Kamis, 14 Mei 2015

contoh PTK IPS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Peranan guru dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional sangatlah penting mengingat guru sebagai figur yang terlibat langsung dengan para siswa di lapangan. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru dituntut untuk mencintai dan menghayati profesinya, di samping dapat menguasai dan memahami perangkat pendukung dalam proses pembelajaran seperti kurikulum, metode, alat Bantu pengajaran, buku sumber dan lain-lain.
Guru pada saat mengajarkan mata pelajaran IPS sering kali dihadapkan pada masalah kurangnya minat siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut, siswa nampak jenuh, kurang antusias. seolah-olah pelajaran IPS merupakan cerita usang yang sudah harus dilupakan. Apabila guru tidak dapat mengatasi dan mengantisipasi hal itu maka akan melahirkan generasi yang lupa akan IPS bangsa dan negaranya, generasi yang tidak mengenal kisah heroik para pahlawannya, tidak mengenal siapa dan bagaimana nenek moyangnya, dan lebih jauh lagi mereka akan menjadi generasi yang kurang menghargai dan mencintai tanah airnya, sebagai akibat dari kurang paham tentang IPS bangsanya. Hal ini bertolak belakang dengan fungsi dan tujuan pembelajaran IPS yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kurikulum IPS yang menjelaskan bahwa fungsi pengajaran IPS adalah: "menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini" (GBPP KELAS VII SMP  2007: 86), dan yang menjadi tujuan pembelajaran IPS yakni: "siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air" (GBPP KELAS VII SMP  2007: 80).
Selain faktor di atas masih banyak temuan di lapangan, misalnya rendahnya hasil perolehan nilai rata-rata IPS (IPS) baik pada hasil ulangan harian, Tes Akhir Semester (TAS) di kelas VII. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rendahnya mutu pendidikan kita dewasa ini secara kualitatif diduga karena pembelajaran lebih didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif, dalam hal ini siswa yang seharusnya ditempatkan menjadi subyek belajar beralih fungsi menjadi obyek belajar.
Kenyataan ini didukung oleh kajian empirik di lapangan banyak sorotan dan kritik maupun opini masyarakat yang menyatakan bahwa kualitas pembelajaran masih banyak dilakukan hanya secara informatip hanya gurulah yang mendominasi iklim pembelajaran di kelas (Teacher Centered), sedangkan siswa bersifat pasif. Sesuai dengan pendapat Nasution (1997: 17 ) bahwa mutu pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS yang diprioritaskan adalah aktivitas dan kreativitas siswa. Komponen ini sangat dominan dalam proses pembelajaran yang memadukan antara materi yang dipelajari dengan cara untuk mempelajarinya. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, efektif dan efesien serta berorientasi terhadap tujuan pembelajaran.
Beberapa penelitian dan kajian pakar menunjukkan bahwa para siswa kurang merasakan manfaat dan kegunaan belajar IPS (Al Muchtar,  2003),dan hal ini didukung pula dengan pendapat bahwa pendidikan IPS kurang menarik minat siswa karena dinilai sebagai pelajaran lunak dan hapalan (Somantri: 1987). Hal ini disebabkan lemahnya dari proses pembelajaran yang kurang menyentuh terhadap kemampuan berpikir siswa belum mampu menggali ketrampilan­ketrampilan sosial dan belajar aktif.
Melihat kondisi di lapangan seperti itu maka diadakan penelitian yang dapat mengatasi segala permasalahan tersebut dengan mencoba salah satu metode yaitu Teatrical  of Histories . Metode Teatrical  of Histories  seperti juga metode­-metode mengajar lainnya mempunyai kelebihan, seperti yang ditulis oleh Wiryawan dan Noorhadi (2001 : 1.29), yaitu:
(1) mengembangkan kreatifitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi); (2) memupuk kerjasama antar siswa; (3) menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama; (4) siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri; (5) memupuk keberanian berpendapat di depan kelas; (6) melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
Metode ini sengaja menjadi bahan penelitian agar guru tidak hanya memakai metode ceramah dalam mengajarkan pelajaran IPS kepada siswa, sehingga menimbulkan kebosanan dan minat belajar siswa menjadi berkurang. Dengan metode ini siswa terlibat secara langsung sehingga akan menimbulkan kegairahan belajar pada siswa sehingga selain siswa mendapatkan peningkatan dalam segi perolehan nilai tetapi juga adanya perubahan sikap seperti yang diharapkan dalam fungsi dan tujuan pelajaran IPS yang terdapat dalam kurikulum.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diadakan penelitian tindakan kelas dengan  tema penelitian “Penerapan Metode Teatrical  of Histories  dalam Pembelajaran  IPS di Sekolah”.

B.     Rumusan Masalah PTK
Masalah pokok yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan interaksi pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS ". Sehingga dari adanya peningkatan interaksi siswa dalam mata pelajaran tersebut akan meningkatkan pula hasil belajar siswa.
Secara lebih khusus rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Bagaimana keadaan awal pemahaman siswa kelas  ____ SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____ terhadap pembelajaran  di kelas ?
  2. Bagaimana kerjasama siswa kelas  ____ SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____  terhadap pembelajaran  di kelas dalam pembelajaran IPS dengan memakai metode Teatrical  of Histories  ?
  3. Bagaimana hasil belajar siswa  kelas  ____ SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____  setelah menggunakan metode Teatrical  of Histories  ?

C.    Tujuan Penelitian Tindakan  Kelas
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi dan reaksi siswa dalam mempelajari  IPS, sehingga mengarah pada suasana belajar yang hidup, menyenangkan dan memotivasi siswa agar antusias mempelajari mata pelajaran  IPS, sehingga akan memberikan peningkatan hasil pada mata pelajaran tersebut serta perubahan sikap sesuai yang diharapkan dalam fungsi dan tujuan pembelajaran IPS.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui keadaan awal pemahaman siswa terhadap mata pelajaran  IPS.
  2. Mengetahui peningkatan kerjasama diantara siswa
  3. Mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata pembelajaran IPS setelah menggunakan metode Teatrical  of Histories .

D.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Jika dalam proses pembelajaran IPS  guru membimbing siswa melaksanakan Teatrical  of Histories  dengan berpedoman pada: (1) pemahaman tentang pengertian metode Teatrical  of Histories ; (2) tujuan dan manfaat metode Teatrical  of Histories ; (3) menyadari akan kelebihan dan kekurangan metode Teatrical  of Histories ; dan (4) melaksanakan langkah-langkah mengajar dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories, maka hasil belajar siswa secara kwantitatif maupun kwalitatif akan meningkat.

E.     Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di  SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____.  Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa SMP itu sebagai tempat peneliti melaksanakan tugas sebagai guru. Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa  kelas  ___.


BAB II
KERANGKA TEORITIS
                                                    
A.    Konsep Mengajar Metode Teatrical  of Histories  
  1. Pengertian Metoda Mengajar
Berikut ini pengertian metode mengajar yang didapat dari beberapa pakar pendidikan, seperti Dahlan ( 2003: 21), menurutnya metode mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajar di kelas dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Djamarah (1997: 184) Ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pembelajaran.
Proses pernbelajaran IPS di SMP selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan materi pelajaran sebanyak mungkin, yang mengakibatkan suasana belajar agak kaku, dan kurang memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengekpresikan pendapatnya. Proses pernbelajaran lebih menekankan pada ingatan dibanding dengan pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur yang sudah ada.
Proses Pembelajaran di kelas enam, sering kali guru mengarahkan siswanya untuk menjawab sejumlah soal sebagai persiapan menghadapi ujian akhir sekolah, sehingga penanaman nilai-nilai luhur diabaikan. Jika hai ini dibiarkan atau tidak mendapat perhatian yang lebih, maka didapatkan generasi penerus yang kurang memahami dan menghayati akan jasa para pahlawannya.
Untuk menjawab tantangan tersebut di atas perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada terlibatnya semua siswa dalam suatu proses pembelajaran, hal ini merupakan tugas guru yang profesional. Salah satu ciri guru yang profesional adalah mampu memilih metode yang tepat dalam suasana proses pembelajaran yang tepat.

  1. Macam-macam Metode Mengajar
Berikut ini macam-macam metode mengajar yang didapat dari buku Depdikbud (1989 : 37-45 ) antara lain: (1) Metode ceramah, yaitu suatu metode pembelajaran atau penyajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan oleh guru kepada siswa; (2) Metode pemberian tugas, metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarlkan peiunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru: (3) Metode diskusi, yaitu suatu cara penguasaan bahan pembelajaran melalui tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh masing-masing siswa yang memecahkan masalah; (4) Metode demonstrasi suatu proses pembelajaran “dengan mempertunjukkan sesuatu" atau mendemonstrasikan sesuatu; (5) Metode tanya jawab, proses pembelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh siswa.
Masih banyak lagi berbagai metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selain yang telah disebutkan di atas seperti metode proyek, karyawisata, dan bermain peran. Maka dalam kesempatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) kali ini dicoba untuk mengembangkan salah satu metode pembelajaran yaitu metode Teatrical  of Histories . Berikut ini adalah penjelasan hal-hal yang berhubungan dengan metode Teatrical  of Histories .

B.     Penerapan Metode Teatrical  of Histories
  1. Pengertian Metode Teatrical  of Histories
Berikut ini beberapa pengertian metode Teatrical  of Histories  yang didapat dari dari beberapa buku sumber. Metode Teatrical  of Histories  merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah­masalah hubungan sosial untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa di bawah pimpinan guru (Wiryawan, 2001:-l-27).
Djamarah (2000: 200) berpendapat metode Teatrical  of Histories  ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Teatrical  of Histories  berasal dari dua kata, yakni sosio dan drama. Sosio berarti sosial sedangkan drama berarti pertunjukan atau dramatisasi. Metode Teatrical  of Histories  ialah metode mengajar yang di dalam pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk mendra­matisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Teatrical  of Histories  adalah drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. (1988 : 855). Cheppy (1986: 124) Teatrical  of Histories  adalah permainan yang dilakukan anak didik tentang satu situasi. Sedangkan Ahmadi (1997: 80) Teatrical  of Histories  adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang. Seperti yang dilakukannya dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil intisari pengertian metode Teatrical  of Histories  adalah metode pemecahan masalah yang terjadi dalam kontek hubungan sosial dengan cara mendramatisasikan masalah­.
Dari berbagai pengertian Teatrical  of Histories  di atas maka guru yang kreatif akan senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru dalam pemecahan masalah. la tidak akan selalu terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi-variasi lain yang cocok.
Dalam kegiatan Teatrical  of Histories , siswa mengamati dan menganalisis interaksi antar pemeran sedangkan guru merencanakan, menstrukturkan, mempasilitasi dan memonitor jalannya Teatrical  of Histories  tersebut kemudian membimbing untuk menindaklanjuti pembahasan tersebut.
Proses belajar melalui metode Teatrical  of Histories  menuntut kualitas tertentu pada siswa. Siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh atau posisi yang dikehendaki "Keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang" (Hasan, 1996: 266).
Melalui metode ini para siswa diajak untuk be!ajar memecahkan dilema-dilema pribadi yang mengukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-temannya sendiri. Dengan kata lain, dilihat dari dimensi pribadi, model ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.

  1. Tujuan dan Manfaat Metode Teatrical  of Histories
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories  bertujuan: (1) siswa berani mengungkapkan bendapat secara lisan; (2) memupuk kerjasama di antara para siswa; (3) siswa menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan, (4) siswa menjiwai tokoh yang diperankan, (5) siswa memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan jalannya sosio drama yang telah dilakukannya, (6) siswa dapat menceritakan dengan singkat detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sedangkan manfaat-manfaat metode Teatrical  of Histories  ialah: (1) dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, (2) siswa tidak saja mengerti persoalan-persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia. Ikut menangis bila sedih, rasa marah, emosi dan gembira; (3) siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.
C.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Teatrical  of Histories
Kelebihan dari metode Teatrical  of Histories  ialah: (1) mengembangkan kreatifitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi); (2) memupuk kerjasama antar siswa; (3) menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama; (4) siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri; (5) memupuk keberanian berpendapat di depan kelas; (6) melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
Adapun kelemahan metode Teatrical  of Histories  adalah; (1) adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tidak tercapai; (2) pendengar (siswa yang tidak berperan) sering mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana; (3) sebagian besar anak yang tidak ikut bermain menjadi kurang aktif; (4) banyak memakan waktu, baik waktu persiapan maupun waktu pelaksanaan pertunjukan; (5) kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang terkadang bertepuk tangan dan berprilaku, lainnya.

D.    Langkah-langkah Mengajar dengan Menggunakan Teatrical  of Histories  
Agar pelaksanaan metode Teatrical  of Histories  berjalan dengan baik maka penting diperhatikan langkah-langkah menggunakan metode Teatrical  of Histories , seperti berikut ini: (1) guru menerangkan teknik baru ini dengan sederhana, bila perlu memperkenalkan terlebih dahulu Teatrical  of Histories  secara kecil-kecilan, misalnya bagaimana berbicara dengan orang yang baru dikenal, bagaimana cara meminjam buku di perpustakaan. Kemudian guru mem,berikan penjelasan secara lisan; (2) guru menjelaskan garis besar cerita atau permasalahan; (3) guru menunjuk beberapa orang siswa untuk menjadi pemeran; (4) guru menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus dimainkan oleh para pelaku; (5) guru menetapkan peranan pendengar, guru perlu sering memperingatkan pendengar agar pemain tetap dapat melaksankan peranannya dengan baik; (6) guru menyarankan kalimat pertama, agar Teatrical  of Histories  dapat dimulai; (7) guru menghentikan Teatrical  of Histories  pada detik-detik penyelesaian masalah untuk dilanjutkan dengan diskusi umum; dan (8) guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain kemudian diambil kesimpulan.
Pada awal pengenalan bentuk Teatrical  of Histories  siswa diajak untuk memerankan suatu kejadian yang sering muncul dalan kehidupan anak (siswa) disekitarnya, sehingga dalam benak siswa akan muncul suatu imajinasi yang akan mendorong untuk ingin tahu, dan muncul pertanyaan­pertanyaan, seperti apa .... ?, bagaimana .....? , dan mengapa ....?. Ada beberapa permasalahan yang dapat diangkat untuk dipertimbangkan dalam memotivasi siswa, diantaranya adalah masalah yang aktual (yang sedang terjadi), langsung menyangkut dalam kehidupan siswa, dan suatu masalah yang memungkinkan adanya berbagai alternatif pemecahan.
Tahap ke dua pengenalan Teatrical  of Histories  pada siswa, guru harus dapat memilih siswa dalam berbagai peran yang akan diperankan sesuai dengan karakter yang akan diperankannya. Seperti peran Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati, dll. Dalam pemilihan peran ini tidak semua siswa kebagian peran, dalam hal ini siswa dapat dijadikan peran pembantu atau pendukung jalannya Teatrical  of Histories  sebagai metode pembelajaran di kelas. Dalam pemilihan peran guru dapat menawarkan kepada siswa, siapa yang sanggup memerankan tokoh-tokoh tertentu, bila tidak ada yang sanggup memerankan salah satu tokoh tertentu, maka guru harus membimbing siswa agar siswa memperoleh gambaran peran yang akan dimainkannya.
Tahap ke tiga guru menyiapkan pengamat dari siswa-siswa yang tidak terlibat dalam Teatrical  of Histories , agar perhatian siswa tertuju kepada proses yang sedang terjadi dan memperhatikan kejadian-kejadian yang sedang diTeatrical  of Histories kan sebagai pembawa pesan-pesan proses pembelajaran.
Tahap ke empat guru mempersiapkan skenario pementasan untuk masing-masing peran berikut pokok-pokok dialog yang dalam suatu kejadian. Guru perlu mempersiapkan alat pendukung yang memungkinkan dapat dibawa dengan cara menugaskan kepada siswa atau disediakan guru, seperti kostum, bambu runcing, bendera, dan mesin tik.
Tahap ke lima siswa melaksanakan Teatrical  of Histories  sesuai dengan tugas yang telah disepakati dan guru membimbing atau mengarahkan agar suatu pementasan Teatrical  of Histories  tidak kaku dan mandeg.
Tahap ke enam guru dan siswa mengadakan peninjauan terhadap suatu pementasan yang telah dilakukan dan mengomentari kekuatan­kekuatan yang telah ada maupun kelemahan-kelemahan yang muncul pada suatu pementasan yang telah dilakukan untuk diperbaiki pada tahap selanjutnya. Apabila dalam pementasan tidak kena sasaran, maka guru dapat merubah perneran dengan perneran pengganti atau alternatif lain.

E.     Perbedaan Metode Teatrical  of Histories  dan Metode Bermain Peran
Depdikbud (1989: 45) pada prinsipnya metode Teatrical  of Histories  ini hampir sama dengan metode bermain peran. Perbedaan metode sosiodram dengan metode bermain peran dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1: Perbedaan Metode Teatrical  of Histories  
Dengan Metode Bermain Peran
Metode Teatrical  of Histories
Metode Bermain Peran
1.     Persiapan
a.       Tema biasanya lebih luas dan dapat dilengkapi dengan garis-garis besar lakon yang akan dibawakan.
b.      Dapat dipersiapkan naskah/ skenario
c.       Siswa pemeran dipersiapkan dengan baik sebelum jam pelajaran/ pelaksanaan Teatrical  of Histories .
d.      Dapat dipersiapkan perlengkapan, misalnya pakaian, ruangan, dan peralatan lainnya
2.      Pelaksanaan
a.       Pelaksanaan penampilan pemeran yang telah dipersiapkan (dilatih) dengan menggunakan perlengkapan tertentu.
b.      Lebih berciri pencarian perolehan (konsep nilai/ ketrampilan tertentu); karena itu biasanya dilaksanakan pada seluruh jam pelajaran

c.       Waktu relaitf lebih panjang

1.     Persiapan
a.       Tema biasanya hanya berupa topik atau konsep.
b.      Tidak diperlukan naskah/ skenario
c.       Pemeran memainkan peran secara spontan, para pemeran ditentukan pada jam pelajaran yang bersangkutan.
d.      Tidak perlu perlengkapan khusus.



2.      Pelaksanaan
a.       Bermain peran secara spontan setelah ditunjuk sebagai anggota pemeran tanpa persiapan dan perlengkapan khusus.
b.      Lebih berciri ungkapan perolehan (konsep/ nilai/ ketrampilan tertentu); karena itu biasanya dilaksanakan pada akhir pelajaran.
c.       Waktu relatif pendek/ singkat.

F.     Contoh Skenario Teatrical  of Histories  dalam Pembelajaran IPS   
Materi pembelajaran yang akan dikembangkan dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories  ini adalah pokok bahasan “Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia" dengan sub pokok bahasan: (1) Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan Teks Proklamasi (3) Detik-detik Menjelang Proklamasi. Berikut ini salah satu contoh skenario Teatrical  of Histories  dengan sub pokok bahasan Peristiwa Rengasdengklok (babak pertama).

Ringkasan Cerita Babak Pertama:
Tiga orang pemimpin Indonesia Ir Soekarno, Drs . Moh. Hatta, dan Dr Rajiman menerima janji kemerdekaan dari Jepang. Sebelum janji terpenuhi, Jepang menerima kekalahan dari sekutu. Meskipun hal ini dirahasiakan oleh Jepang namun akhimya diketahui juga oleh beberapa orang dari Indonesia diantaranya oleh Sultan Syahrir, kemudian menyampaikan berita tersebut kepada ketiga tokoh tersebut. Melihat situasi seperti ini golongan pemuda mendesak agar Bung Karno segera memproklamasikan Indonesia, namun beliau menolak
Situasi semakin genting. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok untuk diamankan.
Sementara itu, di Jakarta tercapai kesepakatan antara Mr Ahmad Subarjo dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongn pemuda untuk membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Dengan dijemput oleh Mr. Ahmad Subarjo dan Yusuf Kunto akhimya Bung Karno dan Bung Hatta pada hari kamis sekitar pukui 23.00, tiba kembali di Jakarta.
Babak Pertama.

( Malam gelap gulita 2 orang pemuda yaitu Wikana dan Yusuf Kunto bergegas menghadap ke rumah Bung Karno untuk menyampaikan tuntutan para pemuda agar Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Nampak sudah hadir pada saat itu Bung Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo ).

Wikana + Yusuf Kunto
Selamat malam Bung , merdeka !

Bung Karno
( Dengan cemas dan heran ) Selamat malam anak muda , siapa kalian ? ada apa malam - malam datang ke sini ?

Yusuf Kunto
Saya Yusuf Kunto dan ini teman saya Wikana. Begini Bung , kami dari golongan pemuda meminta Bung Karno agar segera memproklasikan Indonesia.

Wikana
(Dengan nada tegas) Betul Bung di luar sudah sangat genting, para pemuda mendesak agar Bung segera memproklamasikan Indonesia.

Bung Karno
( Sambil berjalan hilir mudik ) Tidak bisa, saya harus membicarakan dulu hal ini dengan seluruh anggota PPKI.

Wikana
( Dengan agak emosi ) Tidak bisa Bung, jika Bung Karno menolak, para pemuda mengancam bahwa besok akan terjadi pertumpahan darah.

Yusuf Kunto
( Tidak kalah emosi ) Betul Bung, untuk menghindari hal itu, sebaiknya Bung penuhi usul para pemuda.

( Bung Karno dengan tenang dan penuh wibawa ) Saya mengerti dan paham betul keinginan saudara-saudara , namun hendaknya kita jangan gegabah , sekarang kalian pulanglah dulu, akan kami pertimbangkan usul kalian.

Wikana + Yusuf Kunto
( Dengan kecewa ) Baiklah Bung , selamat malam !

( Tanggal 16 Agustus 1945, 2 orang pemuda memaksa Bung Karno dan Bung Hatta segera meninggalkan Jakarta )

Pemuda 1.
(Dengan galak namun tetap hormat ) Bung Karno, Bung Hatta, di luar makin gawat, para pemuda marah karena Bung tidak segera memproklamasikan Indonesia.

Pemuda 2

Betul Bung, demi keselamatan Bung berdua ayo sekarang juga Bung ikuti kami sekarang juga.

Bung Hatta
( Sambil memegang bahu pemuda 1) Sebentar, kami mau dibawa ke mana ?

Pemuda 1.
Sudahlah Bung, kita tidak punya banyak waktu.

Pemuda 2.
Kami menghawatirkan kesefamatan Bung berdua . Ayo cepat kita berkemas, untuk semantara Bung akan kami amankan ke Rengasdengklok.

Bung Karno
(Sambil Memandang pada Bung Hatta ) Baiklah, kalau begitu.

( Kemudian dengan diapit kedua pemuda tersebut Bung Kamo dan Bung Hatta menuju ke Rengasdengklok

Sepeninggal Bung Karno dan Bung Hata, Jakarta semakin kacau karena kehilangan pemimpinnya. Melihat situasi seperti ini Mr Ahmad Subarjo berinisiatip mengadakan perundingan dengan golongan pemuda yng diwakili oleh Wikana dan Yusuf Kunto.

Mr. Ahmad Subarjo.
( Dengan penuh wibawa ) Saudara-saudara, ternyata tindakan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta telah membuat suasana semakin kacau. Bagaimana kalau Bung Karno dan Bung Hatta kita kembalikan lagi ke Jakarta ?

Wikana
Kami setuju saja, dengan catatan Bung Karno dan Bung Hatta sesampainya di Jakarta beliau segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Yusuf Kunto
Betul Mr. Permintaan kami hanya itu. Jepang sudah kalah, ini kesempatan baik bagi kita untuk segera merdeka.

Mr Ahmad Subarjo
Baiklah, kita sepakati bersama, sekarang juga kita jemput Bung Karno dan Bung Hatta, sesampainya di Jakarta saya akan membujuk beliau untuk segera memproklamasikan Indonesia
Yusuf Kunto
Jika demikian kami siap menjemput dan menunjukkan di mana beliau berada.

( Kemudian dengan diantar oleh Yusuf Kunto dan Wikana, Mr Ahmad Subarjo menjemput Bung Kamo dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Akhimya pada malam harinya beliau sudah berada kembali di Jakarta )
*Skenario dibuat berdasarkan imajinasi penulis tanpa merubah inti cerita yang didapat dad buku sumber.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.    Metode Penelitian Tindakan Kelas
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memuat ciri pokok, seperti dikemukakan oleh Carl and Kemmis dalam McNiff, yaitu:
"Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teachers, students, or principals, for example) in social (including educational) stuations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understending of these practices, and (c) the situations (and institutions) in which these practices are carried out". (Jean McNiff, 1992: 2).

Pengertian tersebut mengandung ide pokok, yaitu: (1) penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi, (2) dilakukan oleh peserta yang tertibat dalam situasi yang diteliti (guru, siswa, atau kepala sekolah), (3) dilakukan dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan, dan (4) bertujuan khususnya untuk memperbaiki kinerja guru. Penelitian tindakan pada hakekatnya bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan bersifat reflektif inquiri. Karena itu fokus penelitian tindakan terletak kepada bagaimana kemampuan guru dalam melakukan tindakan-tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan­permasslahan pembelajaran.
Model penelitian tindakan yang digunakan adalah dari Kemmis dan Mc Taggart, yang tahap-tahap penelitiannya meliputi empat komponen, yaitu (a) Rencana; (b) Tindakan; (c) Observasi; dan (d) Refleksi. Tahap-­tahap (model) Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar  dibawah ini :

Gambar 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas (McNiff, J. 1992:2)
Alur kerja Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar 3.2 seperti berikut ini.
 













1.      Rencana
Rencana tindakan, apa yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Rencana penelitian dan tindakan disusun oleh peneliti, berdasarkan hasil refleksi awal.
Pada tahap perencanaan ini meliputi kegiatan pokok sebagai berikut:
a.      Refleksi Awal
Pada refleksi awal ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menyadari adanya permasalahan yang penting dan perlu dipecahkan. Peneliti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal. Berdasar informasi awal tersebut lalu dilakukan identifikasi masalah dan penentuan urutan prioritasnya sesuai dengan keyakinan normatif yang dimiliki. Permasalan tersebut dapat dalam bentuk wawasan konseptual yang terlihat pada hasil tes awal (pretestt), sikap dan kecenderungan afektif lainnya atau permasalahan yang berasal dari praktik keseharian.

b.        Rancangan Tindakan
Dalam hal ini memuat hal-hal sebagai berikut: (1) membuat persiapan pembelajaran yang dituangkan dalan satuan pelajaran; (2) mempersiapkan alat dan media yang mungkin digunakan (3) menetapkan alat evaluasi ; dan mempersiapkan alat observasi.


3.      Tindakan
Tindakan dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru berdasarkan hasil rencana yang dipersiapkan., yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.

4.      Observasi
Mengamati proses, hasil atau dampak dari pengembangan tindakan, baik terhadap kinerja guru dan kinerja siswa, serta suasana kelas secara keseluruhan. Di dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan observasi, pemantauan dan evaluasi. Yang dimaksud observasi adalah semua kegiatan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan semua indikator dari proses dan hasil-hasil yang dicapai, perubahan yang terjadi baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun efek sampingan bahkan efek lanjutan.
Pemantauan sebenarnya merupakan bagian dari evaluasi hanya saja lebih ditekankan untuk mengetahui: (1) seberapa jauh pelaksanaan intervensi sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan (2) seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan.
Pemantauan diharapkan dapat mendeteksi sedini mungkin gejala yang mengisyaratkan ketidak-berhasilan atau kesalahan rancangan tindakan, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan secepatnya untuk melakukan modifikasi rancangan tindakan.
Sementara itu evaluasi dalam pengertian yang lebih luas berarti segala kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pembuatan keputusan atas tindakan. Evaluasi yang baik dituntut konprehensif dan secara kesinambungan dilakukan terhadap kontingensi antara aspek-aspek konteks, input, proses dan produk. Disamping itu, evaluasi juga dapat dimaksudkan untuk mengkaji persamaan antar aspek perencanaan dan pelaksanaan.

5.      Refleksi
Hasil observasi terhadap proses pengembangan tindakan (pembelajaran), selanjutnya direfleksi. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji, melihat dan mempertimbangkan proses, hasil dan dampak dari tindakan dari berbagai kriteria..Hasil refleksi ini, menjadi bahan kajian Carsama (peneliti dan guru) dalam melakukan revisi (perbaikan) terhadap rencana awal, serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan rencana tindakan selanjutnya.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memaknai proses dan produk perubahan yang terjadi sebagai akibat tindakan intervensi. Refleksi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peneliti dan praktisi. Dengan refleksi ini guru SMP yang terlibat dalam penelitian tindakan akan banyak memiliki kesempatan dalam memperbaiki kinerja guru di  kelas.
Pada dasarnya refleksi berisi kegiatan analisis, sintesis, interpretasi dan ekplanasi atas semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan ini. Setiap informasi dikaji dan dipahami bersama oleh peneliti dan praktisi sebagai satu tim dalam penelitian tindakan.
Refleksi diharapkan dapat mengungkap dan merumuskan kesempatan, peluang, kendala, hasil yang dicapai dan keterbatasannya serta konsekuensi dan implikasi dari temuan dan kesimpulan penelitian tindakan. Selanjutnya hasil refleksi dan konklusi menjadi dasar pertimbangan untuk menetapkan dan merencanakan tindakan berikutnya yang dibutuhkan.

B.     Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di  SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____.  Pemilihan ini didasarkan bahwa SMP ini sebagai tempat peneliti bertugas sebagai guru IPS (sejarah).

C.    Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen  yang    digunakan  adalah       lembar observasi, angket,wawancara dan tes. Yang dideskripsikan sebagai berikut :
1.      Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran siswa dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories . Proses pembelajaran yang diamati antara lain : aktifitas siswa ketika memerankan tokoh, menjiwai tokoh yang diperankan, mengucapkan dialog-dialog atau secara umum untuk mengamati keberanian siswa dalam belajar.
2.      Angket, digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories .
3.      Wawancara, digunakan untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana persepsi siswa tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dengan menggunakan metode Teatrical of Histories .
4.      Tes hasil belajar, digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi atau pokok bahasan yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories .

D.    Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakac;i, ketiga aktivitas yang meliputi membuat analisis, membuat refleksi, dan merancang tindakan dilakukan berkelanjutan, yang memuat hal-hal sebagai berikut: Data yang dikumpulkan pada penelitian tindakan ini meliputi tiga unsur, yaitu: (1) tempat atau lokasi di mana penelitian berlangsung, dalam hal ini adalah kelas; (2) pelaku kegiatan, dalam hal ini adalah peneliti sebagai guru mata pelajaran IPS dan (3) kegiatan yang meliputi proses pembelajaran IPS  .
Hasil penelitian tindakan itu valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga kreteria validitas penelitian tindakan terletak pada aplikatifnya atau berfungsinya tindakan untuk mengupayakan perbaikan atas masalah yang dihadapi. (Noeng Muhadjir, 199611997: 18)






BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN

A.    Deskripsi Lokasi Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
 SMPN   ____  Kabupaten _____ Propinsi _____  terdiri dari 12 ruang, 2 kantor, 1 UKS dan 1 mushola menggunakan fasifitas yang sama sedangkan pasilitas lairnya seperti dapur, perpustakaan sudah terpisah. Secara geografis lokasi SMPN ____ tersebut sangat strategis karena berada di lingkungan pusat kota yang mudah dijangkau dan sangat padat pendudukriya. Meskipun demikian SMPN ____ memiliki halaman yang cukup bersih, luas dan hijau karena ditumbuhi berbagai jenis bunga dan tanaman serta memiliki fisik bangunan yang sangat kokoh dan kuat, ruang kelas dilengkapi dengan papan tulis whiteboard, penerangan yang cukup dan kipas angin, untuk mempermudah komunikasi SMPN ______ juga telah dilengkapi dengan pesawat telepon.

2.                Karakteristik Siswa
Siswa yang aktif dalam belajar nampaknya tidak begitu banyak, begitu pula siswa yang kurang aktif. Sedang pengaturan tempat duduk setiap satu minggu sekali berubah dari arah kiri ke kanan sedangkan deretan dari depan ke belakang perubahannya terjadi setiap hari. Hal ini dimaksudkan guru agar setiap anak mendapat suasana dan giliran yang sama.

3. Deskripsi Awal Pembelajaran IPS  
Selama mengajar peneliti yang sekaligus sebagai guru di kelas VI belum pernah secara khusus mengajar mata pelajaran IPS kepada siswa dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories . Proses kegiatan belajar mengajar lebih sering menggunakan metode ceramah hanya sesekali divariasikan dengan metode-metode lainnya. Proses pembelajaran lebih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) sehingga menyebabkan guru yang aktif sedangkan sissanya bersifat pasif.
Dalam setiap proses pen-toelajaran se.arah pada umumnya guru langsung menyuruh membuka buku sumber yang dimiliki oleh siswa, kemudian guru menyampaikan materi tersebut dengan metode ceramah, diakhir proses pembelajaran guru mengadakan tanya jawab secara lisan atau menugaskan siswa untuk menjawab sejumlah soal yang telah dipersiapkan secara tertulis.

4.    Analisis dan Refleksi terhadap Gambaran Awal Pembelajaran
a.      Analisis
Berdasarkan gambaran awal pembelajaran IPS sebagaimana nampak pada deskripsi diatas, diperoleh gambaran proses pembelajaran selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan materi sebanyak mungkin, yang mengakibatkan suasana belajar agak kaku dan kurang memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengekpresikan pendapatnya. Proses pembelajaran lebih menekankan pada in,atan dibanding dengan pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur yang sudah ada.
Metode yang digunakan metode ceramah yakni guru menjelaskan dan menyampaikan informasi atau konsep kepada seluruh siswa dalam kelas. Guru menuliskan topik, menjelaskan, mengajukan pertanyaan secara lisan tentang materi yang telah disajikannya, selanjutnya menyuruh siswa menjawab soal secara tertulis.
b.      Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap pembelajaran tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran itu mengandung dua kelemahan mendasar yakni: 1) kelemahan yang bersifat proses, dan 2) kelemahan yang bersifat konten. Kelemahan yang bersifat proses dapat dilihat dari pola interaksi yang bersifat satu arah sehingga tidak terjadi komunikasi antar siswa hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif. Sedangkan kelemahan bersifat konten dapat dilihat dari pemberian soal-soal yang tidak mendorong siswa untuk mengembangkan pola berfikir secara analisis.Untuk mengatasi kedua persoalan tersebut guru sebagai peneliti akan mencoba untuk menerapkan pembelajaran  IPS.

B.     Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas
  1. Tindakan Pertama
  1. Perencanaan
1)      Pembuatan  RPP
Satuan Pelajaran dibuat dengan berpedoman pada kurikulum (GBPP), buku sumber, baik itu yang dikeluarkan oleh Depdikbud/Depdiknas maupun oleh penerbit swasta.
Materi pelajaran mengambil pokok bahasan Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang terdiri dari tiga sub pokok bahasan yaitu: (1) Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan metode Teatrical  of Histories  dalam Naskah Teks Proklamasi, (3) Detik-detik Menjelang , Proklamasi Kemerdekaan.
Kegiatan belajar mengajar terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti yang merupakan kegiatan pelaksanaan Teatrical  of Histories  yang terdiri dari 3 babak, kegiatan akhir mengadakan tanya jawab dan evaluasi tentang Teatrical  of Histories  yang telah dilaksanakan dan meminta siswa terutama pengamat untuk memberikan tanggapan. Evaluasi yang diberikan mencakup peni!aian proses, penilaian hasil yang di!aksanakan secara tertulis.
Metode yang digunakan adalah metode so-siodrama dengan menekankan Leterlibatan, keberanian, dan penjiwaan siswa dalam memerankan tokoh pada proses pembelajaran tersebut.
2)      Pembuatan Naskah Skenario Teatrical  of Histories
Naskah Teatrical  of Histories  terdiri dari tiga babak yang menceritakan tentang perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu: (1) Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan Naskah Teks Proklamasi, (3) Detik-detik menjelang Proklamasi Kemerdekaan.

3)      Test Awal
          Test awal dilakukan dengan tujuan menjajagi kemampuan siswa sebelum Teatrical  of Histories  dilakukan. Hasil test awal menunjukkan bahwa pokok bahasan yang akan dijadikan tema tindakan masih jauh dari yang diharapkan.  
Nilai tes awal siswa pada pemahaman konsep perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang berdasarkan kategori di atas dapat dilihat pada Grafik 4.1.
 


Grafik 4.1: Nilai Test Awal Siswa Berdasarkan Kategori
keterangan Kategori:
SB       = Sangat Baik
B         = Baik
C         = Cukup
K         = Kurang
SK       = Sangat Kurang

4)      Pemilihan Pemeran
Pemilihan pemeran dllakukan secara demokratis yaitu menunjuk iswa yang dengan senang hati bersedia untuk dilibatkan menjadi pemain lengan mempeftimbangkan segi kemampuan dan kepantasan siswa lalam memerankan tckoh tersebut.
Tokoh-tokoh yang akan diperankan pada Teatrical  of Histories  ini adalah tokoh: Bung Karno, Bung Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, Ibu Fatmawati, Sayuti Mefik, Wikana, Yusup Kunto, M. Suhud, tatief H, dan dua orang tokoh pemuda yang tidak diketahui namanya.

5)      Pengadaan Alat/Media
Untuk mendukung jalannya Teatrical  of Histories  plat dan media yang dibutuhkan adalah: Meja, kursi,mesin tik, kostum tokoh, alat tulis dan alat perekaman yaitu dengan  menggunakan handycam.

b.      Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan pertama ini dilaksanakan pada tanggal  _______ dan dilaksanakan pada pukul 07.00 sampai dengari pukul 08.20. Kegiatan pembelajaran meliputi tiga tahap, yaitu: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Adapun gambaran  kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Kegiatan awal
Seperti biasa guru memulai pelajaran dengan menjawab salam yang dilontarkan oleh stswa, kemudian guru menjetaskan kepada siswa bahwa hari ini pelajaran IPS akan dilaksanakan dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories , siswa yang aktif spontan bertanya: "Apa itu Bu, metode Teatrical  of Histories  ?" kemudian guru menjawab pertanyaan siswa dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka, dengan mengatakan bahwa kita akam belajar IPS dengan cara bermain drama atau sandiwara Sesuai dengan langkah pertama pada langkah-tangkah penggunaan metode Teatrical  of Histories  guru menerangkan fehnik baru ini dengan sederhana dengan memberi contoh misalnya bagaimana cara meminjam buku di Perpustakaan. Kemudian guru menjelaskan garis besar cerita yang akan diTeatrical  of Histories kan.
2)    Kegiatan Inti
Sebelum Teatrical  of Histories  babak pertama dimulai, guru memberikan naskah kepada siswa untuk dipelajari sesuai dengan perannya masing-­masing. Seorang siswa mengajukan usul: "Bu boleh tidak naskah dialognya dibaca , soalnya belum hafal (" dijawab oleh guru :" untuk kali ini boleh, lain kali harus mampu dihapal !"
Pada babak pertama siswa yang menjadi pemeran masih nampak malu-malu  dan penuh keraguan sehingga  jalannya cerita menjadi tersendat-sendat belum bisa ditangkap secara utuh, hal ini terus berlangsung hingga pelaksanaan Teatrical  of Histories  babak kedua.
Pada babak ketiga proses pembelajaran berlangsung di luar kelas yaitu di Lapangan upacara, karena akan menggambarkan situasi detik-datik menjelang poklamasi yang terjadi di halaman rumah Bung Karno pada saat itu. Bisa dibayangkan betapa repotnya mengatur siswa yang begitu banyak ( 56 orang ) agar bisa tertib dan tenang karena sebelum sesiodrama dilaksanakan lazimnya anak-anak dimana ada kesempatan mereka akan memanfaatkannya dengan bermain-main, bercanda, bahkan ada yang berlari-larian di tengah lapang. Dengan kewibawaan seorang guru akhirnya mereka dapat ditenangkan dan ditertibkan kembali.
Pada babak ketiga ini boleh dikatakan semua siswa terlibat menjadi pemain, karena disamping pemain tetap kali ini ditambah pemain yang memerankan barisan pelopor.
Sosiodrarna pada tindakan  pertama diakui peneliti sangat melelahkan karena siswa masih belum menguasai jalan cerita, dialog­-dialog belum lancar, ditambah lagi adanya gangguan dari siswa yang tidak ikut menjadi pemeran. Situasi seperti ini menyebabkan guru harus banyak terlibat untuk mengarahkan dan memperingatkan mereka.
Observasi difokuskan kepada pelaksanaan prosees pembelajaran yang berkenaan dengan keberanian, penjiwaan, penguasaan tokoh yang diperankan, dan memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan Teatrical  of Histories . Hasil  abservasi menunjukkan antara lain sebagai berikut: Dalam keberanian penelitian melihat siswa cukup berani terbukti dengan senang hati mereka ingin dilibatkan menjadi pemeran. Penjiwaan dan penguasaan tokoh yang diperankan masih kurang mungkin disebabkan karena kurangnya waktu untuk mempelajari dan memahami isi naskah cerita. Pelaksanaan Teatrical  of Histories  masih diwarnai dengan kekakuan dalam adegari dari dialog yang belum lancar.

3)    Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru memberikan saran-saran yang berhubungan dengan Teatrical  of Histories  dan pesan yang perlu disampaikan sehubungan dengan nilai-nilai moral yang perlu dimiliki siswa, seperti menghargai perjuangan para pahlawan dan  menerukan perjuangan dengan mengisi kemerdekaan ini dengan  tekun  dan rajin belajar supaya amanat Pancasilan dan UUD 1945 dapat terrelisasi. Selanjutnya mengadakan test akhir dalam bentuk isian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diTeatrical  of Histories kan. 

Jika diperhatikan ternyata pada test akhir tindakan satu sudah tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai dibawah 4. Perolehan rata-rata nilai pada test awal 2,70 mengalami peningkatan menjadi 6,59.

  1. Analisis dan Refleksi
a.      Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan pertama menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories  belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi dari pelaksanaan tindakan pertama beberapa kekurangan pada tindakan pertama tersebut diharapkan dapat diminimalkan pada tindakan ke kedua. Kekurangan tetsebut terutama dalam hal pelaksanaan Teatrical  of Histories  yang masih kurang lancar, seperti dalam panguasaan skenario penjiwaan jalannya cerita, dan suasana siswa secara keseluruhan kurang mendukung.
Hasil test menunjukkan rata-rata nilai 6,59 yang berarti berada dalam kategori cukup (Depdikbud, 1994/1995: 10). Hasil tes akhir siswa tentang perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia berdasarkan kategori dapat dilihat pada Tabel

Tabel  : Kategori Nilai Tes Akhir Tindakan 1
No
Nilai
  Siswa
Keterangan
1
8,5 -10
8
Sangat Baik
2
7,0-8,4
11
Baik
3
5,5-6,9
3
Cukup
4
4,0 -5,4
2
Kurang
5
< 4,0
0
Kurang Sekali
Jumlah
23


Dari tabel di atas terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai sangat baik berjumlah 4 orang (32,14%), yang mendapat nilai baik berjumlah 2 orang (17,86%), sedangkan yang mendapat nilai cukup sebanyak 5 orang (10,71%) dan yang mendapat nilai kurang sebanyak 1 orang (39;29%); sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang tidak ada. Ini berarti adanya peningkatan dibandingkan dengan test awal.
    1. Refleksi
Dari hasil analisis tindakan yang pertama guru mencatat data beberapa kendala yang ditemukan antara lain :
a)      Faktor dari guru, yaitu : (1) Merupakan pengalaman pertama secara khusus mengadakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories , (2) masih ada beberapa persiapan yang terabaikan misalnya kostum untuk menunjang penampilan siswa yang ikut. bermain; (3) Dengan maksud ingin memberikan keleluasaan pada siswa untuk berimprovisasi dan mengembangkan imajinasi, guru jarang memberikan peringatan atau penjelasan padahal siswa sering melakukan kesalahan mengingat ini juga mungkin merupakan perigalaman pertama mereka melakukan Teatrical  of Histories.
b)      Faktor dari siswa, yaitu: (1) Seperti guru, hal ini bagi sebagian besar siswa merupakan pengalaman pertama; (2) Siswa masih banyak melakukan kesalahan, seperti dialog tidak lancar, masih malu-malu dan ragu-ragu dalam memerankan tokoh, jalan cerita belum dikuasai sehingga mempengaruhi kelancaran jalannya Teatrical  of Histories : (3) Siswa yang tidak ikut bermain sering menggoda sehingga mengganggu konsentrasi pemain.

Pada babak kedua siklus satu ini hal-hal yang masih perlu diperbaiki pada dasarnya masih sama seperti yang terjadi pada babak pertama, yaitu masih seputar dialog yang belum lancar yang mempengaruhi juga pada kelancaran jalannya cerita, penjiwaan tokoh yang masih lemah; dan masih adanya siswa yang senang menggoda sehingga mengganggu konsentrasi pemain.
Proses pembelajaran pada babak ketiga, kendala relatif masih sama dengan kegiatan babak sebeiumnya, menurut peneliti ini wajar karena ketiga babak ada sub pokok bahasan yang berbeda dengan kata lain cerita pada setiap babak otomatis berbeda, sehingga peneliti menganggap wajar kalau masih banyak kesalahan atau kekurangan. Hal ini menjadi bahan catatan dan renungan untuk bahan perbaikan pada kegiatan siklus kedua.

Refisi:
Untuk guru, harus lebih menguasai lagi langkah-langkah menggunakan netode Teatrical  of Histories, pengadaan kostum harus lebih lengkap lagi, harus lebih sering lagi memperingatkan dan memberi penjelasan pada siswa agar pelaksanaan Teatrical  of Histories  pada tindakan kedua lebih lancar.
Untuk siswa, akan diberikan latihan cara mengucapkan dialog, latihan akting, dan penjiwaan tokoh. Naskah skenario dibawa ke rumah untuk dihapalkan sehingga pada pelaksanaan Teatrical  of Histories  pada tindakan kedua diharapkan akan berjalan lebih baik lagi.

  1. Tindakan Kedua
Tindakan kedua ini merupakan tindakan perbaikan pada tindakan pertama dan langkah-langkah tindakan kedua ini sama dengan langkah­langkah pada tindakan pertama, yaitu terdiri dari: (1) perencanaan ulang, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Adapun langkah­langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
a.      Perencanaan Ulang
Dalam tindakan pertama kesalahan yang masih banyak dilakukan adalah: (1) tidak hafal teks skenario, (2) lupa terhadap peran yang harus dimainkan, penjiwaan yang kurang. dan jalannya Teatrical  of Histories  kurang lancar yang diakibatkan masih banyak gangguan dari teman-temannya (siswa lain yang tidak ikut berperan).
Untuk hal tersebut siswa perlu banyak berlatih dengan menugaskan kepada siswa-siswa yang menguasai ja!annya Teatrical  of Histories  dengan cara menghafal dan berlatih akting. Siswa yang tidak kebagian peran ditugaskan untuk mencatat kekurangan dan kelebihan pemeran tokoh tertentu untuk disampaikan di depan kelas, dengan harapan kritikan­-kritikan dari siswa sendiri terungkap.

b.      Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1.      Kegiatan Awal
Kegiatan berlangsung pada jam pertama  tanggal  ______. Setelah berdo'a dan menjawab salam dari siswa guru mengecek dulu ada tidaknya siswa yang tidak hadir ternyata siswa hadir semua.
"Baiklah anak-anak,kita lanjutkan lagi pelajaran IPSnya, seperti yang telah ibu janjikan kita akan menTeatrical  of Histories kan lagi materi pelajaran IPS".
Seorang anak (Pulan) tiba-tiba berteriak: "asyik, kita jadi pemain sinetron lagi!”, tentu saja hal ini mengundang tawa teman-teman sekelasnya, termasuk gurunya juga.
"iya bu, kasih peran si Ahmad menjadi monyet". Temannya yang lain menimpali, "Asal kamu jadi tukang topeng monyetnya saya mau”. Jawab si Pulan sambil cengengesan". Kelas menjadi riuh rendah oleh tawa anak-­anak.
Khawatir siswa terus menerus bercanda, guru segera menguasai keadaan dengan menyuruh siswa untuk segera menempati posisinya masing-masing seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Teatrical  of Histories  pada tindakan kedua ini respon dari siswa lebih baik dibandingkan dengan Teatrical  of Histories  pada tindakan yang pertama. HaI ini mungkin berkat adanya latihan akting, cara mengucapkan dialog, dan adanya waktu untuk menghafalkan naskah yang dilakukan guru diluar jam sekolah

2.      Kegiatan inti
Pada tindakan kedua ini secara psikologis terjadi dukung mendukung anatara kelompok pemeran dengan siswa yang menjadi kelompok pengamat, siswa nampak bertanggungjawab pada tugasnya masing-masing. Alat perekam gambar yang dibawa peneliti (Handicam) semakin membuat siswa antusias mendukung kegiatan. 

Babak demi babak bisa dilaksanakan dengan lancar, karena siswa dapat melaksanakan Teatrical  of Histories  dengan baik, sehingga siswa yang tidak ikut bermainpun hanyut dalam permainan mereka, terkadang memang masih ada pemeran yang agak lupa pada dialog atau dialog diucapkan kurang jelas/tegas. Permainan mereka memang belum 100 % sempurna masih ada sedikit kesalahan yang terjadi tetapi bukanlah haI yang mendasar yang bisa mengganggu atau mempengaruhi hasil  penelitian.
Langkah-langkah Teatrical  of Histories  sudah dilaksanakan dengan baik dengan mengacu pada langkah-langkah yang telah diuraikan pada tindakan pertama, dan tampak ada perbaikan, baik dalam dialog-dialog maupun pada penjiwaan situasi yang diharapkan hanya saja ketegasan berbicara masih perlu ditingkatkanldimaksimalkan, dan siswa-siswa sebagai pengamat sudah tampak antusias mengikuti jalannya Teatrical  of Histories .

3.      Kegiatan Akhir
Akhir proses pembelajaran diakhiri dengan test akhir dalam bentuk isian singkat dengan jumlah soal sebanyak 15 butir dan 1 essay. Test tersebut untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diTeatrical  of Histories kan. Hasil test akhir pada tindakan kedua ini ternyata rata-ratanya 8,41 artinya jika kita perbandingkan dari mulai nilai test awal hingga nilai test akhir dari tindakan pertama dan nilai test akhir tindakan ke dua terus menerus mengalami peningkatan. 

c.       Analisis dan Refleksi
1.      Analisis
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan kedua, bahwa proses jalannya Teatrical  of Histories  sudah dapat dikatakan baik, walaupun ada kekurangan, terutarna dalam menyatakan sikap yang tegas dalam dialog. Penjiwaan terhadap pemeran sudah nampak terlihat, sehingga terlihat berwibawa (mungkin hal ini pengaruh dari kostum yang dikenakan)

2.      Refleksi
Dari hasil analisis tindakan yang kedua guru mencatat beberapa data :antara lain: (1) Guru lebih mudah mengarahkan siswa dan persiapan lebih matang dibandingkan dengan tindakan pertama; (2) guru lebih banyak memberikan keleluasaan pada siswa untuk berimprovisasi dan mengembangkan imajinasi; (3) Siswa sudah tampak lebih berdisiplin dan bertanggungjawab dalam menjalankan perannya, sehingga Teatrical  of Histories  berjalan lancar, hal tersebut terlihat dari semua siswa baik yang kebagian pemeran maupun yang tidak kebagian pemeran.
Dengan hasil test akhir yang dapat dikategorikan baik telah membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories  dapat meningkatkan hasil belajar baik secara kwalitatif maupun secara kwalitatif. Secara kwantitatif dapat dilihat pada hasif test akhir, sedang secara kwalitatif berupa sikap positif dalam memerankan, tokoh dan bergairahnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. 

C.    Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan
Setelah penelitian dilaksanakan terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya ternyata sedikit banyak penelitian ini memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi dunia pendidikan khususnya yang menyangkut proses pembelajaran.
Siswa yang sebelumnya menjadi obyek belajar dan bersipat pasif ketika metode Teatrical  of Histories  diterapkan berubah menjadi aktif dan menampakan kegairahannya dalam belajar. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru melainkan melibatkan semuanya.
Kerjasama antar siswa nampak terjaiin dengan baik, karena metode Teatrical  of Histories  bisa berjalan dengan lancar kalau ada kerja sama yang baik antara guru dengan siswa, atau antara siswa dengan siswa itu sendiri. Menyadari hal itu maka terjalinlah di antara mereka saling suport (dukung mendukung) antara satu sama lainnya.
Dari segi perolehan hasil, jelas menunjukkan hasil yang baik dibandingkan sebelum penelitian ini dilaksanakan, hal ini dapat dibuktikan, semula (pada test awal) rata-rata nilai hanya 2,7 meningkat jauh setelah dilaksanakan tindakan pertama yaitu dengan rata-rata nilai sebesar 6,59, selanjut meningkat lagi setelah dilaksanakan test akhir tindakan ke dua yaitu dengan rata-rata nilai 8,41. Hasil test akhir tindakan ke dua tersebut 89,29% siswa dapat dikategorikan baik . 


 








Grafik  : Nilai Tes Awal dan Nilai Tes Akhir
   Tindakan Pertama dan Kedua

keterangan Kategori:
SB       = Sangat Baik
B         = Baik
C         = Cukup
K         = Kurang
SK       = Sangat Kurang

Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis penelitian tindakan yang diajukan nampaknya dapat diterima, karena memang guru selalu berusaha untuk (1) memahami pengertian metode Teatrical  of Histories ; (2) berpedoman pada tujuan dan manfaat metode Teatrical  of Histories ; (3) menyadari akan kelebihan dan kekuranpan metode Teatrical  of Histories ; dan (4) melaksanakan langkah-langkah mengajar dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories . Sehinga hasil belajar siswa secara kwantitatif maupun kwalitatif menunjukkan pada hasil yang baik.







BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI


A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali tindakan menunjukkan bahwa penerapan metode Teatrical  of Histories  pada mata pelajaran  IPS di  SMPN  _____, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, penggunaan metode Teatrical  of Histories  dalam proses pembelajaran IPS telah mampu mengubah keadaan awal pemahaman siswa terhadap pembelajaran  IPS itu sendiri hal ini disebabkan metode Teatrical  of Histories  telah mampu menarik minat belajar siswa untuk telibat secara langsung dalam proses pembelajaran tersebut
Kedua, pemilihan metode Teatrical  of Histories  ternyata telah mampu memupuk kerjasama diantara siswa baik yang terjadi diluar proses pembelajaran seperti; meminjamkan kostum yang diperlukan oleh teman-temannya, mengajak temannya untuk menghapalkan naskah atau beriatih berakting. Sedangkan yang terjadi dalam proses pembelajaran, siswa yang menjadi pemeran saling dukung mendukung agar dapat menampilkan Teatrical  of Histories  yang terbaik, demikian pula dengan siswa yang menjadi pengq.mat mereka dengan antusias memperhatikan teman-temannya yang sedang melaksanakan Teatrical  of Histories  karena mereka punya tanggung jawab moral untuk memberikan penilaian, tanggapan atau pendapat atas jalannya pelaksanaan Teatrical  of Histories  tersebut
Ketiga, dengan diterapkannya metode Teatrical  of Histories  dalam proses pembelajaran IPS terbukti telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat hasil belajar yang semula (hasil tes awal ) rata-ratanya 2,70 meningkat pada test akhir tindakan pertama menjadi 6,59 dan meningkat lagi pada hasil test akhir tindakan kedua menjadi 8,41. Adanya perubahan yang besar tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Teatrical  of Histories  hasil belajar siswa lebih baik. Dengan catatan keberhasilan ini bukan semata-mata karena digunakan metode Teatrical  of Histories , melainkan hasil semua komponen atau faktor-faktor lain yang mempengaruhinya diperhatikan dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran secara konsekuen.
Dari ketiga kesimpulan diatas dapat difiarik kesimpulan secara umum bahwa penerapan metode Teatrical  of Histories  dalam pembelajaran IPS di SMP telah mampu memberikan kontribusi yang positip baik terhadap pemahaman awal siswa, kerja sama siswa maupun peningkatan hasil baik nilai maupun sikap, karena metode' Teatrical  of Histories  mampu meningkatkan kegairahan belajar, sehingga pembelajaran tidak monoton. Dan yang lebih penting lagi metode Teatrical  of Histories  tetah mampu menumhuhkan sikap yang positif pada diri siswa dalam menghargai hasil perjuangan bangsanya.

B.     Implikasi
Sehubungan dengan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka untuk menerapkan penggunaan metode Teatrical  of Histories  dalam IPS  hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dijadikan tema dalam Teatrical  of Histories  dad berbagai sumber bacaan, agar pemahaman terhadap materi lebih memadai.
  2. Guru mempersiapkan skenario Teatrical  of Histories  yang sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
  3. Guru mempersiapkan alat/media yang mendukung proses Teatrical  of Histories , agar situasi dan kondisi dapat menggambarkan kejadian sebenarnya.
  4. Langkah-langkah dalam melaksanakan Teatrical  of Histories  agar diperhatikan dilaksanakan secara konsekuen.
  5. Guru tidak hanya menilai hasil pengetahuan materi, tetapi juga harus diperhatikan penilaian proses dan sikap yang dipesankan dalam pelajaran  IPS.

C.    Rekomendasi
Berdasar temuan-temuan yang diperoleh pada penelitian, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut, yaitu:
Pertama, keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari semua komponen yang saling mendukung, maka dari itu guru harus memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan proses pembelajaran, dari membuat perencanaan, melaksanakan proses pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi serta menilainya. Juga tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan kemampuan siswa yang sedang belajar.
Kedua, sehubungan dengan proses pembelajaran, faktor alat/media, sangat diperlukan dalam proses pembelajaran  IPS di kelas, karena alat tersebut dapat membantu sisvia dalam membayangkan situasi dan kondisi kejadian.
Ketiga, di samping faktor alat, metode/teknik pembelajaran sangat menentukan dalam proses pembelajaran, sebab siswa SMP masih membutuhkan motivasi dan kreativitas dari gurunya.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H.A. dan J.T.P. (1987). Strategi Belajar Mengajar. Bandung, Pusaka Setia.

Cheppy, HC. (1986). Strategi Llmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: CV Dipenogoro.

Depdikbud (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta.

Depdikbud (1989). Materi den Program Latihan Kerja Guru Pendidikan Perjuangan Bangsa (PSPB). Jakarta : Dirjen Dikmenum.

Djamarah, S. B. (2000). Guru den Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2003) Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Kiswono, S.B. (1994/1995). Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti

Maryunis, A. (1994), Fleksibilita-, Komponen Kurikulum Matematika den Strategi Pembangunan Pendidikan, Makalah, IKIP Padang.

McNiff, J. (14592). Action Research : Principles and Practice. London & New York: Routledge.

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Rosda Karya.

Soedarsono, FX., Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagian Kedua. Jogyakarta: Dirjen Dikti, IBRD: Loan 3496 - IND., 1996/1997

Wardani I.G.A.K., Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasution (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UT.

Wiryawan, S.A. dan Noorhadi Th. (2001). Strategi BelajarMengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyono, (1995)., Hakekat Karakteristik Bidang Studi IPS, Makalah, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti-PPPMTK BP3GSMP.

Yandianto dan W.S.I. (1994). Seni Teater (Jilid 5 Untuk SMP Kelas VII). Bandung : Sarana Panca Karya.


Lampiran 1
SATUAN PELAJARAN IPS  DALAM
PEMBELAJARAN  THEATRICAL OF HISTORIES


Mata Pelajaran            : IPS 
Pokok Bahasan           : Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
                                      Indonesia.
Sub Pokok Bahasan    : 1. Peristiwa Rengasdengklok
  2. Perumusan Teks Proklamasi
  3. Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Kelas / Semester          :  ___ / ___           
Waktu                         : 3 x 40 menit

1.      Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Siswa mengenal perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya memproklamasikan kemerdekaan.

II.      Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )
  1. Siswa mampu menunjukkan sikap keberanian dalam menTeatrical  of Histories kan tokoh yang diperankannya.
  2. Siswa mampu menjiwai tokoh yang diperankannya
  3. Siswa dapat memberikan tanggapan terhadap jalannya Teatrical  of Histories
  4. Siswa dapat menceritakan dengan singkat peristiwa Rengasdengklok
  5. Siswa dapat menceritakan dengan singkat peristiwa perumusan naskah teks proklamasi
  6. Siswa dapat menuliskan isi naskah teks proklamasi dengan lengkap dan benar.

III.   Materi, Media/alat, Sumber dan Metode.
  1. Ringkasan materi
Tiga orang pemimpin Indonesia Ir Soekarno, Drs . Moh. Hatta, dan Dr Rajiman menerima janji kemerdekaan dari Jepang. Sebelum janji terpenuhi, Jepang menerima kekalahan dari sekutu.
Meskipun hal ini dirahasiakan oleh Jepang namun akhirnya diketahui juga oleh beberapa orang dari Indonesia diantaranya oleh Sultan Syahrir, kemudian menyampaikan berita tersebut kepada ketiga tokoh tersebut. Melihat situasi seperti golongan pemuda mendesak agar Bung Karno segera memproklamasikan Indonesia, namun beliau menolak.
Situasi semakin genting. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok untuk diamankan.
Sementara itu, di Jakarta tercapai kesepakatan antara Mr Ahmad Subarjo dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongn pemuda untu membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Dengan dijemput oleh Mr. Ahmad Subarjo dan Yusuf Kunto akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta pada hari kamis sekitar pukul 23.00, tiba kembali di Jakarta.
Sekembalinya dad Rengasdengklok, malam itu juga Bung Kamo mengadakan rapat di rumah Laksamana Tadashi Maeda seorang perwira angkatan laut Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Dalam rapat itu dirumuskan teks A Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Naskah itu dirumuskan oleh tiga orang tokoh bangsa Indonesia yakni Bung Karno, Bung Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo.Yang menulis naskah Bung Karno.Setelah selesai Bung Karno menyarankan agar naskah teks Proklamasi Kemerdekaan itu ditanda tangani oleh seluruh hadirn. Tetapi setelah diadakan musyawarah, disepakati bahwa naskah teks Proklamasi ditanda tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia, naskah itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik Dalam rapat itu juga disepakati proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10. 00 esok ahad pada tanggal 17 Agustus 1945.
Hari Jum'at tanggal 17 Agustus1945 pukul 10.00 Ir Soekarno didampingi oleh Drs Moh. Hatta. memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Setelah mengucapkan pidato singkat, kemudian Soekarno membacakan naskah proklamasi kemerdekaan. Barisan Pelopor dan para pemuda menyaksikan peristiwa yang sangat penting itu dengan khidmat.


Adapun bunyi lengkap naskahProklamasi ialah

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain - lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 1945
Atas nama bangsa
Indonesia

Soekama - Hatta

  1. Media dan alat                        : Meja,kursi, kostum tokoh, naskah cerita, mesin tik
  dan alat perekaman gambar (handycam)
  1. Sumber                        : GBPP, IPS Terpadu untuk kelas. VI dan sumber
                                             lain  yang mendukung.
  1. Metode                        :  Teatrical  of Histories

IV.   Kegiatan belajar mengajar :
  1. Kegitan awal ( 10 menit )
a.       mengadakan apersepsi
b.      Menyampaikan tujuan Pembelajaran
c.       Menyampaikan topik bahasan dan menjelaskan gambaran cerita yang harus diTeatrical  of Histories kan
d.      Memilih Pemeran
e.       Menyiapkan Pengamat

  1. Kegiatan inti ( 50 menit )
1.      Peserta didik yang yang memerankan Teatrical  of Histories  maju ke depan kelas untuk menTeatrical  of Histories kan pokok bahasan yang telah ditentukan
2.      Mengadakan tanya jawab
Setelah selesai mengadakan Teatrical  of Histories  diadakan tanya jawab tentang peran yang telah dilaksanakan dan meminta siswa terutama pengamat untuk memberikan tanggapan
3.      Mengulang Teatrical  of Histories  (jika masih ada waktu )

  1. Kegiatan akhir ( 20 menit )
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru

V.      Evaluasi :
  1. Jenis Penilaian             : Proses dan hasil
  2. Bentuk Tes                  : Essay dan Isian Singkat
  3. Alat Penilaian              :






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar