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas dan
memakai tiga siklus.
Pada saat sebelum penerapan Model Universal Uthopia. proses
belajar mengajar eksistensi siswa tidak begitu aktif, situasi pembelajaran
hanya terfokus pada guru (teacher centered). Siswa hanya mendengarkan
penjelasan materi saja. Siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya, apalagi
mengekspresikan idenya. Siswa terbiasa hanya mendengarkan ceramah dan menanti
tugas dari guru yang harus dijawab pada buku paket. Kreativitas siswa pada
pembelajaran ini tidak begitu menonjol dikarenakan siswa tidak dilibatkan
langsung pada kreativitas belajar didalam kelas. Hasil belajar siswapun tidak
begitu menonjol, hal ini dapat dilihat pada hasil nilai yang sudah di akumilasi-kan atau dirata-ratakan yang
memperoleh nilai 'baik" hanya 17,7 %, serta yang memperoleh nilai
"cukup" hanya 54,2 % sedangkan yang memperoleh nilai "kurang"
hanya 28,2 %.
Hal ini dilakukan untuk rnelihat sejauh mana
kesungguhan siswa dalam pembelajaran ini. Pada siklus II, aspek-aspek aktivitas
siswa banyak perkembangan dibandingkan dengan siklus I. Aspek -aspek itu
diantaranya aspek pemahaman siswa, aspek kerjasama siswa, aspek kreativitas
siswa, dan aspek hasil belajar siswa. Sedangkan pada penerapan Model Universal Uthopia, dialog bebas antar siswa
untuk mencari dan menunjukan atribut objek (bentuk) pahlawan Nasional dengan cara melingkari gambar tokoh
nasional dan dijelaskan dilakukan pada siklus ke III. Pada siklus ke III ini
aspek yang dinilai tidak jauh berbeda hasilnya dengan siklus ke II. Pada
pembelajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia, siswa lebih percaya diri dalam berdialog antar temannya dan lebih
berani dalam bertanya serta mengekspresikan idenya.
B.
Saran
Dengan melihat
hasil temuan dan tindakan yang dilakukan oleh peneliti tersebut, maka peneliti
sarankan kepada :
a.
Siswa
Dalam pembelajaran dengan menggunakan Model Universal
Uthopia untuk lebih menumbuhkan lagi
keberanian, keterampilan, rasa percaya diri, kreativitas pada diri siswa dan
dapat memberikan pengalaman langsung dalam
proses pembelajaran IPS
b.
Guru
Di dalam proses belajar mengajar di kelas guru harus
dapat memodifikasi model/metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
langsung dalam proses belajar mengajar, contohnya seperti Model Universal
Uthopia .
Guru janganlah terlalu memegang kendali dalam
pembelajaran akan tetapi diharapkan guru hanyalah menjadi fasilitator saja. Di
dalam kelas pun guru harus dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif yaitu
menciptakan interaksi yang melibatkan, baik interaksi guru dengan siswa maupun
interaki siswa antar siswa.
c.
Bagi Lembaga tempat penelitian
Dari hasil penelitian, baik dari hasil temuan dan
tindakan yang dilakukan peneliti dalam penyediaan sarana belajar supaya
diusahakan.
Contohnya meja dan kursi kurang relevan dengan jumlah
siswa yang ada agar tercipta proses belajar mengajar yang kondusif untuk masa-masa
yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Kosasih Djahiri, ( 2001), "Membina PIPS PLS dan PPS yang
menjawab tantangan Hari Esok” Jurnal Pendidikan, I/1993. Bandung : Forum
komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.
Album 97 Pahlawan Nasional ( 2003). Proyek Bagian Penyediaan Buku
Bacaan Anak-Anak Sekolah dasar. Jakarta : Depdikbud
Balnadi, Sutadipura ( 2001), Aneka
Problem Keguruan. Bandung : Angkasa.
Sonny Semiawan ( 2003). Memupuk
Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta. PT. Gramedia.
Dahlan (1984). Model-model Mengajar. Bandung CV. Diponegoro
Daldjoeni ( 1985) Menengah Pertama
-Menengah Pertama Ilmu Pengetahuan Kenarganegaraan. Bandung. Alumni
Darman Moenir ( 1993/1994). Universal Uthopia Suatu Pembelajaran. Jakarta PT. Angkasa
Raya
Djodjo Suradisastra, dkk; (1991/1992), Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Departemen
Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
E. Mulyasa (1997), Pedoman Pemahaman dan Penerapan Kurikulum di
Sekolah Menengah Pertama . Bandung :
CV. Geger Sunten
Hamid Hasan (l991/1992) Evaluasi Hasil Belajar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
Hamid Hasan (1996). Pendidikan
Ilmu-Ilmu Sosial (Buku 1) Bandung Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
Hasan (2002), Ilmu
Pancasila dan Kewarganegaraan. Departemen Pendidikan Nasional
Padri (1992) Peranan Guru Sebagai Pembimbing Dalam Mengembangkan
Kreativitas Belajar Siswa. tesis Program Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak
diterbitkan.
Kasbulah K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud
Dirjen Dikti. Pelatih Proyek PGSMK , Malang.
Kurikulum Pendidikan Menengah Pertama
Tahun 1993. Jakarta : departemen
pendidikan dan Kebudayaan.
Poejiono (1995) Proses Belajar Mengajar. Bandung . PT. Remaja
Rosda Karya.
Mohamad Surya ( 1996) Psikologi Pembelajaran. Bandung Jurusan
PPB FKIP Bandung.
Moleong.L.J (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyani Sumantri (1999) Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud
Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Menengah Pertama
Ngalim Purwanto (1996/1997). Psikologi Pendidikan. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Nursid Suma Atmadja (2002), Konsep Menengah Pertama Ilmu
Pendidikan Sosial. Penerbit : Universitas Terbuka
Oemar Hamalik (1994); Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Menengah
Pertama dan Strategi pelaksanaannya di Perguruan
Tinggi. Bandung : CV. Tri
Genda Karya.
Ratna Willis Dahar (1996) Teori-teori Belajar, Jakarta : CV
Erlangga.
Suyanto (1996/1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung : IKIP Bandung.
Syah Muhibin (1983), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Pelatih Proyek PGSMK (1999). Penelitian Tindakan Kelas .
Departemen Pendidikan Direktur Jendral Tinggi. Pengembangan Guru Sekolah
Menengah
Yusuf Syamsu, dkk ( 1992 ) Menengah Pertama -Menengah Pertama Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar.
Bandung : CV. Andira
Lampiran I
Langkah-langkah
Model Universal Uthopia
Langkah
pertama :
|
Langkah
kedua :
|
Guru memilih
konsep-konsep yang akan diajarkan
|
Guru
merencanakan strategi pengajaran untuk mengajarkan konsep-konsep yang akan
diajarkan
|
Langkah
ketiga :
|
Langkah
keempat :
|
Guru harus
memutuskan tingkat Universal Uthopia mana
yang dapat diharapkan oleh para peserta didik
|
Analisis
konsep dan memilih materi pelajaran yang akan diajarkan
|
Langkah
kelima :
|
Langkah
keenam :
|
Diskusi dan
evaluasi I
Siswa
menunjukkan atribut objek (warna, bentuk) dengan cara memilih, melingkari
atau memegang dari konsep yang dibuat sambil melihat gambar tokoh para
pahlawan nasional yang harus dijelaskan.
|
Diskusi dan
evaluasi II
Seperti pada
langkah ke lima
|
Langkah
ketujuh :
Umpan
balik / tindak lanjut
|
Lampiran II
Tabel : Form Observasi Penilaian Terhadap
Sikap Siswa
Dalam
Pembelajaran Model Universal Uthopia
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
%
Siswa yang
Mendapatkan Nilai
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1.
|
Pemahaman
Konsep Siswa
|
|
|
|
2.
|
Sikap Kerja
Sama Siswa
|
|
|
|
3.
|
Kreativitas
Siswa
|
|
|
|
4.
|
Hasil Belajar
Siswa
|
|
|
|
Lampiran III
Tabel
: Hasil Pengamatan siswa kelas X AP I
Dalam pembelajaran
Universal Uthopia
No
|
Samaran Responden
|
Kreativitas
|
Pemahaman Konsep
|
Kerjasama
|
1
|
A
|
2
|
2
|
2
|
2
|
B
|
1
|
1
|
2
|
3
|
C
|
2
|
2
|
3
|
4
|
D
|
1
|
2
|
3
|
5
|
E
|
2
|
1
|
2
|
6
|
F
|
3
|
3
|
3
|
7
|
G
|
3
|
-
|
-
|
8
|
H
|
3
|
2
|
2
|
9
|
I
|
2
|
2
|
3
|
10
|
J
|
3
|
2
|
3
|
11
|
K
|
3
|
3
|
2
|
12
|
L
|
2
|
1
|
3
|
13
|
M
|
3
|
3
|
3
|
14
|
N
|
2
|
1
|
3
|
15
|
O
|
1
|
2
|
3
|
16
|
P
|
3
|
2
|
2
|
17
|
Q
|
2
|
2
|
3
|
18
|
R
|
1
|
2
|
2
|
19
|
S
|
1
|
1
|
1
|
20
|
T
|
1
|
1
|
2
|
21
|
U
|
2
|
1
|
2
|
22
|
V
|
1
|
1
|
1
|
23
|
W
|
1
|
1
|
1
|
24
|
Y
|
1
|
1
|
2
|
25
|
Y
|
3
|
2
|
3
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar