BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Peranan guru dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional
sangatlah penting mengingat guru sebagai figur yang terlibat langsung dengan
para siswa di lapangan. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan adalah guru dituntut untuk mencintai dan menghayati profesinya, di
samping dapat menguasai dan memahami perangkat pendukung dalam proses
pembelajaran seperti kurikulum, metode, alat Bantu pengajaran, buku sumber dan
lain-lain.
Guru pada saat mengajarkan mata pelajaran IPS sering
kali dihadapkan pada masalah kurangnya minat siswa untuk mempelajari pelajaran
tersebut, siswa nampak jenuh, kurang antusias. seolah-olah pelajaran IPS
merupakan cerita usang yang sudah harus dilupakan. Apabila guru tidak dapat
mengatasi dan mengantisipasi hal itu maka akan melahirkan generasi yang lupa
akan IPS bangsa dan negaranya, generasi yang tidak mengenal kisah heroik para
pahlawannya, tidak mengenal siapa dan bagaimana nenek moyangnya, dan lebih jauh
lagi mereka akan menjadi generasi yang kurang menghargai dan mencintai tanah
airnya, sebagai akibat dari kurang paham tentang IPS bangsanya. Hal ini
bertolak belakang dengan fungsi dan tujuan pembelajaran IPS yang tercantum
dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kurikulum IPS yang
menjelaskan bahwa fungsi pengajaran IPS adalah: "menumbuhkan rasa
kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa
lalu hingga masa kini" (GBPP KELAS VII SMP
2007: 86), dan yang menjadi tujuan pembelajaran IPS yakni: "siswa
mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dan cinta tanah air" (GBPP KELAS VII SMP 2007: 80).
Selain faktor di atas masih banyak temuan di lapangan,
misalnya rendahnya hasil perolehan nilai rata-rata IPS (IPS) baik pada hasil
ulangan harian, Tes Akhir Semester (TAS) di kelas VII. Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka rendahnya mutu pendidikan kita dewasa ini secara kualitatif
diduga karena pembelajaran lebih didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi
pasif, dalam hal ini siswa yang seharusnya ditempatkan menjadi subyek belajar
beralih fungsi menjadi obyek belajar.
Kenyataan ini didukung oleh kajian empirik di lapangan
banyak sorotan dan kritik maupun opini masyarakat yang menyatakan bahwa
kualitas pembelajaran masih banyak dilakukan hanya secara informatip hanya
gurulah yang mendominasi iklim pembelajaran di kelas (Teacher Centered),
sedangkan siswa bersifat pasif. Sesuai dengan pendapat Nasution (1997: 17 ) bahwa
mutu pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS yang diprioritaskan adalah
aktivitas dan kreativitas siswa. Komponen ini sangat dominan dalam proses
pembelajaran yang memadukan antara materi yang dipelajari dengan cara untuk
mempelajarinya. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, efektif dan
efesien serta berorientasi terhadap tujuan pembelajaran.
Beberapa penelitian dan kajian pakar menunjukkan bahwa
para siswa kurang merasakan manfaat dan kegunaan belajar IPS (Al Muchtar, 2003),dan hal ini didukung pula dengan
pendapat bahwa pendidikan IPS kurang menarik minat siswa karena dinilai sebagai
pelajaran lunak dan hapalan (Somantri: 1987). Hal ini disebabkan lemahnya dari
proses pembelajaran yang kurang menyentuh terhadap kemampuan berpikir siswa
belum mampu menggali ketrampilanketrampilan sosial dan belajar aktif.
Melihat kondisi di lapangan seperti itu maka diadakan
penelitian yang dapat mengatasi segala permasalahan tersebut dengan mencoba
salah satu metode yaitu Teatrical of
Histories . Metode Teatrical of
Histories seperti juga metode-metode
mengajar lainnya mempunyai kelebihan, seperti yang ditulis oleh Wiryawan dan
Noorhadi (2001 : 1.29), yaitu:
(1) mengembangkan kreatifitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa
dapat berfantasi); (2) memupuk kerjasama antar siswa; (3) menumbuhkan bakat
siswa dalam seni drama; (4) siswa lebih memperhatikan pelajaran karena
menghayati sendiri; (5) memupuk keberanian berpendapat di depan kelas; (6)
melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu
singkat.
Metode ini sengaja menjadi bahan penelitian agar guru
tidak hanya memakai metode ceramah dalam mengajarkan pelajaran IPS kepada
siswa, sehingga menimbulkan kebosanan dan minat belajar siswa menjadi
berkurang. Dengan metode ini siswa terlibat secara langsung sehingga akan
menimbulkan kegairahan belajar pada siswa sehingga selain siswa mendapatkan
peningkatan dalam segi perolehan nilai tetapi juga adanya perubahan sikap
seperti yang diharapkan dalam fungsi dan tujuan pelajaran IPS yang terdapat
dalam kurikulum.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
diadakan penelitian tindakan kelas dengan
tema penelitian “Penerapan Metode Teatrical of Histories dalam Pembelajaran IPS di Sekolah”.
B.
Rumusan Masalah PTK
Masalah pokok yang akan diungkapkan dalam penelitian
ini adalah: Bagaimana peningkatan interaksi pembelajaran dan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran IPS ". Sehingga dari adanya peningkatan
interaksi siswa dalam mata pelajaran tersebut akan meningkatkan pula hasil
belajar siswa.
Secara lebih khusus rumusan masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Bagaimana keadaan awal pemahaman siswa kelas ____ SMPN ____ Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____ terhadap pembelajaran di kelas ?
- Bagaimana kerjasama siswa kelas ____ SMPN ____ Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____ terhadap pembelajaran di kelas dalam pembelajaran IPS dengan memakai metode Teatrical of Histories ?
- Bagaimana hasil belajar siswa kelas ____ SMPN ____ Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____ setelah menggunakan metode Teatrical of Histories ?
C.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi dan reaksi siswa
dalam mempelajari IPS, sehingga mengarah
pada suasana belajar yang hidup, menyenangkan dan memotivasi siswa agar
antusias mempelajari mata pelajaran IPS,
sehingga akan memberikan peningkatan hasil pada mata pelajaran tersebut serta
perubahan sikap sesuai yang diharapkan dalam fungsi dan tujuan pembelajaran
IPS.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengetahui keadaan awal pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS.
- Mengetahui peningkatan kerjasama diantara siswa
- Mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata pembelajaran IPS setelah menggunakan metode Teatrical of Histories .
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian tindakan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Jika dalam proses pembelajaran IPS guru membimbing siswa melaksanakan Teatrical of Histories dengan berpedoman pada: (1) pemahaman tentang
pengertian metode Teatrical of Histories
; (2) tujuan dan manfaat metode Teatrical of Histories ; (3) menyadari akan kelebihan
dan kekurangan metode Teatrical of
Histories ; dan (4) melaksanakan langkah-langkah mengajar dengan menggunakan
metode Teatrical of Histories, maka
hasil belajar siswa secara kwantitatif maupun kwalitatif akan meningkat.
E.
Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN ____
Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan
bahwa SMP itu sebagai tempat peneliti melaksanakan tugas sebagai guru.
Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa
kelas ___.
BAB
II
KERANGKA TEORITIS
KERANGKA TEORITIS
A.
Konsep Mengajar Metode Teatrical of Histories
- Pengertian Metoda Mengajar
Berikut ini pengertian metode mengajar yang didapat
dari beberapa pakar pendidikan, seperti Dahlan ( 2003: 21), menurutnya metode
mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajar di
kelas dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Djamarah (1997: 184) Ilmu
bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang
lain dalam proses pembelajaran.
Proses pernbelajaran IPS di SMP selama ini lebih
ditekankan kepada penguasaan materi pelajaran sebanyak mungkin, yang
mengakibatkan suasana belajar agak kaku, dan kurang memberikan keleluasaan pada
siswa untuk mengekpresikan pendapatnya. Proses pernbelajaran lebih menekankan
pada ingatan dibanding dengan pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur yang
sudah ada.
Proses Pembelajaran di kelas enam, sering kali guru
mengarahkan siswanya untuk menjawab sejumlah soal sebagai persiapan menghadapi
ujian akhir sekolah, sehingga penanaman nilai-nilai luhur diabaikan. Jika hai
ini dibiarkan atau tidak mendapat perhatian yang lebih, maka didapatkan
generasi penerus yang kurang memahami dan menghayati akan jasa para
pahlawannya.
Untuk menjawab tantangan tersebut di atas perlu
dikembangkan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada terlibatnya semua
siswa dalam suatu proses pembelajaran, hal ini merupakan tugas guru yang
profesional. Salah satu ciri guru yang profesional adalah mampu memilih metode
yang tepat dalam suasana proses pembelajaran yang tepat.
- Macam-macam Metode Mengajar
Berikut ini macam-macam metode mengajar yang didapat
dari buku Depdikbud (1989 : 37-45 ) antara lain: (1) Metode ceramah, yaitu
suatu metode pembelajaran atau penyajian materi melalui penuturan dan
penerangan lisan oleh guru kepada siswa; (2) Metode pemberian tugas, metode
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarlkan
peiunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru: (3) Metode diskusi, yaitu
suatu cara penguasaan bahan pembelajaran melalui tukar pendapat berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh masing-masing siswa yang
memecahkan masalah; (4) Metode demonstrasi suatu proses pembelajaran “dengan
mempertunjukkan sesuatu" atau mendemonstrasikan sesuatu; (5) Metode tanya
jawab, proses pembelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang perlu
dijawab oleh siswa.
Masih banyak lagi berbagai metode yang sering
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selain yang telah disebutkan di
atas seperti metode proyek, karyawisata, dan bermain peran. Maka dalam
kesempatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) kali ini dicoba untuk
mengembangkan salah satu metode pembelajaran yaitu metode Teatrical of Histories . Berikut ini adalah penjelasan
hal-hal yang berhubungan dengan metode Teatrical of Histories .
B.
Penerapan Metode Teatrical of Histories
- Pengertian Metode Teatrical of Histories
Berikut ini beberapa pengertian metode Teatrical of Histories yang didapat dari dari beberapa buku sumber.
Metode Teatrical of Histories merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalahmasalah hubungan sosial untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut
didramatisasikan oleh siswa di bawah pimpinan guru (Wiryawan, 2001:-l-27).
Djamarah (2000: 200) berpendapat metode Teatrical of Histories ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan
anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat.
Teatrical of
Histories berasal dari dua kata, yakni
sosio dan drama. Sosio berarti sosial sedangkan drama berarti pertunjukan atau
dramatisasi. Metode Teatrical of
Histories ialah metode mengajar yang di
dalam pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan
suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Teatrical of Histories adalah drama yang bertujuan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. (1988 : 855).
Cheppy (1986: 124) Teatrical of
Histories adalah permainan yang
dilakukan anak didik tentang satu situasi. Sedangkan Ahmadi (1997: 80) Teatrical
of Histories adalah suatu cara mengajar yang memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau
penghayatan seseorang. Seperti yang dilakukannya dalam hubungan sosial sehari-hari
dalam masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil
intisari pengertian metode Teatrical of
Histories adalah metode pemecahan
masalah yang terjadi dalam kontek hubungan sosial dengan cara mendramatisasikan
masalah.
Dari berbagai pengertian Teatrical of Histories di atas maka guru yang kreatif akan senantiasa
mencari pendekatan-pendekatan baru dalam pemecahan masalah. la
tidak akan selalu terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih
variasi-variasi lain yang cocok.
Dalam kegiatan Teatrical of Histories , siswa mengamati dan
menganalisis interaksi antar pemeran sedangkan guru merencanakan,
menstrukturkan, mempasilitasi dan memonitor jalannya Teatrical of Histories tersebut kemudian membimbing untuk
menindaklanjuti pembahasan tersebut.
Proses belajar melalui metode Teatrical of Histories menuntut kualitas tertentu pada siswa. Siswa
diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh atau posisi yang dikehendaki
"Keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah
proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang" (Hasan, 1996: 266).
Melalui metode ini para siswa diajak untuk be!ajar memecahkan
dilema-dilema pribadi yang mengukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang
anggota-anggotanya adalah teman-temannya sendiri. Dengan kata lain, dilihat
dari dimensi pribadi, model ini berupaya membantu individu melalui proses
kelompok sosial.
- Tujuan dan Manfaat Metode Teatrical of Histories
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Teatrical of Histories bertujuan: (1) siswa berani mengungkapkan
bendapat secara lisan; (2) memupuk kerjasama di antara para siswa; (3) siswa
menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan, (4) siswa
menjiwai tokoh yang diperankan, (5) siswa memberikan tanggapan terhadap
pelaksanaan jalannya sosio drama yang telah dilakukannya, (6) siswa dapat
menceritakan dengan singkat detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia.
Sedangkan manfaat-manfaat metode Teatrical of Histories ialah: (1) dapat mempertinggi perhatian siswa
melalui adegan-adegan, (2) siswa tidak saja mengerti persoalan-persoalan
psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain
bila berhubungan dengan sesama manusia. Ikut menangis bila sedih, rasa marah,
emosi dan gembira; (3) siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Teatrical of Histories
Kelebihan dari metode Teatrical of Histories ialah: (1) mengembangkan kreatifitas siswa
(dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi); (2) memupuk kerjasama
antar siswa; (3) menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama; (4) siswa lebih
memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri; (5) memupuk keberanian
berpendapat di depan kelas; (6) melatih siswa untuk menganalisa masalah dan
mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
Adapun kelemahan metode Teatrical of Histories adalah; (1) adanya kurang kesungguhan para
pemain menyebabkan tujuan tidak tercapai; (2) pendengar (siswa yang tidak
berperan) sering mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana;
(3) sebagian besar anak yang tidak ikut bermain menjadi kurang aktif; (4)
banyak memakan waktu, baik waktu persiapan maupun waktu pelaksanaan
pertunjukan; (5) kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton
yang terkadang bertepuk tangan dan berprilaku, lainnya.
D.
Langkah-langkah Mengajar dengan Menggunakan Teatrical
of Histories
Agar pelaksanaan metode Teatrical of Histories berjalan dengan baik maka penting diperhatikan
langkah-langkah menggunakan metode Teatrical of Histories , seperti berikut ini: (1) guru
menerangkan teknik baru ini dengan sederhana, bila perlu memperkenalkan
terlebih dahulu Teatrical of Histories secara kecil-kecilan, misalnya bagaimana
berbicara dengan orang yang baru dikenal, bagaimana cara meminjam buku di
perpustakaan. Kemudian guru mem,berikan penjelasan secara lisan; (2) guru
menjelaskan garis besar cerita atau permasalahan; (3) guru menunjuk beberapa
orang siswa untuk menjadi pemeran; (4) guru menetapkan dengan jelas masalah dan
peranan yang harus dimainkan oleh para pelaku; (5) guru menetapkan peranan
pendengar, guru perlu sering memperingatkan pendengar agar pemain tetap dapat
melaksankan peranannya dengan baik; (6) guru menyarankan kalimat pertama, agar Teatrical
of Histories dapat dimulai; (7) guru menghentikan Teatrical
of Histories pada detik-detik penyelesaian masalah untuk
dilanjutkan dengan diskusi umum; dan (8) guru memberi kesempatan kepada para
pendengar (siswa lain) untuk memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan
cara-cara lain kemudian diambil kesimpulan.
Pada awal pengenalan bentuk Teatrical of Histories siswa diajak untuk memerankan suatu kejadian
yang sering muncul dalan kehidupan anak (siswa) disekitarnya, sehingga dalam
benak siswa akan muncul suatu imajinasi yang akan mendorong untuk ingin tahu,
dan muncul pertanyaanpertanyaan, seperti apa .... ?, bagaimana .....? , dan
mengapa ....?. Ada beberapa permasalahan yang dapat diangkat untuk
dipertimbangkan dalam memotivasi siswa, diantaranya adalah masalah yang aktual
(yang sedang terjadi), langsung menyangkut dalam kehidupan siswa, dan suatu
masalah yang memungkinkan adanya berbagai alternatif pemecahan.
Tahap ke dua pengenalan Teatrical of Histories pada siswa, guru harus dapat memilih siswa
dalam berbagai peran yang akan diperankan sesuai dengan karakter yang akan
diperankannya. Seperti peran Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati, dll. Dalam
pemilihan peran ini tidak semua siswa kebagian peran, dalam hal ini siswa dapat
dijadikan peran pembantu atau pendukung jalannya Teatrical of Histories sebagai metode pembelajaran di kelas. Dalam
pemilihan peran guru dapat menawarkan kepada siswa, siapa yang sanggup
memerankan tokoh-tokoh tertentu, bila tidak ada yang sanggup memerankan salah
satu tokoh tertentu, maka guru harus membimbing siswa agar siswa memperoleh
gambaran peran yang akan dimainkannya.
Tahap ke tiga guru menyiapkan pengamat dari
siswa-siswa yang tidak terlibat dalam Teatrical of Histories , agar perhatian siswa tertuju
kepada proses yang sedang terjadi dan memperhatikan kejadian-kejadian yang
sedang diTeatrical of Histories kan
sebagai pembawa pesan-pesan proses pembelajaran.
Tahap ke empat guru mempersiapkan skenario pementasan
untuk masing-masing peran berikut pokok-pokok dialog yang dalam suatu kejadian.
Guru perlu mempersiapkan alat pendukung yang memungkinkan dapat dibawa dengan
cara menugaskan kepada siswa atau disediakan guru, seperti kostum, bambu
runcing, bendera, dan mesin tik.
Tahap ke lima siswa melaksanakan Teatrical of Histories sesuai dengan tugas yang telah disepakati dan
guru membimbing atau mengarahkan agar suatu pementasan Teatrical of Histories tidak kaku dan mandeg.
Tahap ke enam guru dan siswa mengadakan peninjauan
terhadap suatu pementasan yang telah dilakukan dan mengomentari kekuatankekuatan
yang telah ada maupun kelemahan-kelemahan yang muncul pada suatu pementasan
yang telah dilakukan untuk diperbaiki pada tahap selanjutnya. Apabila dalam
pementasan tidak kena sasaran, maka guru dapat merubah perneran dengan perneran
pengganti atau alternatif lain.
E.
Perbedaan Metode Teatrical of Histories dan Metode Bermain Peran
Depdikbud (1989: 45) pada prinsipnya metode Teatrical of Histories ini hampir sama dengan metode bermain peran.
Perbedaan metode sosiodram dengan metode bermain peran dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut ini:
Tabel
2.1: Perbedaan Metode Teatrical of
Histories
Dengan Metode Bermain Peran
Metode
Teatrical of Histories
|
Metode
Bermain Peran
|
1.
Persiapan
a.
Tema biasanya lebih luas dan dapat dilengkapi dengan
garis-garis besar lakon yang akan dibawakan.
b.
Dapat dipersiapkan naskah/ skenario
c.
Siswa pemeran dipersiapkan dengan baik sebelum jam
pelajaran/ pelaksanaan Teatrical of
Histories .
d.
Dapat dipersiapkan perlengkapan, misalnya pakaian,
ruangan, dan peralatan lainnya
2.
Pelaksanaan
a.
Pelaksanaan penampilan pemeran yang telah
dipersiapkan (dilatih) dengan menggunakan perlengkapan tertentu.
b.
Lebih berciri pencarian perolehan (konsep nilai/
ketrampilan tertentu); karena itu biasanya dilaksanakan pada seluruh jam
pelajaran
c.
Waktu relaitf lebih panjang
|
1.
Persiapan
a.
Tema biasanya hanya berupa topik atau konsep.
b.
Tidak diperlukan naskah/ skenario
c.
Pemeran memainkan peran secara spontan, para pemeran
ditentukan pada jam pelajaran yang bersangkutan.
d.
Tidak perlu perlengkapan khusus.
2.
Pelaksanaan
a.
Bermain peran secara spontan setelah ditunjuk sebagai
anggota pemeran tanpa persiapan dan perlengkapan khusus.
b.
Lebih berciri ungkapan perolehan (konsep/ nilai/
ketrampilan tertentu); karena itu biasanya dilaksanakan pada akhir pelajaran.
c.
Waktu relatif pendek/ singkat.
|
F.
Contoh Skenario Teatrical of Histories dalam Pembelajaran IPS
Materi pembelajaran yang akan dikembangkan dengan
menggunakan metode Teatrical of
Histories ini adalah pokok bahasan
“Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia" dengan sub
pokok bahasan: (1) Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan Teks Proklamasi (3)
Detik-detik Menjelang Proklamasi. Berikut ini salah satu contoh skenario Teatrical
of Histories dengan sub pokok bahasan Peristiwa
Rengasdengklok (babak pertama).
Ringkasan Cerita Babak Pertama:
Tiga orang pemimpin Indonesia Ir Soekarno, Drs . Moh. Hatta, dan Dr
Rajiman menerima janji kemerdekaan dari Jepang. Sebelum janji terpenuhi, Jepang
menerima kekalahan dari sekutu. Meskipun hal ini dirahasiakan oleh Jepang namun
akhimya diketahui juga oleh beberapa orang dari Indonesia diantaranya oleh
Sultan Syahrir, kemudian menyampaikan berita tersebut kepada ketiga tokoh
tersebut. Melihat situasi seperti ini golongan pemuda mendesak agar Bung Karno
segera memproklamasikan Indonesia, namun beliau menolak
Situasi semakin genting. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan
Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok untuk diamankan.
Sementara itu, di Jakarta tercapai kesepakatan antara Mr Ahmad Subarjo
dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongn pemuda untuk
membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Dengan dijemput oleh Mr.
Ahmad Subarjo dan Yusuf Kunto akhimya Bung Karno dan Bung Hatta pada hari kamis
sekitar pukui 23.00, tiba kembali di Jakarta.
Babak Pertama.
( Malam gelap
gulita 2 orang pemuda yaitu Wikana dan Yusuf Kunto bergegas menghadap ke rumah
Bung Karno untuk menyampaikan tuntutan para pemuda agar Bung Karno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Nampak sudah hadir pada saat itu Bung
Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo ).
Wikana + Yusuf
Kunto
Selamat malam
Bung , merdeka !
Bung Karno
( Dengan cemas
dan heran ) Selamat malam anak muda , siapa kalian ? ada apa malam - malam
datang ke sini ?
Yusuf Kunto
Saya Yusuf Kunto
dan ini teman saya Wikana. Begini Bung , kami dari golongan pemuda meminta Bung
Karno agar segera memproklasikan Indonesia.
Wikana
(Dengan nada
tegas) Betul Bung di luar sudah sangat genting, para pemuda mendesak agar Bung
segera memproklamasikan Indonesia.
Bung Karno
( Sambil
berjalan hilir mudik ) Tidak bisa, saya harus membicarakan dulu hal ini dengan
seluruh anggota PPKI.
Wikana
( Dengan agak
emosi ) Tidak bisa Bung, jika Bung Karno menolak, para pemuda mengancam bahwa
besok akan terjadi pertumpahan darah.
Yusuf Kunto
( Tidak kalah
emosi ) Betul Bung, untuk menghindari hal itu, sebaiknya Bung penuhi usul para
pemuda.
( Bung Karno
dengan tenang dan penuh wibawa ) Saya mengerti dan paham betul keinginan
saudara-saudara , namun hendaknya kita jangan gegabah , sekarang kalian
pulanglah dulu, akan kami pertimbangkan usul kalian.
Wikana + Yusuf
Kunto
( Dengan kecewa
) Baiklah Bung , selamat malam !
( Tanggal 16
Agustus 1945, 2 orang pemuda memaksa Bung Karno dan Bung Hatta segera
meninggalkan Jakarta )
Pemuda 1.
(Dengan galak
namun tetap hormat ) Bung Karno, Bung Hatta, di luar makin gawat, para pemuda
marah karena Bung tidak segera memproklamasikan Indonesia.
Pemuda 2
Betul Bung, demi
keselamatan Bung berdua ayo sekarang juga Bung ikuti kami sekarang juga.
Bung Hatta
( Sambil
memegang bahu pemuda 1) Sebentar, kami mau dibawa ke mana ?
Pemuda 1.
Sudahlah Bung,
kita tidak punya banyak waktu.
Pemuda 2.
Kami
menghawatirkan kesefamatan Bung berdua . Ayo cepat kita berkemas, untuk
semantara Bung akan kami amankan ke Rengasdengklok.
Bung Karno
(Sambil
Memandang pada Bung Hatta ) Baiklah, kalau begitu.
( Kemudian
dengan diapit kedua pemuda tersebut Bung Kamo dan Bung Hatta menuju ke
Rengasdengklok
Sepeninggal Bung
Karno dan Bung Hata, Jakarta semakin kacau karena kehilangan pemimpinnya.
Melihat situasi seperti ini Mr Ahmad Subarjo berinisiatip mengadakan
perundingan dengan golongan pemuda yng diwakili oleh Wikana dan Yusuf Kunto.
Mr. Ahmad
Subarjo.
( Dengan penuh
wibawa ) Saudara-saudara, ternyata tindakan para pemuda menculik Bung Karno dan
Bung Hatta telah membuat suasana semakin kacau. Bagaimana kalau Bung Karno dan
Bung Hatta kita kembalikan lagi ke Jakarta ?
Wikana
Kami setuju
saja, dengan catatan Bung Karno dan Bung Hatta sesampainya di Jakarta beliau
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Yusuf Kunto
Betul Mr.
Permintaan kami hanya itu. Jepang sudah kalah, ini kesempatan baik bagi kita
untuk segera merdeka.
Mr Ahmad Subarjo
Baiklah, kita
sepakati bersama, sekarang juga kita jemput Bung Karno dan Bung Hatta,
sesampainya di Jakarta saya akan membujuk beliau untuk segera memproklamasikan
Indonesia
Yusuf Kunto
Jika demikian
kami siap menjemput dan menunjukkan di mana beliau berada.
( Kemudian
dengan diantar oleh Yusuf Kunto dan Wikana, Mr Ahmad Subarjo menjemput Bung
Kamo dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Akhimya pada malam harinya beliau sudah
berada kembali di Jakarta )
*Skenario dibuat
berdasarkan imajinasi penulis tanpa merubah inti cerita yang didapat dad buku
sumber.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Metode Penelitian Tindakan Kelas
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang memuat ciri pokok, seperti dikemukakan oleh Carl and Kemmis dalam
McNiff, yaitu:
"Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by
participants (teachers, students, or principals, for example) in social
(including educational) stuations in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understending of these practices, and (c) the situations (and institutions) in
which these practices are carried out". (Jean McNiff, 1992: 2).
Pengertian tersebut mengandung ide pokok, yaitu: (1)
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi, (2) dilakukan oleh peserta yang
tertibat dalam situasi yang diteliti (guru, siswa, atau kepala sekolah), (3)
dilakukan dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan, dan (4) bertujuan
khususnya untuk memperbaiki kinerja guru. Penelitian tindakan pada hakekatnya
bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam proses
pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan bersifat reflektif inquiri. Karena
itu fokus penelitian tindakan terletak kepada bagaimana kemampuan guru dalam
melakukan tindakan-tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahanpermasslahan
pembelajaran.
Model penelitian tindakan yang digunakan adalah dari
Kemmis dan Mc Taggart, yang tahap-tahap penelitiannya meliputi empat komponen,
yaitu (a) Rencana; (b) Tindakan; (c) Observasi; dan (d) Refleksi. Tahap-tahap
(model) Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini
:
Gambar 3.1 :
Model Penelitian Tindakan Kelas (McNiff, J. 1992:2)
Alur kerja Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat
pada gambar 3.2 seperti berikut ini.
![](file:///C:\Users\DANAID~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
1.
Rencana
Rencana tindakan, apa yang akan dilaksanakan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
Rencana penelitian dan tindakan disusun oleh peneliti, berdasarkan hasil
refleksi awal.
Pada tahap perencanaan ini meliputi kegiatan pokok
sebagai berikut:
a.
Refleksi Awal
Pada refleksi awal ini bertujuan untuk mengungkapkan
dan menyadari adanya permasalahan yang penting dan perlu dipecahkan. Peneliti
melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal.
Berdasar informasi awal tersebut lalu dilakukan identifikasi masalah dan
penentuan urutan prioritasnya sesuai dengan keyakinan normatif yang dimiliki.
Permasalan tersebut dapat dalam bentuk wawasan konseptual yang terlihat pada
hasil tes awal (pretestt), sikap dan kecenderungan afektif lainnya atau
permasalahan yang berasal dari praktik keseharian.
b.
Rancangan Tindakan
Dalam hal ini memuat hal-hal sebagai berikut: (1)
membuat persiapan pembelajaran yang dituangkan dalan satuan pelajaran; (2)
mempersiapkan alat dan media yang mungkin digunakan (3) menetapkan alat
evaluasi ; dan mempersiapkan alat observasi.
3.
Tindakan
Tindakan dilakukan oleh peneliti yang bertindak
sebagai guru berdasarkan hasil rencana yang dipersiapkan., yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.
4.
Observasi
Mengamati proses, hasil atau dampak dari pengembangan
tindakan, baik terhadap kinerja guru dan kinerja siswa, serta suasana kelas
secara keseluruhan. Di dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan observasi,
pemantauan dan evaluasi. Yang dimaksud observasi adalah semua kegiatan untuk
mengenali, merekam dan mendokumentasikan semua indikator dari proses dan
hasil-hasil yang dicapai, perubahan yang terjadi baik yang ditimbulkan oleh
tindakan terencana maupun efek sampingan bahkan efek lanjutan.
Pemantauan sebenarnya merupakan bagian dari evaluasi
hanya saja lebih ditekankan untuk mengetahui: (1) seberapa jauh pelaksanaan
intervensi sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan (2)
seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang
diharapkan.
Pemantauan diharapkan dapat mendeteksi sedini mungkin
gejala yang mengisyaratkan ketidak-berhasilan atau kesalahan rancangan
tindakan, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan secepatnya untuk
melakukan modifikasi rancangan tindakan.
Sementara itu evaluasi dalam pengertian yang lebih
luas berarti segala kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
informasi sehingga bermanfaat untuk pembuatan keputusan atas tindakan. Evaluasi
yang baik dituntut konprehensif dan secara kesinambungan dilakukan terhadap
kontingensi antara aspek-aspek konteks, input, proses dan produk. Disamping
itu, evaluasi juga dapat dimaksudkan untuk mengkaji persamaan antar aspek
perencanaan dan pelaksanaan.
5.
Refleksi
Hasil observasi terhadap proses pengembangan tindakan
(pembelajaran), selanjutnya direfleksi. Refleksi ini dimaksudkan untuk
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan proses, hasil dan dampak dari tindakan
dari berbagai kriteria..Hasil refleksi ini, menjadi bahan kajian Carsama
(peneliti dan guru) dalam melakukan revisi (perbaikan) terhadap rencana awal,
serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan rencana tindakan selanjutnya.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk
memahami dan memaknai proses dan produk perubahan yang terjadi sebagai akibat
tindakan intervensi. Refleksi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas dan kemampuan peneliti dan praktisi. Dengan refleksi ini guru SMP yang
terlibat dalam penelitian tindakan akan banyak memiliki kesempatan dalam
memperbaiki kinerja guru di kelas.
Pada dasarnya refleksi berisi kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi dan ekplanasi atas semua informasi yang diperoleh dari
penelitian tindakan ini. Setiap informasi dikaji dan dipahami bersama oleh
peneliti dan praktisi sebagai satu tim dalam penelitian tindakan.
Refleksi diharapkan dapat mengungkap dan merumuskan
kesempatan, peluang, kendala, hasil yang dicapai dan keterbatasannya serta
konsekuensi dan implikasi dari temuan dan kesimpulan penelitian tindakan.
Selanjutnya hasil refleksi dan konklusi menjadi dasar pertimbangan untuk
menetapkan dan merencanakan tindakan berikutnya yang dibutuhkan.
B.
Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN ____
Kabupaten _____ Propinsi _____ Tahun Pelajaran _____. Pemilihan ini didasarkan bahwa SMP ini
sebagai tempat peneliti bertugas sebagai guru IPS (sejarah).
C.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi,
angket,wawancara dan tes. Yang dideskripsikan sebagai berikut :
1.
Observasi, digunakan untuk mengamati proses
pembelajaran siswa dengan menggunakan metode Teatrical of Histories . Proses pembelajaran yang diamati
antara lain : aktifitas siswa ketika memerankan tokoh, menjiwai tokoh yang
diperankan, mengucapkan dialog-dialog atau secara umum untuk mengamati
keberanian siswa dalam belajar.
2.
Angket, digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical of Histories .
3.
Wawancara, digunakan untuk mengetahui lebih mendalam
bagaimana persepsi siswa tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
guru dengan menggunakan metode Teatrical of Histories .
4.
Tes hasil belajar, digunakan untuk menjaring data
mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap
materi atau pokok bahasan yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode Teatrical
of Histories .
D.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakac;i, ketiga aktivitas yang
meliputi membuat analisis, membuat refleksi, dan merancang tindakan dilakukan
berkelanjutan, yang memuat hal-hal sebagai berikut: Data yang dikumpulkan pada
penelitian tindakan ini meliputi tiga unsur, yaitu: (1) tempat atau lokasi di
mana penelitian berlangsung, dalam hal ini adalah kelas; (2) pelaku kegiatan,
dalam hal ini adalah peneliti sebagai guru mata pelajaran IPS dan (3) kegiatan
yang meliputi proses pembelajaran IPS .
Hasil penelitian tindakan itu valid bila tindakan itu
memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Sehingga kreteria validitas penelitian tindakan terletak pada aplikatifnya atau
berfungsinya tindakan untuk mengupayakan perbaikan atas masalah yang dihadapi.
(Noeng Muhadjir, 199611997: 18)
BAB
IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
SMPN ____ Kabupaten _____ Propinsi _____ terdiri dari 12 ruang, 2 kantor, 1 UKS dan 1 mushola
menggunakan fasifitas yang sama sedangkan pasilitas lairnya seperti dapur,
perpustakaan sudah terpisah. Secara geografis lokasi SMPN ____ tersebut sangat
strategis karena berada di lingkungan pusat kota yang mudah dijangkau dan
sangat padat pendudukriya. Meskipun demikian SMPN ____ memiliki halaman yang
cukup bersih, luas dan hijau karena ditumbuhi berbagai jenis bunga dan tanaman
serta memiliki fisik bangunan yang sangat kokoh dan kuat, ruang kelas
dilengkapi dengan papan tulis whiteboard, penerangan yang cukup dan kipas
angin, untuk mempermudah komunikasi SMPN ______ juga telah dilengkapi dengan
pesawat telepon.
2.
Karakteristik Siswa
Siswa yang aktif dalam belajar nampaknya tidak begitu
banyak, begitu pula siswa yang kurang aktif. Sedang pengaturan tempat duduk
setiap satu minggu sekali berubah dari arah kiri ke kanan sedangkan deretan
dari depan ke belakang perubahannya terjadi setiap hari. Hal ini dimaksudkan
guru agar setiap anak mendapat suasana dan giliran yang sama.
3. Deskripsi Awal Pembelajaran IPS
Selama mengajar peneliti yang sekaligus sebagai guru
di kelas VI belum pernah secara khusus mengajar mata pelajaran IPS kepada siswa
dengan menggunakan metode Teatrical of
Histories . Proses kegiatan belajar mengajar lebih sering menggunakan metode
ceramah hanya sesekali divariasikan dengan metode-metode lainnya. Proses
pembelajaran lebih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) sehingga
menyebabkan guru yang aktif sedangkan sissanya bersifat pasif.
Dalam setiap proses pen-toelajaran se.arah pada
umumnya guru langsung menyuruh membuka buku sumber yang dimiliki oleh siswa,
kemudian guru menyampaikan materi tersebut dengan metode ceramah, diakhir
proses pembelajaran guru mengadakan tanya jawab secara lisan atau menugaskan
siswa untuk menjawab sejumlah soal yang telah dipersiapkan secara tertulis.
4.
Analisis dan Refleksi terhadap Gambaran Awal
Pembelajaran
a.
Analisis
Berdasarkan gambaran awal pembelajaran IPS sebagaimana
nampak pada deskripsi diatas, diperoleh gambaran proses pembelajaran selama ini
lebih ditekankan kepada penguasaan materi sebanyak mungkin, yang mengakibatkan
suasana belajar agak kaku dan kurang memberikan keleluasaan pada siswa untuk
mengekpresikan pendapatnya. Proses pembelajaran lebih menekankan pada in,atan
dibanding dengan pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur yang sudah ada.
Metode yang digunakan metode ceramah yakni guru
menjelaskan dan menyampaikan informasi atau konsep kepada seluruh siswa dalam
kelas. Guru menuliskan topik, menjelaskan, mengajukan pertanyaan secara lisan
tentang materi yang telah disajikannya, selanjutnya menyuruh siswa menjawab
soal secara tertulis.
b.
Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap pembelajaran
tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran itu mengandung dua kelemahan
mendasar yakni: 1) kelemahan yang bersifat proses, dan 2) kelemahan yang
bersifat konten. Kelemahan yang bersifat proses dapat dilihat dari pola
interaksi yang bersifat satu arah sehingga tidak terjadi komunikasi antar siswa
hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif. Sedangkan kelemahan bersifat
konten dapat dilihat dari pemberian soal-soal yang tidak mendorong siswa untuk
mengembangkan pola berfikir secara analisis.Untuk mengatasi kedua persoalan
tersebut guru sebagai peneliti akan mencoba untuk menerapkan pembelajaran IPS.
B.
Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas
- Tindakan Pertama
- Perencanaan
1)
Pembuatan RPP
Satuan Pelajaran dibuat dengan berpedoman pada
kurikulum (GBPP), buku sumber, baik itu yang dikeluarkan oleh
Depdikbud/Depdiknas maupun oleh penerbit swasta.
Materi pelajaran mengambil pokok bahasan Perjuangan
Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang terdiri dari tiga sub
pokok bahasan yaitu: (1) Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan metode Teatrical
of Histories dalam Naskah Teks Proklamasi, (3) Detik-detik
Menjelang , Proklamasi Kemerdekaan.
Kegiatan belajar mengajar terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti yang merupakan kegiatan pelaksanaan Teatrical of Histories yang terdiri dari 3 babak, kegiatan akhir
mengadakan tanya jawab dan evaluasi tentang Teatrical of Histories yang telah dilaksanakan dan meminta siswa
terutama pengamat untuk memberikan tanggapan. Evaluasi yang diberikan mencakup
peni!aian proses, penilaian hasil yang di!aksanakan secara tertulis.
Metode yang digunakan adalah metode so-siodrama
dengan menekankan Leterlibatan, keberanian, dan penjiwaan siswa dalam
memerankan tokoh pada proses pembelajaran tersebut.
2)
Pembuatan Naskah Skenario Teatrical of Histories
Naskah Teatrical of Histories terdiri dari tiga babak yang menceritakan
tentang perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu: (1)
Peristiwa Rengasdengklok, (2) Perumusan Naskah Teks Proklamasi, (3) Detik-detik
menjelang Proklamasi Kemerdekaan.
3)
Test Awal
Test awal dilakukan dengan
tujuan menjajagi kemampuan siswa sebelum Teatrical of Histories dilakukan. Hasil test awal menunjukkan bahwa
pokok bahasan yang akan dijadikan tema tindakan masih jauh dari yang
diharapkan.
Nilai tes awal siswa pada pemahaman konsep perjuangan
mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang berdasarkan kategori di
atas dapat dilihat pada Grafik 4.1.
![](file:///C:\Users\DANAID~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Grafik
4.1: Nilai Test Awal Siswa Berdasarkan Kategori
keterangan Kategori:
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
4)
Pemilihan Pemeran
Pemilihan pemeran dllakukan secara demokratis yaitu
menunjuk iswa yang dengan senang hati bersedia untuk dilibatkan menjadi pemain
lengan mempeftimbangkan segi kemampuan dan kepantasan siswa lalam memerankan
tckoh tersebut.
Tokoh-tokoh yang akan diperankan pada Teatrical of Histories ini adalah tokoh: Bung Karno, Bung Hatta, Mr.
Ahmad Subarjo, Ibu Fatmawati, Sayuti Mefik, Wikana, Yusup Kunto, M. Suhud,
tatief H, dan dua orang tokoh pemuda yang tidak diketahui namanya.
5)
Pengadaan Alat/Media
Untuk mendukung jalannya Teatrical of Histories plat dan media yang dibutuhkan adalah: Meja,
kursi,mesin tik, kostum tokoh, alat tulis dan alat perekaman yaitu dengan menggunakan handycam.
b.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan pertama ini dilaksanakan pada tanggal _______ dan dilaksanakan pada pukul 07.00
sampai dengari pukul 08.20. Kegiatan pembelajaran meliputi tiga tahap, yaitu:
(1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Adapun
gambaran kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Kegiatan awal
Seperti biasa guru memulai pelajaran dengan menjawab
salam yang dilontarkan oleh stswa, kemudian guru menjetaskan kepada siswa bahwa
hari ini pelajaran IPS akan dilaksanakan dengan menggunakan metode Teatrical of Histories , siswa yang aktif spontan bertanya:
"Apa itu Bu, metode Teatrical of
Histories ?" kemudian guru menjawab
pertanyaan siswa dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka, dengan
mengatakan bahwa kita akam belajar IPS dengan cara bermain drama atau sandiwara
Sesuai dengan langkah pertama pada langkah-tangkah penggunaan metode Teatrical of Histories guru menerangkan fehnik baru ini dengan
sederhana dengan memberi contoh misalnya bagaimana cara meminjam buku di
Perpustakaan. Kemudian guru menjelaskan garis besar cerita yang akan diTeatrical
of Histories kan.
2)
Kegiatan Inti
Sebelum Teatrical of Histories babak pertama dimulai, guru memberikan naskah
kepada siswa untuk dipelajari sesuai dengan perannya masing-masing. Seorang
siswa mengajukan usul: "Bu boleh tidak naskah dialognya dibaca , soalnya
belum hafal (" dijawab oleh guru :" untuk kali ini boleh, lain kali
harus mampu dihapal !"
Pada babak pertama siswa yang menjadi pemeran masih
nampak malu-malu dan penuh keraguan
sehingga jalannya cerita menjadi
tersendat-sendat belum bisa ditangkap secara utuh, hal ini terus berlangsung
hingga pelaksanaan Teatrical of
Histories babak kedua.
Pada babak ketiga proses pembelajaran berlangsung di
luar kelas yaitu di Lapangan upacara, karena akan menggambarkan situasi
detik-datik menjelang poklamasi yang terjadi di halaman rumah Bung Karno pada
saat itu. Bisa dibayangkan betapa repotnya mengatur siswa yang begitu banyak (
56 orang ) agar bisa tertib dan tenang karena sebelum sesiodrama dilaksanakan
lazimnya anak-anak dimana ada kesempatan mereka akan memanfaatkannya dengan
bermain-main, bercanda, bahkan ada yang berlari-larian di tengah lapang. Dengan
kewibawaan seorang guru akhirnya mereka dapat ditenangkan dan ditertibkan
kembali.
Pada babak ketiga ini boleh dikatakan semua siswa
terlibat menjadi pemain, karena disamping pemain tetap kali ini ditambah pemain
yang memerankan barisan pelopor.
Sosiodrarna pada tindakan pertama diakui peneliti sangat melelahkan
karena siswa masih belum menguasai jalan cerita, dialog-dialog belum lancar,
ditambah lagi adanya gangguan dari siswa yang tidak ikut menjadi pemeran.
Situasi seperti ini menyebabkan guru harus banyak terlibat untuk mengarahkan
dan memperingatkan mereka.
Observasi difokuskan kepada pelaksanaan prosees
pembelajaran yang berkenaan dengan keberanian, penjiwaan, penguasaan tokoh yang
diperankan, dan memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan Teatrical of Histories . Hasil abservasi menunjukkan antara lain sebagai
berikut: Dalam keberanian penelitian melihat siswa cukup berani terbukti dengan
senang hati mereka ingin dilibatkan menjadi pemeran. Penjiwaan dan penguasaan
tokoh yang diperankan masih kurang mungkin disebabkan karena kurangnya waktu
untuk mempelajari dan memahami isi naskah cerita. Pelaksanaan Teatrical of Histories masih diwarnai dengan kekakuan dalam adegari
dari dialog yang belum lancar.
3)
Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru memberikan saran-saran yang berhubungan dengan Teatrical
of Histories dan pesan yang perlu disampaikan sehubungan
dengan nilai-nilai moral yang perlu dimiliki siswa, seperti menghargai
perjuangan para pahlawan dan menerukan
perjuangan dengan mengisi kemerdekaan ini dengan tekun
dan rajin belajar supaya amanat Pancasilan dan UUD 1945 dapat
terrelisasi. Selanjutnya mengadakan test akhir dalam bentuk isian yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diTeatrical of Histories kan.
Jika diperhatikan ternyata pada test akhir tindakan
satu sudah tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai dibawah 4. Perolehan rata-rata
nilai pada test awal 2,70 mengalami peningkatan menjadi 6,59.
- Analisis dan Refleksi
a.
Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan
pertama menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical
of Histories belum sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dari pelaksanaan tindakan pertama beberapa
kekurangan pada tindakan pertama tersebut diharapkan dapat diminimalkan pada
tindakan ke kedua. Kekurangan tetsebut terutama dalam hal pelaksanaan Teatrical
of Histories yang masih kurang lancar, seperti dalam
panguasaan skenario penjiwaan jalannya cerita, dan suasana siswa secara
keseluruhan kurang mendukung.
Hasil test menunjukkan rata-rata nilai 6,59 yang
berarti berada dalam kategori cukup (Depdikbud, 1994/1995: 10). Hasil tes akhir
siswa tentang perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia
berdasarkan kategori dapat dilihat pada Tabel
Tabel : Kategori Nilai Tes Akhir Tindakan 1
No
|
Nilai
|
Siswa
|
Keterangan
|
1
|
8,5
-10
|
8
|
Sangat
Baik
|
2
|
7,0-8,4
|
11
|
Baik
|
3
|
5,5-6,9
|
3
|
Cukup
|
4
|
4,0
-5,4
|
2
|
Kurang
|
5
|
<
4,0
|
0
|
Kurang
Sekali
|
Jumlah
|
23
|
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa siswa yang mendapat
nilai sangat baik berjumlah 4 orang (32,14%), yang mendapat nilai baik
berjumlah 2 orang (17,86%), sedangkan yang mendapat nilai cukup sebanyak 5
orang (10,71%) dan yang mendapat nilai kurang sebanyak 1 orang (39;29%);
sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang tidak ada. Ini berarti adanya
peningkatan dibandingkan dengan test awal.
- Refleksi
Dari hasil analisis tindakan yang pertama guru
mencatat data beberapa kendala yang ditemukan antara lain :
a)
Faktor dari guru, yaitu : (1) Merupakan pengalaman
pertama secara khusus mengadakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical
of Histories , (2) masih ada beberapa
persiapan yang terabaikan misalnya kostum untuk menunjang penampilan siswa yang
ikut. bermain; (3) Dengan maksud ingin memberikan keleluasaan pada siswa untuk
berimprovisasi dan mengembangkan imajinasi, guru jarang memberikan peringatan
atau penjelasan padahal siswa sering melakukan kesalahan mengingat ini juga
mungkin merupakan perigalaman pertama mereka melakukan Teatrical of Histories.
b)
Faktor dari siswa, yaitu: (1) Seperti guru, hal ini
bagi sebagian besar siswa merupakan pengalaman pertama; (2) Siswa masih banyak
melakukan kesalahan, seperti dialog tidak lancar, masih malu-malu dan ragu-ragu
dalam memerankan tokoh, jalan cerita belum dikuasai sehingga mempengaruhi
kelancaran jalannya Teatrical of
Histories : (3) Siswa yang tidak ikut bermain sering menggoda sehingga
mengganggu konsentrasi pemain.
Pada babak kedua siklus satu ini hal-hal yang masih
perlu diperbaiki pada dasarnya masih sama seperti yang terjadi pada babak
pertama, yaitu masih seputar dialog yang belum lancar yang mempengaruhi juga
pada kelancaran jalannya cerita, penjiwaan tokoh yang masih lemah; dan masih adanya
siswa yang senang menggoda sehingga mengganggu konsentrasi pemain.
Proses pembelajaran pada babak ketiga, kendala
relatif masih sama dengan kegiatan babak sebeiumnya, menurut peneliti ini wajar
karena ketiga babak ada sub pokok bahasan yang berbeda dengan kata lain cerita
pada setiap babak otomatis berbeda, sehingga peneliti menganggap wajar kalau
masih banyak kesalahan atau kekurangan. Hal ini menjadi bahan catatan dan
renungan untuk bahan perbaikan pada kegiatan siklus kedua.
Refisi:
Untuk guru, harus lebih menguasai lagi langkah-langkah
menggunakan netode Teatrical of
Histories, pengadaan kostum harus lebih lengkap lagi, harus lebih sering lagi
memperingatkan dan memberi penjelasan pada siswa agar pelaksanaan Teatrical of Histories pada tindakan kedua lebih lancar.
Untuk siswa, akan diberikan latihan cara mengucapkan
dialog, latihan akting, dan penjiwaan tokoh. Naskah skenario dibawa ke rumah
untuk dihapalkan sehingga pada pelaksanaan Teatrical of Histories pada tindakan kedua diharapkan akan berjalan
lebih baik lagi.
- Tindakan Kedua
Tindakan kedua ini merupakan tindakan perbaikan pada
tindakan pertama dan langkah-langkah tindakan kedua ini sama dengan langkahlangkah
pada tindakan pertama, yaitu terdiri dari: (1) perencanaan ulang, (2)
pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Adapun langkahlangkah
tersebut yaitu sebagai berikut:
a.
Perencanaan Ulang
Dalam tindakan pertama kesalahan yang masih banyak
dilakukan adalah: (1) tidak hafal teks skenario, (2) lupa terhadap peran yang
harus dimainkan, penjiwaan yang kurang. dan jalannya Teatrical of Histories kurang lancar yang diakibatkan masih banyak
gangguan dari teman-temannya (siswa lain yang tidak ikut berperan).
Untuk hal tersebut siswa perlu banyak berlatih dengan
menugaskan kepada siswa-siswa yang menguasai ja!annya Teatrical of Histories dengan cara menghafal dan berlatih akting.
Siswa yang tidak kebagian peran ditugaskan untuk mencatat kekurangan dan
kelebihan pemeran tokoh tertentu untuk disampaikan di depan kelas, dengan
harapan kritikan-kritikan dari siswa sendiri terungkap.
b.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1.
Kegiatan Awal
Kegiatan berlangsung pada jam pertama tanggal ______. Setelah berdo'a dan menjawab salam
dari siswa guru mengecek dulu ada tidaknya siswa yang tidak hadir ternyata
siswa hadir semua.
"Baiklah anak-anak,kita lanjutkan lagi pelajaran
IPSnya, seperti yang telah ibu janjikan kita akan menTeatrical of Histories kan lagi materi pelajaran
IPS".
Seorang anak (Pulan) tiba-tiba berteriak: "asyik,
kita jadi pemain sinetron lagi!”, tentu saja hal ini mengundang tawa
teman-teman sekelasnya, termasuk gurunya juga.
"iya bu, kasih peran si Ahmad menjadi
monyet". Temannya yang lain menimpali, "Asal kamu jadi tukang topeng
monyetnya saya mau”. Jawab si Pulan sambil cengengesan". Kelas menjadi
riuh rendah oleh tawa anak-anak.
Khawatir siswa terus menerus bercanda, guru segera
menguasai keadaan dengan menyuruh siswa untuk segera menempati posisinya
masing-masing seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Teatrical of Histories pada tindakan kedua ini respon dari siswa
lebih baik dibandingkan dengan Teatrical of Histories pada tindakan yang pertama. HaI ini mungkin
berkat adanya latihan akting, cara mengucapkan dialog, dan adanya waktu untuk
menghafalkan naskah yang dilakukan guru diluar jam sekolah
2.
Kegiatan inti
Pada tindakan kedua ini secara psikologis terjadi dukung mendukung
anatara kelompok pemeran dengan siswa yang menjadi kelompok pengamat, siswa
nampak bertanggungjawab pada tugasnya masing-masing. Alat perekam gambar yang
dibawa peneliti (Handicam) semakin membuat siswa antusias mendukung
kegiatan.
Babak demi babak bisa dilaksanakan dengan lancar, karena siswa dapat
melaksanakan Teatrical of Histories dengan baik, sehingga siswa yang tidak ikut
bermainpun hanyut dalam permainan mereka, terkadang memang masih ada pemeran
yang agak lupa pada dialog atau dialog diucapkan kurang jelas/tegas. Permainan
mereka memang belum 100 % sempurna masih ada sedikit kesalahan yang terjadi
tetapi bukanlah haI yang mendasar yang bisa mengganggu atau mempengaruhi hasil penelitian.
Langkah-langkah Teatrical of Histories sudah dilaksanakan dengan baik dengan mengacu
pada langkah-langkah yang telah diuraikan pada tindakan pertama, dan tampak ada
perbaikan, baik dalam dialog-dialog maupun pada penjiwaan situasi yang
diharapkan hanya saja ketegasan berbicara masih perlu
ditingkatkanldimaksimalkan, dan siswa-siswa sebagai pengamat sudah tampak
antusias mengikuti jalannya Teatrical of
Histories .
3.
Kegiatan Akhir
Akhir proses pembelajaran diakhiri dengan test akhir
dalam bentuk isian singkat dengan jumlah soal sebanyak 15 butir dan 1 essay.
Test tersebut untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah
diTeatrical of Histories kan. Hasil test
akhir pada tindakan kedua ini ternyata rata-ratanya 8,41 artinya jika kita
perbandingkan dari mulai nilai test awal hingga nilai test akhir dari tindakan
pertama dan nilai test akhir tindakan ke dua terus menerus mengalami
peningkatan.
c.
Analisis dan Refleksi
1.
Analisis
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan kedua, bahwa
proses jalannya Teatrical of Histories sudah dapat dikatakan baik, walaupun ada
kekurangan, terutarna dalam menyatakan sikap yang tegas dalam dialog. Penjiwaan
terhadap pemeran sudah nampak terlihat, sehingga terlihat berwibawa (mungkin
hal ini pengaruh dari kostum yang dikenakan)
2.
Refleksi
Dari hasil analisis tindakan yang kedua guru mencatat
beberapa data :antara lain: (1) Guru lebih mudah mengarahkan siswa dan
persiapan lebih matang dibandingkan dengan tindakan pertama; (2) guru lebih
banyak memberikan keleluasaan pada siswa untuk berimprovisasi dan mengembangkan
imajinasi; (3) Siswa sudah tampak lebih berdisiplin dan bertanggungjawab dalam
menjalankan perannya, sehingga Teatrical of Histories berjalan lancar, hal tersebut terlihat dari
semua siswa baik yang kebagian pemeran maupun yang tidak kebagian pemeran.
Dengan hasil test akhir yang dapat dikategorikan baik
telah membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode Teatrical
of Histories dapat meningkatkan hasil belajar baik secara
kwalitatif maupun secara kwalitatif. Secara kwantitatif dapat dilihat pada
hasif test akhir, sedang secara kwalitatif berupa sikap positif dalam
memerankan, tokoh dan bergairahnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
IPS.
C.
Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan
Setelah penelitian dilaksanakan terlepas dari segala
kekurangan dan kelebihannya ternyata sedikit banyak penelitian ini memberikan
sumbangan yang cukup berarti bagi dunia pendidikan khususnya yang menyangkut
proses pembelajaran.
Siswa yang sebelumnya menjadi obyek belajar dan
bersipat pasif ketika metode Teatrical of Histories diterapkan berubah menjadi aktif dan
menampakan kegairahannya dalam belajar. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat
kepada guru melainkan melibatkan semuanya.
Kerjasama antar siswa nampak terjaiin dengan baik,
karena metode Teatrical of Histories bisa berjalan dengan lancar kalau ada kerja
sama yang baik antara guru dengan siswa, atau antara siswa dengan siswa itu
sendiri. Menyadari hal itu maka terjalinlah di antara mereka saling suport
(dukung mendukung) antara satu sama lainnya.
Dari segi perolehan hasil, jelas menunjukkan hasil
yang baik dibandingkan sebelum penelitian ini dilaksanakan, hal ini dapat
dibuktikan, semula (pada test awal) rata-rata nilai hanya 2,7 meningkat jauh
setelah dilaksanakan tindakan pertama yaitu dengan rata-rata nilai sebesar
6,59, selanjut meningkat lagi setelah dilaksanakan test akhir tindakan ke dua
yaitu dengan rata-rata nilai 8,41. Hasil test akhir tindakan ke dua tersebut
89,29% siswa dapat dikategorikan baik .
![]() |
Grafik : Nilai Tes Awal dan Nilai Tes Akhir
Tindakan Pertama dan Kedua
Tindakan Pertama dan Kedua
keterangan Kategori:
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis
penelitian tindakan yang diajukan nampaknya dapat diterima, karena memang guru
selalu berusaha untuk (1) memahami pengertian metode Teatrical of Histories ; (2) berpedoman pada tujuan dan
manfaat metode Teatrical of Histories ;
(3) menyadari akan kelebihan dan kekuranpan metode Teatrical of Histories ; dan (4) melaksanakan
langkah-langkah mengajar dengan menggunakan metode Teatrical of Histories . Sehinga hasil belajar siswa
secara kwantitatif maupun kwalitatif menunjukkan pada hasil yang baik.
BAB
V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak
dua kali tindakan menunjukkan bahwa penerapan metode Teatrical of Histories pada mata pelajaran IPS di
SMPN _____, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Pertama, penggunaan metode Teatrical of Histories dalam proses pembelajaran IPS telah mampu
mengubah keadaan awal pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS itu sendiri hal ini disebabkan metode Teatrical
of Histories telah mampu menarik minat belajar siswa untuk
telibat secara langsung dalam proses pembelajaran tersebut
Kedua, pemilihan metode Teatrical of Histories ternyata telah mampu memupuk kerjasama
diantara siswa baik yang terjadi diluar proses pembelajaran seperti;
meminjamkan kostum yang diperlukan oleh teman-temannya, mengajak temannya untuk
menghapalkan naskah atau beriatih berakting. Sedangkan yang terjadi dalam
proses pembelajaran, siswa yang menjadi pemeran saling dukung mendukung agar
dapat menampilkan Teatrical of Histories
yang terbaik, demikian pula dengan siswa
yang menjadi pengq.mat mereka dengan antusias memperhatikan teman-temannya yang
sedang melaksanakan Teatrical of
Histories karena mereka punya tanggung
jawab moral untuk memberikan penilaian, tanggapan atau pendapat atas jalannya
pelaksanaan Teatrical of Histories tersebut
Ketiga, dengan diterapkannya metode Teatrical of Histories dalam proses pembelajaran IPS terbukti telah
menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat hasil belajar yang semula (hasil
tes awal ) rata-ratanya 2,70 meningkat pada test akhir tindakan pertama menjadi
6,59 dan meningkat lagi pada hasil test akhir tindakan kedua menjadi 8,41.
Adanya perubahan yang besar tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan
metode Teatrical of Histories hasil belajar siswa lebih baik. Dengan catatan
keberhasilan ini bukan semata-mata karena digunakan metode Teatrical of Histories , melainkan hasil semua komponen
atau faktor-faktor lain yang mempengaruhinya diperhatikan dan dilaksanakan
dalam proses pembelajaran secara konsekuen.
Dari ketiga kesimpulan diatas dapat difiarik
kesimpulan secara umum bahwa penerapan metode Teatrical of Histories dalam pembelajaran IPS di SMP telah mampu
memberikan kontribusi yang positip baik terhadap pemahaman awal siswa, kerja
sama siswa maupun peningkatan hasil baik nilai maupun sikap, karena metode' Teatrical
of Histories mampu meningkatkan kegairahan belajar,
sehingga pembelajaran tidak monoton. Dan yang lebih penting lagi metode Teatrical
of Histories tetah mampu menumhuhkan sikap yang positif
pada diri siswa dalam menghargai hasil perjuangan bangsanya.
B.
Implikasi
Sehubungan dengan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka
untuk menerapkan penggunaan metode Teatrical of Histories dalam IPS
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dijadikan tema dalam Teatrical of Histories dad berbagai sumber bacaan, agar pemahaman terhadap materi lebih memadai.
- Guru mempersiapkan skenario Teatrical of Histories yang sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
- Guru mempersiapkan alat/media yang mendukung proses Teatrical of Histories , agar situasi dan kondisi dapat menggambarkan kejadian sebenarnya.
- Langkah-langkah dalam melaksanakan Teatrical of Histories agar diperhatikan dilaksanakan secara konsekuen.
- Guru tidak hanya menilai hasil pengetahuan materi, tetapi juga harus diperhatikan penilaian proses dan sikap yang dipesankan dalam pelajaran IPS.
C.
Rekomendasi
Berdasar temuan-temuan yang diperoleh pada
penelitian, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut, yaitu:
Pertama, keberhasilan suatu proses
pembelajaran tidak terlepas dari semua komponen yang saling mendukung, maka
dari itu guru harus memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, dari membuat perencanaan, melaksanakan proses pembelajaran, dan
melaksanakan evaluasi serta menilainya. Juga tidak kalah pentingnya adalah
memperhatikan kemampuan siswa yang sedang belajar.
Kedua, sehubungan dengan proses pembelajaran,
faktor alat/media, sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS di kelas, karena alat tersebut dapat
membantu sisvia dalam membayangkan situasi dan kondisi kejadian.
Ketiga, di samping faktor alat, metode/teknik
pembelajaran sangat menentukan dalam proses pembelajaran, sebab siswa SMP masih
membutuhkan motivasi dan kreativitas dari gurunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, H.A. dan J.T.P. (1987). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung, Pusaka Setia.
Cheppy, HC. (1986). Strategi Llmu Pengetahuan
Sosial. Surabaya: Karya Anda.
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar (Beberapa
Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: CV Dipenogoro.
Depdikbud (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar.
Jakarta.
Depdikbud (1989). Materi den Program Latihan Kerja
Guru Pendidikan Perjuangan Bangsa (PSPB). Jakarta : Dirjen Dikmenum.
Djamarah, S. B. (2000). Guru den Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2003) Proses Belajar Mengajar. Jakarta
: Bumi Aksara.
Kiswono, S.B. (1994/1995). Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti
Maryunis, A. (1994), Fleksibilita-, Komponen
Kurikulum Matematika den Strategi Pembangunan Pendidikan, Makalah, IKIP Padang.
McNiff, J. (14592). Action Research : Principles and
Practice. London & New York: Routledge.
Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan
Pendidikan IPS. Bandung : Rosda Karya.
Soedarsono, FX., Pedoman Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Bagian Kedua. Jogyakarta: Dirjen Dikti, IBRD: Loan 3496 -
IND., 1996/1997
Wardani I.G.A.K., Kuswaya Wihardit, dan Noehi
Nasution (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UT.
Wiryawan, S.A. dan Noorhadi Th. (2001). Strategi
BelajarMengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiyono, (1995)., Hakekat Karakteristik Bidang Studi
IPS, Makalah, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti-PPPMTK BP3GSMP.
Yandianto dan W.S.I. (1994). Seni Teater (Jilid 5
Untuk SMP Kelas VII). Bandung : Sarana Panca Karya.
Lampiran 1
SATUAN
PELAJARAN IPS DALAM
PEMBELAJARAN
THEATRICAL OF HISTORIES
Mata Pelajaran : IPS
Pokok Bahasan : Perjuangan Mencapai Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Sub Pokok
Bahasan : 1. Peristiwa Rengasdengklok
2. Perumusan
Teks Proklamasi
3. Detik-detik
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Kelas
/ Semester : ___ / ___
Waktu : 3 x 40 menit
1.
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Siswa mengenal perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya memproklamasikan
kemerdekaan.
II.
Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )
- Siswa mampu menunjukkan sikap keberanian dalam menTeatrical of Histories kan tokoh yang diperankannya.
- Siswa mampu menjiwai tokoh yang diperankannya
- Siswa dapat memberikan tanggapan terhadap jalannya Teatrical of Histories
- Siswa dapat menceritakan dengan singkat peristiwa Rengasdengklok
- Siswa dapat menceritakan dengan singkat peristiwa perumusan naskah teks proklamasi
- Siswa dapat menuliskan isi naskah teks proklamasi dengan lengkap dan benar.
III.
Materi, Media/alat, Sumber dan Metode.
- Ringkasan materi
Tiga orang pemimpin Indonesia Ir Soekarno, Drs . Moh.
Hatta, dan Dr Rajiman menerima janji kemerdekaan dari Jepang. Sebelum janji
terpenuhi, Jepang menerima kekalahan dari sekutu.
Meskipun hal ini dirahasiakan oleh Jepang namun
akhirnya diketahui juga oleh beberapa orang dari Indonesia diantaranya oleh
Sultan Syahrir, kemudian menyampaikan berita tersebut kepada ketiga tokoh
tersebut. Melihat situasi seperti golongan pemuda mendesak agar Bung Karno
segera memproklamasikan Indonesia, namun beliau menolak.
Situasi semakin genting. Pada tanggal 16 Agustus 1945,
Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok untuk
diamankan.
Sementara itu, di Jakarta tercapai kesepakatan antara
Mr Ahmad Subarjo dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongn
pemuda untu membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Dengan
dijemput oleh Mr. Ahmad Subarjo dan Yusuf Kunto akhirnya Bung Karno dan Bung
Hatta pada hari kamis sekitar pukul 23.00, tiba kembali di Jakarta.
Sekembalinya dad Rengasdengklok, malam itu juga Bung
Kamo mengadakan rapat di rumah Laksamana Tadashi Maeda seorang perwira angkatan
laut Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Dalam rapat itu dirumuskan teks A Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.Naskah itu dirumuskan oleh tiga orang tokoh bangsa
Indonesia yakni Bung Karno, Bung Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo.Yang menulis
naskah Bung Karno.Setelah selesai Bung Karno menyarankan agar naskah teks
Proklamasi Kemerdekaan itu ditanda tangani oleh seluruh hadirn. Tetapi setelah
diadakan musyawarah, disepakati bahwa naskah teks Proklamasi ditanda tangani
oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia, naskah itu kemudian
diketik oleh Sayuti Melik Dalam rapat itu juga disepakati proklamasi
Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10. 00 esok ahad pada tanggal 17
Agustus 1945.
Hari Jum'at tanggal 17 Agustus1945 pukul 10.00 Ir
Soekarno didampingi oleh Drs Moh. Hatta. memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa ini terjadi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Setelah mengucapkan pidato singkat, kemudian Soekarno membacakan naskah
proklamasi kemerdekaan. Barisan Pelopor dan para pemuda menyaksikan peristiwa
yang sangat penting itu dengan khidmat.
Adapun bunyi lengkap naskahProklamasi ialah
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain - lain diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 1945
Atas nama bangsa
Indonesia
Soekama - Hatta
- Media dan alat : Meja,kursi, kostum tokoh, naskah cerita, mesin tik
dan alat
perekaman gambar (handycam)
- Sumber : GBPP, IPS Terpadu untuk kelas. VI dan sumber
lain yang mendukung.
- Metode : Teatrical of Histories
IV.
Kegiatan belajar mengajar :
- Kegitan awal ( 10 menit )
a.
mengadakan apersepsi
b.
Menyampaikan tujuan Pembelajaran
c.
Menyampaikan topik bahasan dan menjelaskan gambaran
cerita yang harus diTeatrical of
Histories kan
d.
Memilih Pemeran
e.
Menyiapkan Pengamat
- Kegiatan inti ( 50 menit )
1.
Peserta didik yang yang memerankan Teatrical of Histories maju ke depan kelas untuk menTeatrical of Histories kan pokok bahasan yang telah
ditentukan
2.
Mengadakan tanya jawab
Setelah selesai mengadakan Teatrical of Histories diadakan tanya jawab tentang peran yang telah
dilaksanakan dan meminta siswa terutama pengamat untuk memberikan tanggapan
3.
Mengulang Teatrical of Histories (jika masih ada waktu )
- Kegiatan akhir ( 20 menit )
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
V.
Evaluasi :
- Jenis Penilaian : Proses dan hasil
- Bentuk Tes : Essay dan Isian Singkat
- Alat Penilaian :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar